Window Dressing Saham: Kapan dan Bagaimana Dampaknya

Temukan seluk beluk window dressing saham, kapan, dan bagaimana dampaknya. Pelajari mengapa window dressing saham adalah kunci investasi

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Pertama-tama, mari kita bahas fenomena yang kerap kali menghiasi akhir tahun dalam dunia investasi, yaitu Window Dressing. Window dressing adalah strategi yang biasanya dilakukan oleh para manajer investasi untuk mempercantik kinerja dalam portofolio mereka, supaya reportnya nanti terlihat bagus. Karena para manajer investasi ini berusaha untuk mempercantik portofolionya, maka mereka akan melakukan cara agar saham-sahamnya pada bagus, ketika posisi akhir tahun manajer investasi akan membuka kinerjanya dan akan kelihatan bagus.

Apakah hanya manajer investasi saja yang melakukan seperti itu? Ternyata tidak, window dressing ini juga dilakukan oleh perusahaan Tbk, supaya nanti ketika rilis laporan keuangan misalkan posisi 31 Desember itu laporan keuangannya bagus. Walaupun nanti biasanya di bulan setelah periode akhir tahun tersebut rilis, biasanya kinerjanya akan turun terlebih dahulu dan itu menjadi hal yang biasa, apakah itu berarti setelahnya kurang bagus dalam artian tidak mencerminkan kinerja sebenarnya? menurut kami itu mencerminkan kinerja sesungguhnya juga, karena acuan kita selalu pada posisi akhir tahun dan biasanya setiap akhir tahun itu perusahaan-perusahaan Tbk berusaha untuk melakukan window dressing, itu tidak masalah karena yang penting adalah kita mengacu pada kinerja posisi akhir tahun, berarti harus konsisten terus setiap akhir tahun kinerjanya akan seperti apa.

Dalam analisis data IHSG yang diambil dari Stockbit, dari tahun 2010 sampai tahun 2021 IHSG di bulan Desember itu naik semua, namun di bulan Desember tahun 2022 tercatat turun. Kalau melihat histori di bulan November dari tahun 2010 sampai tahun 2023 itu kebanyakan turun yang naiknya hanya 4 tahun saja di tahun 2014, 2018, 2020, dan 2023 ini. Selebihnya di bulan November itu merah semua, jadi bulan November secara probabilitas berarti kebanyakan turun. Kalau kita melihat secara perekonomian di Indonesia yang terjadi pada bulan Desember 2022 yang dimana membuat IHSG bulan Desember 2022 kemarin merah, inflasi Indonesia waktu itu tercatat naik menjadi 5,51%. Kemudian Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan ke level 5,5%. Tentu adanya dua hal ini menjadi sentimen negatif untuk IHSG. Kemudian pada posisi saat ini Desember 2023 sampai tanggal 14, IHSG masih tercatat hijau, masih ada sekitar 2 minggu lagi untuk melihat apakah bulan Desember 2023 ini IHSG bisa ditutup hijau.

Kemudian bagaimana dampaknya bagi kita para investor? Dampak window dressing terhadap investor seperti kita adalah saham-saham yang kita pegang harusnya ikut naik, cuman harusnya kita punya punya saham itu sebelum terjadi window dressing, jangan kita beli saat terjadi window dressing, tetapi saat market sedang lesu. Kita beli saham-saham yang bagus kinerjanya, harganya masih murah, masih belum dilihat market dalam artian harga sahamnya masih tidur. Nanti ketika window dressing terjadi, harga saham-saham yang kita pegang pada naik.

Saham yang menarik bagi investor diluar indeks LQ45, window dressing biasanya dominan pada saham LQ45, karena paling likuid, yang biasanya disasar oleh para manajer investasi karena berupaya mempercantik kinerjanya, saham-saham yang dipegang para manajer investasi ini rata-rata saham LQ45, sekarang bagi kita yang tidak memegang saham LQ45 apakah ada peluang? tetap ada peluang karena mau tidak mau nanti juga akan terkena dampaknya, tapi memang kalau secara urut yang naik LQ45 dulu, habis itu diikuti saham-saham yang lain, dan yang paling penting adalah kita fokus di kinerja perusahaan yang bagus. Justru saham di luar LQ45 kadang malah menarik, karena saham-saham yang market cap-nya belum terlalu besar untuk naik 100% ini lebih gampang dibandingkan dengan saham-saham LQ45, meskipun masih ada saham LQ45 yang masih murah dan masih ada potensi naik 100%.

Saat window dressing akan terjadi kenaikan harga saham dan itu bisa menguntungkan perusahaan, kalau secara kondisi fundamental itu tidak memberi keuntungan, dalam artian apakah nanti ketika harga saham perusahaan tersebut naik perusahaan akan dapat tambahan income itu tidak, karena income perusahaan berasal dari kinerja perusahaan tersebut, tapi perusahaan ini dapat keuntungan kalau market cap-nya naik, artinya ketika market cap naik itu nilai perusahaan juga akan naik yang bisa digambarkan ini perusahaan besar, perusahaan yang hebat karena market cap-nya naik, market cap ini semacam “nilai perusahaan” ketika kita mau mengakuisisi 100% perusahaan. Misalkan Bank BCA (BBCA) ini memiliki market cap 1.000 triliun, berarti kita perlu punya duit 1.000 triliun untuk mengakuisisi 100% BBCA, jadi makin besar berarti perusahaannya makin bernilai. Jadi disitu keuntungan perusahaan disisi market cap. Jadi secara nyata itu tidak dapat keuntungan seperti tambahan income dan sebagainya, tapi secara nilai itu sangat berdampak sekali terhadap perusahaan

Bagaimana cara memanfaatkan fenomena window dressing ini setiap tahun? Pilih saham-saham yang kinerjanya naik signifikan, tapi sentimennya masih negatif, sehingga harga sahamnya belum naik, labanya naik signifikan, neracanya sehat, tapi harga sahamnya dalam satu tahun ini justru masih minus. Ini kesempatan yang menarik karena sentimennya masih negatif, itu bisa dibeli. Kemudian pada saat window dressing ini datang, harga sahamnya akan naik.

Sebagai investor cerdas, memahami dan memanfaatkan window dressing dapat menjajdi keuntungan. Jangan lewatkan bergabung dengan Program Value Investing Mastery dan tingkatkan pemahaman investasi Anda, klik gambar di bawah dan raih kesempatan untuk mencapai keberhasilan investasi Anda.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter