Daftar Isi
ToggleHarga saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) terus mengalami kenaikan, meskipun sebelumnya pada bulan Januari 2024 sempat mengalami penurunan, dan pada 8 Mei 2024 harga sahamnya mampu mencapai level tertingginya Rp 10.200 per lembar saham, namun setelahnya menurun menjadi Rp 9.650/lembar saham. Kenaikan tersebut disebabkan karena adanya sentimen dari BlackRock mengubah komposisi dua exchange traded fund (ETF) miliknya, dimana melakukan pembelian saham BREN. Dua produk ETF BlackRock tersebut yaitu iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) dan iShares Global Clean Energy UCITS ETF (INRG). BlackRock merupakan perusahaan investasi yang mengelola aset US$ 10 triliun yang menjadikannya sebagai perusahaan pengelola aset terbesar di dunia.
Dengan harga saham yang terus melonjak membuat market cap atau kapitalisasi pasar BREN menjadi pemuncak market cap di Bursa Efek Indonesia, yang mengalahkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Padahal BREN adalah perusahaan yang baru IPO pada tanggal 9 Oktober 2023, dan saat itu listing di harga Rp 780/lembar saham, sehingga kenaikan harga saham hingga saat ini sudah mencapai 1.137,2%.
Sumber: Tradingview.com
Pada artikel kali ini kami akan membahas mengenai seperti apa bisnis yang dimiliki BREN, kinerja terbarunya, dan prospek saham BREN ini sehingga BlackRock berani untuk berinvestasi.
Perusahaan awalnya bernama PT Barito Cahaya Nusantara, didirikan tanggal 5 Februari 2018. PT Barito Cahaya Nusantara kemudian melakukan perubahan nama menjadi PT Barito Renewables Energy pada 23 September 2022.
BREN adalah perusahaan induk yang berada di Indonesia, bagian dari grup Barito Pacific. Barito Renewables memiliki strategi jangka panjang dalam penyediaan energi yang lebih bersih dan emisi lebih rendah. BREN adalah pemegang saham Star Energy Geothermal Group, yang menjadi produsen listrik tenaga panas bumi terkemuka.
Perusahaan merupakan produsen geothermal terbesar di Indonesia, dengan kapasitas sebesar 886 MW, dan 1.000 MW dalam tahap eksplorasi. Kapasitas tersebut berasal dari proyek geothermal perusahaan:
PT Star Energy Geothermal Suoh Sekincau (SEGSS) mempunyai izin untuk melakukan survei pendahuluan dan eksplorasi di wilayah Sekincau Selatan, Provinsi Lampung. SEGSS juga memiliki potensi kapasitas sekitar 500 MW.
Sumber: Public Expose BREN Mei 2024
Pemegang saham pengendali Perusahaan di level individu adalah Prajogo Pangestu. Pengendalian tersebut melalui PT Barito Pacific Tbk (BRPT), di mana BRPT memegang saham BREN sebesar 64,67%. Kemudian BREN juga dimiliki oleh Green Era sebesar 23,6% dan untuk masyarakat sebesar 11,73%.
Sumber: Public Expose BREN Mei 2024
Melihat dari sisi aset perusahaan mencatatkan kenaikan sebesar 4%, dimana berasal dari kenaikan kas dan setara kas sebesar 28,4%, kemudian perusahaan juga mencatatkan kenaikan pada kas dan deposito berjangka yang dibatasi penggunaannya sebesar 23,7%.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Pada hutang buruknya, perusahaan memiliki hutang buruk jangka pendek sebesar US$ 135,3 juta, jika kita bandingkan dengan kas-nya tentu saja masih sangat aman. Sedangkan untuk total hutang buruknya saat ini sebesar US$ 2,05 miliar.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
kemudian untuk ekuitasnya, perusahaan mencatatkan kenaikan sebesar 6% menjadi US$ 472,8 juta. Total DER perusahaan saat ini berada di level 434,49%, dimana ini cukup berisiko dari sisi neracanya, meskipun secara jangka pendek masih aman karena kas perusahaan yang cukup besar dalam menutupi hutang buruk jangka pendeknya.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Perusahaan pada kuartal pertama tahun 2024 mencatatkan penurunan pendapatan yang tipis 1,1% menjadi US$ 145,4 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar US$ 147 juta. Kemudian laba sebelum pajak penghasilan turun 4,7% menjadi US$ 72,7 juta, karena adanya kerugian kurs mata uang asing dan lain-lain bersih yang meningkat.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Pendapatan perusahaan mengalami penurunan yang berasal dari turunnya penjualan listrik 0,5%, kemudian penjualan uap turun 5,3%, dan pendapatan sewa pembiayaan juga turun 2,1%. Sedangkan pendapatan sewa operasi mencatatkan kenaikan yang tipis, dan pada biaya manajemen juga naik tapi kontribusinya sangat kecil.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Sedangkan dari informasi segmen, pendapatannya berasal dari proyek Salak, Darajat, Wayang Windu, dan segmen lainnya. Jika di total dari tiga pendapatan seperti kontrak dengan pelanggan, sewa operasi, dan sewa pembiayaan, maka ketiga segmennya mengalami penurunan pendapatan secara yoy. Sedangkan Wayang Windu berhasil naik 1,6%.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Dengan hal tersebut membuat laba bersih perusahaan mengalami penurunan 1,4% menjadi US$ 28,8 juta dari sebelumnya US$ 29,2 juta. Persentase penurunan laba bersih yang lebih sedikit jika dibandingkan laba sebelum pajak tersebut karena laba bersih untuk kepentingan non-pengendali yang turun lebih besar yaitu 20,2%.
Sumber: Laporan Keuangan BREN Q1 2024
Blackrock mengumumkan perubahan komposisi kepemilikan pada 2 produk ETF-nya, yaitu iShares Global Clean Energy ETF (ICLN) dan iShares Global Clean Energy UCITS ETF (INRG). Total dana kelolaan kedua produk ETF tersebut saat ini masing-masingnya mencapai US$ 2,26 miliar dan US$ 3,24 miliar.
Dimana keduanya telah melakukan perubahan komposisi dengan melakukan pembelian saham BREN, per posisi 7 Mei 2024 kepemilikan ICLN di BREN sebesar 63,8 juta lembar, kemudian kepemilikan INRG sebesar 91,27 juta lembar. Total lembar saham beredar BREN posisi April 2024 adalah sebesar 133,7 miliar lembar saham, jadi kepemilikan BlackRock di saham BREN berada di level 0,1% saja.
Sumber: ishares.com
Bicara mengenai dua produk ETF ini, sebenarnya kalau kita lihat return yang dicatatkan dalam 3 tahun terakhir juga terus mengalami penurunan.
Sumber: ishares.com
Dan secara keseluruhan, kinerja pendapatan dan laba bersih BlackRock juga naik turun, dimana tahun 2022 tercatat mengalami penurunan, dan tahun 2023 kembali naik, kemudian pada kuartal pertama tahun 2024 juga naik lagi jika dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2023.
Sumber: Tradingview.com
Jika kita lihat, market cap BBCA dengan BREN lumayan jauh perbandingannya. Meskipun dengan perbandingan aset dan juga laba bersih yang jauh lebih unggul BBCA. Jadi data ini hanya sebagai perbandingan saja, bahwa dari sisi keuangan yang dimiliki oleh BREN jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang dimiliki oleh BBCA saat ini, namun BREN mampu memiliki market cap yang lebih besar dari BBCA.
Sumber: Laporan Keuangan BBCA & BREN Q1 2024
Tidak hanya pembangkit listrik geothermal saja yang dimiliki perusahaan, kini BREN telah melakukan akuisisi beberapa proyek energi angin di seluruh Indonesia dengan potensi kapasitas mencapai 396 MW. Dimana untuk Sidrap 1 sudah beroperasi, kemudian Sidrap 2, Sukabumi, dan Lombok masih dalam tahap pengembangan.
Sumber: Public Expose BREN Mei 2024
Penyelesaikan akuisisi terhadap perusahaan PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap) baru terjadi pada 3 April 2024. BREN juga telah melakukan akuisisi PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI) yang mempunyai peranan penting dalam mendukung kegiatan operasional Sidrap.
Sumber: Press Rilis BREN April 2024
Tadi kita lihat bahwa pendapatan perusahaan baru berasal dari tiga proyek pembangkit listrik saja, dan juga dari segmen lainnya ini, dimana ketiga segmen mengalami penurunan pendapatan, dan karena penyelesaian akuisisi terjadi pada 3 April 2024, maka kontribusi pendapatan tenaga angin belum tercermin pada kuartal pertama tahun 2024, maka nantinya PLTB yang telah diakusisi akan menambah pendapatan perusahaan.
Perusahaan sendiri akan tetap merealisasikan rencana ekspansi yang telah ditetapkan untuk mengoperasikan kapasitas sebesar 1.300 MW pada tahun 2028. Upaya ini akan diraih dengan pengembangan unit-unit baru di wilayah operasi panas bumi saat ini dan pengembangan kawasan greenfield di bidang energi panas bumi serta tenaga angin. Jika di total dari ketiga proyek geothermal ada 886 MW, ditambah PLTB Sidrap 78 MW, maka kapasitas sudah menjadi 964 MW, meskipun posisi Q1 2024 yang tercatat baru 886 MW saja. Jadi dengan adanya target tersebut membuat kinerja perusahaan kedepannya punya prospek cukup cerah. Apalagi yang masih dalam tahap pengembangan dan eksplorasi cukup besar potensi kapasitasnya.
Dimana potensi maksimum kapasitas geothermal mencapai lebih dari 2.000 MW untuk kedepannya. Dengan melalui penambahan kapasitas pada aset yang telah dioperasikan sebesar 116 MW, pengembangan area baru 1.000 MW. Maka potensi total mencapai 2.002 MW.
Sumber: Public Expose BREN Mei 2024
Kemudian untuk tenaga angin, potensi total mencapai 396 MW. Dengan pengembangan area baru sebesar 318 MW tadi. Sehingga dengan potensi yang besar ini menjadi salah satu alasan kenapa BlackRock dan yang lainnya tertarik untuk berinvestasi di saham BREN.
Sumber: Public Expose BREN Mei 2024
Dari sisi pendapatan maupun laba bersihnya terus mencatatkan kenaikan kinerja, dan tahun 2024 ini karena adanya penambahan kapasitas pembangkit listrik maka kita proyeksikan secara konservatif pendapatan maupun laba bersih perusahaan naik 5% secara yoy. Dari sisi pendapatan dan laba bersih secara historis sebenarnya cukup bagus karena terus bertumbuh.
Sumber: Laporan Keuangan BREN
Dengan kinerja pendapatan dan laba bersih secara historis yang cukup baik, kabar tidak bagusnya perusahaan mempunyai valuasi yang sangat mahal, terlihat pada PBV perusahaan yang saat ini menyentuh level 177x dengan potensi ROE mencapai 23,85%. Jadi dengan melihat valuasi yang sudah sangat mahal ini tentu lebih baik untuk mencari saham lain yang berfundamental bagus dan valuasinya masih murah.
Sumber: Laporan Keuangan BREN
Meskipun valuasi saham BREN mungkin terlihat mahal saat ini, pertimbangkan untuk menyelidiki saham lain yang memiliki fundamental yang kuat dengan valuasi yang lebih menarik. Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery kami untuk mendapatkan wawasan mendalam dan analisa investasi yang tepat, klik gambar di bawah ini untuk bergabung sekarang.
© 2024. All rights reserved