Daftar Isi
ToggleGDP Amerika Serikat
GDP Amerika Serikat pada Q1 2024 tumbuh 2,9% secara yoy, lebih rendah dibandingkan Q4 2023 sebesar 3,1%. Meskipun melambat, angka tersebut masih cukup bagus. Perlambatan pertumbuhan ekonomi AS disebabkan karena melambatnya pengeluaran konsumen, ekspor, dan pengeluaran pemerintah negara bagian dan lokal, serta penurunan pengeluaran pemerintah federal.
Sumber: Tradingeconomics.com
Secara Qoq juga melambat, pada Q1 2024 pertumbuhannya sebesar 1,4%, dimana pada Q4 2023 sebesar 3,4%. Dengan melambatnya pertumbuhan GDP ini bisa membuat The Fed berpeluang memangkas suku bunganya, karena jika suku bunga dinaikkan maka perputaran ekonomi AS akan tambah melambat.
Sumber: Tradingeconomics.com
Inflasi AS Menurun
Tingkat inflasi AS menurun menjadi 3,3% pada Mei 2024, dimana sebelumnya diperkirakan tingkat inflasi masih di level 3,4%, namun ternyata lebih rendah, hal ini cukup bagus sebagai trigger pemangkasan suku bunga, namun masih jauh untuk menuju level 2%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Suku Bunga The Fed Ditahan
The Fed kembali menahan suku bunga di level 5,5%, sesuai perkiraan konsensus. Pembuat kebijakan tidak mengharapkan ada pemangkasan suku bunga sampai mendapat keyakinan lebih bahwa inflasi bergerak berkelanjutan menuju 2%. Kemudian para pembuat kebijakan hanya melihat ada satu kali pemangkasan tahun ini, dan empat kali pemangkasan di tahun 2025.
Sumber: tradingeconomics.com
Indeks PMI Manufaktur Membaik
Indeks PMI Manufaktur direvisi sedikit lebih rendah menjadi 51,6 pada Juni 2024 dari perkiraan awal 51,7, namun tetap menunjukkan angka tertinggi dalam tiga bulan, masih tingginya data indeks PMI Manufaktur memperlihatkan adanya pertumbuhan di sektor manufaktur.
Sumber: Tradingeconomics.com
Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran AS naik menjadi 4% pada Mei 2024, tertinggi sejak Januari 2022, data ini diluar ekspektasi pasar yang memperkirakan tidak berubah. Jumlah individu yang menganggur naik 157 ribu menjadi 6,6 juta, sementara tingkat pekerjaan turun 408 ribu menjadi 161 juta.
Sumber: Tradingeconomics.com
GDP China Tumbuh
Ekonomi China tumbuh 5,3% secara yoy pada Q1 2024, diatas perkiraan pasar yang sebesar 5%. Pertumbuhan didorong oleh dukungan berkelanjutan dari Beijing dan adanya pengeluaran terkait festival Tahun Baru Imlek. Pada Q1 2024 investasi tetap tumbuh 4,5%, dan badan statistik mengatakan ekonomi China diawali dengan kondisi yang baik. Namun, pada bulan Maret 2024 peningkatan penjualan ritel kurang dari yang diperkirakan, hal ini membuat pelonggaran kebijakan lebih lanjut diperlukan.
Sumber: Tradingeconomics.com
Sedangkan secara Qoq, Ekonomi China tumbuh 1,6% pada Q1 2024, mengalami kenaikan dibandingkan kuartal sebelumnya. Badan statistik China mencatat bahwa industri memilki kinerja lebih baik dari yang diharapkan. Pemulihan ekonomi akan terus berlanjut karena Beijing akan memperkuat kebijakan makro dan mengejar pembangunan kedepannya. Bank Rakyat China (PBoC) juga berjanji meningkatkan dukungan kebijakan tahun ini, yang kemungkinan besar ada pemangkasan suku bunga.
Sumber: Tradingeconomics.com
Inflasi China Stabil
Tingkat inflasi China sebesar 0,3% pada Mei 2024, masih sama untuk dua bulan berturut-turut, namun di bawah perkiraan pasar sebesar 0,4%. Ini merupakan bulan keempat berturut-turut China mencatatkan inflasi dari yang sebelumnya deflasi, menandakan pemulihan yang berkelanjutan.
Sumber: Tradingeconomics.com
Suku Bunga China Ditahan
Bank Rakyat China (PBoC) mempertahankan suku bunga di bulan Juni, sesuai ekspektasi pasar. Suku bunga pinjaman utama 1 tahun yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman korporasi dan rumah tangga dipertahankan pada 3,45%. Sedangkan suku bunga 5 tahun yang menjadi acuan hipotek properti tetap di 3,95%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Indeks NBS PMI Manufaktur Stabil
Indeks ini berada di angka 49,5 poin pada Juni 2024, stabil untuk dua bulan berturut-turut dan sesuai perkiraan pasar. Angka tersebut menandai adanya kontraksi dalam aktivitas pabrik.
Sumber: Tradingeconomics.com
Harga Rumah Baru Masih Menurun
Harga rumah baru China di 70 kota menurun 3,9% secara tahunan pada Mei 2024, yang merupakan penurunan terbesar sejak Juni 2015 dan lebih buruk dari penurunan 3,1% pada April. Ini adalah bulan ke-11 berturut-turut terjadi penurunan.
Sumber: Tradingeconomics.com
GDP Indonesia Tumbuh 5,11%
GDP Indonesia pada Q1 2024 mencatatkan pertumbuhan yang bagus, dimana secara yoy, naik sebesar 5,11%. Kenaikan ini terus terjadi sejak Q4 2023 kemarin.
Sumber: Tradingeconomics.com
Sedangkan secara QoQ, GDP Indonesia Q1 2024 mengalami penurunan 0,83% dibandingkan Q4 2023. Secara historis, ini hal biasa dan bahkan penurunannya lebih sedikit dibandingkan Q1 2022 dan 2023. Kemungkinan besar karena di akhir tahun belanja pemerintah sangat tinggi untuk menghabiskan anggaran, dan sebagai persiapan menuju pemilu tahun 2024.
Sumber: Tradingeconomics.com
Bank Indonesia Tahan Suku Bunga
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya di 6,25% bulan Juni 2024, sesuai ekspektasi pasar. Keputusan ini diambil untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5 ± 1% pada tahun 2024 dan 2025, serta untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah dan aliran modal asing.
Sumber: Tradingeconomics.com
Inflasi Menurun
Tingkat inflasi Indonesia turun menjadi 2,84% pada Mei 2024, dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,94%. Tingkat inflasi ini masih dalam rentang target Bank Indonesia yaitu 1,5% – 3,5%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Indeks PMI Manufaktur
PMI Manufaktur Indonesia turun menjadi 52,1 poin pada Mei 2024. Data ini adalah yang terlemah sejak Desember 2023, melambat dalam 2 bulan terakhir. Perlambatan ini menunjukkan data kurang bagus pada sektor manufaktur di Indonesia.
Sumber: Tradingeconomics.com
Melemahnya Rupiah
Rupiah di bulan Juni 2024 tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,5% yang ditutup pada level Rp 16.352 per US$ 1. Meskipun sempat mengalami pelemahan hingga ke level Rp 16.502. Pelemahan ini disebabkan salah satunya oleh menguatnya indeks dolar AS. Secara ytd rupiah mengalami pelemahan sebesar 6,2%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Emas
Pada bulan Juni harga emas relatif stabil atau turun tipis 0,02%, disebabkan karena para pelaku pasar masih menunggu lebih banyak data ekonomi AS dan pernyataan dari pejabat Federal Reserve mengenai langkah suku bunga kedepannya. Dimana data ekonomi AS sendiri saat ini masih menunjukkan data-data beragam. Harga emas secara ytd menguat 12,7%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Batubara
Harga batubara turun 7,4% di bulan Juni 2024 menuju level $133,2 per ton, disebabkan oleh permintaan yang lemah dari China dan India. Kedua negara ini diperkirakan akan mengurangi impor pada bulan Juni dibandingkan bulan sebelumnya. China telah membuat kemajuan dalam meningkatkan pengukuran kandungan karbon dalam produknya. Kemudian menteri batu bara federal India mengumumkan rencana mengurangi impor batu bara dan meningkatkan produksi domestik. Harga batubara secara ytd turun 9%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Nikel
Harga nikel turun 12,2% di bulan Juni, ditutup pada level US$ 17.291 per ton, setelah sebelumnya sempat naik ke level US$ 21.615 per ton bulan Mei 2024. Penurunan disebabkan karena investor nikel yang menjual aset nikel-nya di saat penguatan dolar AS dan data manufaktur yang lemah di China. Meskipun sebelumnya terdapat pemotongan suku bunga Bank Sentral Eropa, penghentian produksi di Kaledonia Baru, dan kemungkinan penghentian izin di Indonesia, hal ini tetap membuat harga nikel turun. Secara ytd harga nikel naik 5,5%.
Sumber: Tradingeconomics.com
Minyak Brent
Minyak mentah Brent bulan Juni 2024 naik 4,7% ke level US$ 85 per barel, kenaikan didorong oleh prospek permintaan yang lebih tinggi selama musim liburan musim panas. Adanya prediksi tentang pemangkasan suku bunga Federal Reserve mendukung harga minyak, setelah inflasi AS yang menurun baru-baru ini membuat optimisme pada pemangkasan suku bunga lebih cepat dari sebelumnya. Langkah ini berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan. Sepanjang tahun ini harga minyak brent naik 10,3%
Sumber: Tradingeconomics.com
Pada bulan Juni 2024 indeks S&P 500 naik 3,4%, dan secara ytd naik 14,4%. Kenaikan tersebut beberapa diantaranya disebabkan oleh inflasi AS yang menurun, menjadikan adanya potensi pemangkasan suku bunga tahun ini, kemudian saham teknologi seperti Nvidia masih melanjutkan kenaikannya, pada bulan Juni 2024 saham Nvidia naik 12,6%, dengan Nvidia yang menduduki peringkat 3 top market cap di pasar saham AS membuat indeks saham AS mengalami kenaikan. Kenaikan harga saham Nvidia tercermin dari kinerja keuangan terbaru yang solid.
Sumber: tradingview.com
Indeks Nasdaq bulan Juni 2024 juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 6,1%. Dan secara ytd sudah naik 18,1%.
Sumber: tradingview.com
Indeks DJIA juga mengalami penguatan sebesar 1,1% di bulan Juni 2024, secara ytd naik 3,7%.
Sumber: tradingview.com
IHSG sempat turun cukup dalam di bulan Juni 2024, namun setelah itu kembali menguat, penurunan IHSG beberapa faktornya disebabkan oleh Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham-saham Indonesia, kemudian adanya kebijakan FCA yang sempat membuat saham BREN mengalami penurunan cukup dalam. Nilai rupiah yang melemah juga menjadi penyebab penurunan harga saham perbankan. Namun setelah BI merilis data suku bunga yang masih ditahan, membuat IHSG tercatat kembali mengalami kenaikan, didorong oleh emiten milik Prajogo Pangestu yang kembali naik setelah BREN keluar dari FCA. IHSG di bulan Juni menguat 1,3%, dan secara ytd turun 2,8%.
Sumber: tradingview.com
Berikut ini adalah saham-saham leaders dan laggards IHSG bulan Juni 2024. Terlihat top leaders adalah BREN, sedangkan top laggards berasal dari BYAN.
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Ketiga negara mencatatkan data inflasi yang cukup baik, AS dan Indonesia mengalami penurunan inflasi, sedangkan China mencatatkan inflasi dalam 4 bulan berturut-turut setelah sebelumnya deflasi. Penurunan inflasi akan menjadi trigger dalam pemangkasan suku bunga, yang pada akhirnya menggairahkan ekonomi dan pasar saham. Harga komoditas menunjukkan data berbeda di bulan Juni 2024, emas masih stabil, harga nikel dan batubara melemah, sedangkan harga minyak brent menguat.
Market saham AS mencatatkan kondisi yang bagus dimana mencatatkan kenaikan terus menerus di bulan Juni 2024, sedangkan di Indonesia sempat turun cukup dalam, kemudian di beberapa hari terakhir kembali naik dan ditutup pada level diatas 7.000.
Ingin memaksimalkan keuntungan dari perkembangan market saham? Bergabunglah dengan program “Value Investing Mastery” kami dan pelajari strategi investasi yang terbukti efektif. Klik gambar di bawah ini untuk join sekarang dan tingkatkan keahlian investasi Anda!
© 2024. All rights reserved