Daftar Isi
TogglePT Adaro Andalan Indonesia (AADI) yang merupakan anak usaha ADRO (PT Alamtri Resources Indonesia) akan dijual kepada para pemegang saham ADRO. Dengan langkah ini, AADI yang bergerak di bisnis batubara termal, akan beroperasi secara mandiri, sementara ADRO ke depannya akan fokus pada Adaro Minerals (ADMR) dengan bisnis batubara metalurgi dan smelter aluminium, serta Adaro Green yang bergerak di pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Spin-off ini menjadi perbincangan para investor, mengingat batubara termal AADI sebelumnya memberikan kontribusi besar terhadap kinerja ADRO. Langkah ini juga melibatkan skema IPO, PUPS, serta pembagian dividen jumbo yang menarik perhatian pasar.
Lalu bagaimana prospek kinerja AADI? Apakah perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya terutama di tengah tren penurunan harga batubara sejak 2022? Artikel ini akan mengupas lebih lanjut mengenai bisnis AADI dan prospeknya.
Perusahaan didirikan pada tahun 2004 dengan nama PT Alam Tri Abadi, kemudian pada tahun 2024 ini mengubah namanya menjadi PT Adaro Andalan Indonesia (AADI). AADI merupakan perusahaan induk yang mempunyai beberapa perusahaan anak yang bergerak di bisnis pertambangan batu bara termal, logistik, pengelolaan aset lahan (Adaro Land), pengelolaan air (Adaro Water), dan bidang bisnis lain seperti investasi (Adaro Capital), jasa konsultasi bidang pertambangan, ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi informasi.
AADI mempunyai 7 aset pertambangan batu bara termal yaitu Adaro Indonesia (AI), Semesta Centramas (SCM), Laskar Semesta Alam (LSA), Paramitha Cipta Sarana (PCS), Mustika Indah Permai (MIP), Pari Coal (PC) dan Ratah Coal (RC). 5 dari 7 aset tersebut sudah beroperasi yaitu AI, LSA, SCM, PCS berlokasi di Kalimantan Selatan, dan MIP di Sumatera Selatan, sedangkan 2 aset lainnya yaitu PC dan RC yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah saat ini belum beroperasi, dimana masih dalam tahap pengembangan.
Dari laporan cadangan dan sumber daya JORC yang disusun PT Quantus Consultants Indonesia (QCI), konsesi AI, SCM, LSA, PCS, dan MIP mempunyai estimasi cadangan batu bara sebesar 917,4 juta ton pada Q2 2024, dengan sumber daya sebesar 4.102 juta ton. Bagaimana kondisi kinerja AADI saat ini?
Dari sisi aset, pada Q2 2024 Perusahaan mencatatkan penurunan aset sebesar 23% menjadi USD 5,4 miliar dari sebelumnya USD 7 miliar, penurunan ini paling besar berasal dari kas yang turun 57% menjadi USD 1 miliar, karena ada pembayaran dividen kepada pemegang saham. Kas perusahaan berkontribusi sebesar 19,8% dari total asetnya.
Dari sisi liabilitas, AADI mempunyai total hutang buruk yang mencapai USD 1,6 miliar. Dengan hutang buruk jangka pendek sebesar USD 760,2 juta, jika dibandingkan dengan kas yang mencapai USD 1 miliar, maka ini sangat aman.
Sedangkan untuk ekuitasnya, mencatatkan penurunan 45% menjadi USD 2,3 miliar, karena saldo laba yang turun akibat pembagian dividen tersebut. DER Perusahaan berada di level 67%, jadi kondisi neraca saat ini masih bagus dan sehat.
Dari arus kas operasi, AADI juga mencatatkan hasil yang positif, dimana mencapai USD 633 juta, dari sebelumnya negatif USD 153,6 juta.
Pendapatan AADI Q2 2024 turun 18,5% menjadi USD 2,6 miliar dari sebelumnya USD 3,2 miliar. Jika kita lihat pendapatan tahun 2022 merupakan pendapatan tertinggi, yang terdorong oleh kenaikan harga batubara global. Kemudian masuk ke laba brutonya, pada Q2 2024 turun 30,6% menjadi USD 777 juta, hal ini disebabkan oleh penurunan harga jual batu bara sebesar 23%, meskipun volume penjualan batu bara naik 5% secara yoy.
Dan untuk bottom line, AADI mencatatkan kenaikan 21% menjadi USD 858,9 juta, hal ini disebabkan karena adanya pendapatan lain-lain yang berasal dari keuntungan penjualan saham PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR).
Pendapatan terbesar berasal dari penjualan batubara, yang mencapai USD 2,5 miliar atau mencapai 96,1% dari total penjualan. Mayoritasnya adalah penjualan batubara ekspor, yang mencapai USD 2,1 miliar atau 79,8% dari total penjualan.
Sedangkan dari informasi segmen, laba dari segmen pertambangan dan perdagangan batubara mencapai 45,46% tehadap laba periode berjalan konsolidasi.
AADI sendiri pada Q2 2024 memproduksi batu bara termal sebesar 32,74 juta ton. Penjualan ke pasar domestik mencapai 8,13 juta ton, sedangkan eskpor sebesar 24,29 juta ton, yang dikirimkan ke negara seperti China, Malaysia, Korea Selatan, India, Hong Kong, Jepang, Bangladesh, Filipina, Thailand, Taiwan, Vietnam, Singapura dan Selandia Baru.
Dengan melihat kontribusi kinerja AADI yang mayoritasnya berasal dari batubara termal, maka kita perlu melihat prospek harga batubara ke depannya. Saat ini harga batubara global sendiri masih berada di bawah level USD 140 per ton, diproyeksi oleh tradingeconomics, dalam 12 bulan ke depan harga batubara akan berada dikisaran USD 150 per ton, naik tidak terlalu tinggi dari harga sekarang. Pendorong harga batubara yang tidak kemana-mana salah satunya karena meningkatnya pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
Dalam presentasi ADRO, terlihat proyeksi permintaan dan penawaran batubara termal menunjukkan tren penurunan hingga tahun 2030. Namun, penurunan pada sisi penawaran diproyeksi lebih besar dibandingkan permintaan. Hal ini mengindikasikan bahwa harga batubara termal berpotensi stabil atau mengalami kenaikan tapi terbatas. Penurunan ini didorong oleh banyak negara yang mulai fokus pada transisi energi bersih. AADI sendiri berencana terus mengembangkan pasar batubara termal dengan strategi peningkatan produksi. Dengan demikian, kinerja AADI ke depannya berpotensi tetap stabil, ditopang oleh kenaikan volume penjualan seiring ekspansi produksi tersebut.
AADI akan IPO dengan mengeluarkan saham baru sebanyak-banyaknya 778.689.200 lembar saham, atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Sebelumnya saham baru tersebut ditawarkan dengan harga penawaran Rp 4.590 – Rp 5.900 per saham, jumlah nilai IPO ini sebanyak-banyaknya Rp4,59 triliun. Kemudian saat ini sudah ditetapkan harga IPO AADI sebesar Rp 5.550 per saham atau akan memperoleh dana sekitar Rp4,31 triliun.
Kepemilikan ADRO sebelum AADI melakukan IPO adalah sebesar 99,99%, dan setelah AADI melakukan IPO, maka kepemilikan ADRO tersebut akan terdilusi menjadi 90%. Ini juga berlaku ke PT Adaro Strategic Investments (ASI), dari kepemilikan 0,01% menjadi 0,00% atau memegang 320 lembar.
Satu hari bursa setelah saham AADI tercatat di Bursa, ADRO akan melakukan penawaran umum atas sebanyak-banyaknya 7.008.202.240 saham AADI yang dimiliki ADRO kepada seluruh pemegang saham ADRO. Setiap pemegang 100 saham ADRO, akan memperoleh 23 saham AADI. Jadi untuk memperoleh 1 lot AADI, diperlukan kepemilikan saham ADRO sebesar 5 lot. Skema ini disebut dengan penawaran umum oleh pemegang saham (PUPS).
Dengan adanya PUPS ini, maka nantinya ADRO sudah tidak memiliki saham AADI lagi, ASI yang sebelumnya hanya memegang 320 lembar atau 0,00%, maka nantinya akan memegang kepemilikan 3,2 miliar lembar atau 41,1% saham AADI, Garibaldi Thohir juga akan menjadi pemegang saham AADI dengan kepemilikan 5,78%, sedangkan Masyarakat nanti total kepemilikannya akan menjadi 53,12% yang berasal dari IPO dan PUPS. ASI dan Garibaldi Thohir adalah pengendali saham AADI.
IPO AADI sendiri untuk jadwal masa penawaran umumnya pada 29 November – 3 Desember 2024. Sedangkan untuk PUPS, masa penawaran umum oleh pemegang saham dijadwalkan pada tanggal 6-10 Desember 2024.
Setelah divestasi AADI, kinerja pendapatan dan laba bersih ADRO masing-masingnya akan turun 65% dan 64% mengacu pada kinerja Q2 2024, memperlihatkan bahwa kontribusi AADI ini besar untuk kinerja ADRO.
Dana yang diperoleh AADI dari IPO ini akan digunakan sebagai berikut:
Dari hasil RUPSLB yang diselenggarakan ADRO, Perusahaan akan membagikan dividen USD 2,6 miliar. Dengan dividen per saham mencapai Rp 1.362,79, ini mengindikasikan dividen yield 36% dengan harga saham Rp 3.770 per saham. Pembagian dividen jumbo ini sendiri dilakukan ADRO dalam membantu mendanai pemegang saham untuk membeli PUPS AADI. AADI sendiri mulai tahun buku 2025 merencanakan rasio pembayaran dividen sampai dengan 45% dari laba bersih konsolidasi.
AADI sudah menentukan harga IPO sebesar Rp 5.550 per saham, ini memperlihatkan valuasi PBV 1,02x dan PER 1,96x. Perhitungan valuasi ini sudah memperhitungkan nilai emisi yang diperoleh Perusahaan, begitu juga dengan estimasi laba bersih full year 2024 untuk perhitungan PER. Untuk harga PUPS sendiri masih belum diketahui karena menunggu saham AADI listing terlebih dahulu, dimana harganya nanti sebesar harga rata-rata tertimbang yang terbentuk setelah penutupan perdagangan pada hari pencatatan saham AADI di BEI.
Jika Anda tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang investasi dan analisis saham, bergabunglah dengan program Value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk mendaftar dan memulai perjalanan investasi Anda.
© 2024. All rights reserved