Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Pada artikel kali ini, kami akan menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan dari para investor yang ditanyakan melalui akun Youtube The Investor. Apa saja pertanyaannya, mari kita simak.
Pertanyaan pertama ada dari akun Adenvincent9334: “Kalo nabung 4 saham beda lalu merah semua gimana ya?”
Penjelasan:
Dalam Menyusun portfolio kami mengatakan minimal memegang 4 saham. Misalkan kita nabung saham 2 juta perbulan dengan konsisten, maka 2 juta tersebut cukup dibelikan 1 saham saja. Seperti di Bulan Januari kita nabung 2 juta, kemudian kita belikan saham A, selanjutnya di Bulan Februari kita nabung 2 juta dan kita belikan saham B. Seperti itu seterusnya hingga kita beli saham C dan D walaupun kondisi saham sebelumnya merah. Lalu bagaimana jika keempat saham tersebut merah semua? Ya justru itu, bulan ke 5 atau bulan Mei kita hanya fokus beli di 4 saham tersebut saja, sampai Fundamentalnya berubah dan harga sahamnya sudah naik menuju ke value aslinya. Sepanjang kita orientasinya jangka panjang, sepanjang kinerjanya masih bagus, dan valuasinya murah tetap beli saja.
Pertanyaan berikutnya dari akun Dederaditya5225: “Klo beli pas kinerja sudah pulih bukannya harga sudah terbang lebih dulu ya pak?”
Penjelasan:
Jawabannya betul sekali, pertanyaan dari Dederaditya ini sangat menarik. Kami mengkategorikan 2 saham yaitu turnaround dan growth. Ketika kinerja perusahaan menurun, sedang terjadi masalah tentang kinerja perusahaan, secara normal harganya akan turun. Disaat itulah harga sahamnya akan murah secara valuasi. Yang kami lakukan adalah ketika kami belum yakin kinerja kuartal berikutnya akan pulih, kami akan beli secara bertahap terlebih dahulu.
Misalkan kita alokasikan 15% portfolio di saham A dimana saham A ini kinerjanya masih turun. Maka kami akan beli setengahnya terlebih dahulu sekitar 7,5% atau 10% dahulu. Hingga akhirnya kinerja berikutnya rilis, dan kinerja berikutnya terkonfirmasi naik maka kami akan beli sisanya dari 10% tadi. Ketika kinerja perusahaan sudah terkonfirmasi naik, biasanya harga sahamnya sudah naik dan tidak dibawah. Kami tidak selalu mengharapkan memiliki saham di harga bottom. Lupakan kita beli di bottom dan jual di puncak. Sepanjang valuasinya masih masuk akal, masih murah ya bisa kita beli.
Pertanyaan ketiga dari akun Cvalamsemesta4483: “Seandainya terjadi perang dunia ketiga dan market akan hancur apakah ini waktu yang tepat untuk membeli emiten emas atau sebaliknya?”
Penjelasan:
Pertanyaan ini ditanyakan saat kami publish video Youtube bersama Rivan Kurniawan. Rivan juga bercerita kondisi global saat ini terjadi banyak perang, seperti perang Rusia Ukraina, Hamas dan Israel, kemudian ada perang laut merah, China dan Taiwan juga bersitegang. Memang ketika kondisi geopolitik sedang tidak baik-baik saja, harga emas juga akan naik. Ditambah dengan adanya potensi penurunan suku bunga fed. Jika suku bunga fed benar-benar turun maka potensi harga emiten emas akan naik. Apakah ini cocok untuk emiten emas? menurut kami cocok. Namun pastikan jika kita membeli emiten, kita pelajari bisnisnya, pastikan kinerjanya bagus, neracanya sehat dan valuasinya masih murah
Pertanyaan keempat ada dari akun CoolCapuccino: “ Jika full time investor atau trader untuk biaya hidup sehari-hari gimana kan hasilnya tidak menentu?”
Penjelasan:
Yang perlu kita lakukan pertama yaitu kebutuhan bulanan kita, kemudian kita setahunkan. Setelah mendapatkan angka kebutuhan selama setahun, kita tambahkan dana lain-lain atau dana cadangan. Setelah kita tahu kebutuhan kita selama satu tahun, itulah target kita di saham. Misalkan pertahun kebutuhan kita memerlukan biaya 200 juta pertahun, maka ketika kenaikan portfolio diatas 200 kita bisa ambil 200 jutanya. Misalkan kita punya dana 2 Miliar, kemudian naik 15% jadi di akhir tahun kelolaan kita menjadi 2,3 Miliar. Maka 200 juta bisa diambil awal tahun, kemudian yang 100 juta bisa reinvestasikan kembali. Jadi kita perlu menghitung secara tahunan dan kita ambil dana dari investasi tersebut pertahun, bukan perbulan.
Pertanyaan terakhir dari akun Banyuhendayana dengan inti pertanyaan: “Bagaimana cara screening 800 saham?
Pembahasan:
Kami tidak ada formula khusus untuk screening. Jadi memang yang kami lakukan yaitu satu persatu. Yang pertama kami akan cek disekeliling kami dulu. Apakah ada yang menarik disekeliling atau tidak. Misalkan dirumah kita mengonsumsi indomie, kenapa kita tidak mencoba analisa ICBP nya? menarik atau tidak? kemungkinan di perbankan seperti BRI, kenapa kita tidak mencoba analisa sahamnya BBRI. Saat ini musim hujan, kenapa kita tidak mencoba cek emiten SIDO. Jadi memang kami akan cek satu persatu emitennya. Bahkan jika perusahaan rugi, maupun dari rugi menjadi laba kami pun akan tetap membelinya. Kami tidak menggunakan formula khusus, tidak harus PBV dibawah 1x atau ROE minimal 10%. Kita cek satu persatu, kita suka dengan bisnis dan valuasinya. Seiring dengan berjalannya waktu kita bisa menemukan emiten-emiten yang menarik. Disitu kita bisa rebalancing saham-sahamnya. Kita tidak perlu mencari Best Of The Best nya. Karena tidak ada yang namanya Best Of The Best. Semua saham memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Selalu pertimbangkan analisa saham secara mandiri terlebih dahulu sebelum memutuskan membeli suatu saham. Untuk wawasan lebih lanjut tentang strategi investasi saham yang cerdas, pertimbangkan untuk bergabung dengan program Value Investing Mastery kami. Klik gambar di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.