Story Semen dan Bisnis Proses Semen | Prospek Investasi
UP STREAM/HULU
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat, seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan kompak. Untuk pengambilan bahan baku Semen ini sama seperti Batubara yang memerlukan Alat berat untuk mengeruk, akan tetapi perbedaan kedua ini ialah pengambilan bahan baku semen dari berbentuk gunung yang sangat besar yang dikeruk, jadi tidak memerlukan beberapa tempat untuk di tambang sedangkan pengambilan bahan baku batubara terkubur didalam tanah yang sangat dalam dan harus mengetahui berapa cadangan produksi di dalamnya.
Untuk bahan baku semen ini ialah hasil olahan pembakaran Batu kapur, Pasir silica, Pasir besi, dan tanah Liat, bahan campuran tersebut menjadi bahan dasar semen dengan komposisi 70-95% (Klinker). Sedangkan bahan baku tambahan ialah Batu kapur,Pozzolan, Abu terbang dan lain lain.
Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnnya, adapun bahan utama yang di kandung semen adalah Kapur (CaO), Silikat (SiO2), alumunia (AL2O3), Ferro oksida (Fe2O3), Magnesit (MgO), serta oksida lain didalam jumlah kecil.
Adapun dalam bahan baku pengikatan Semen memerlukan Klinker dan sedikit gips (kurang dari 5% berat) harus ditambahkan untuk menghindari pengerasan dengan cepat akibat trikalsium aluminat.
Dan yang ang harus kita ketahui bahwa dalam pembuatan Semen juga ada proses Burning / pembakaran yang memerlukan Batubara yang sangat besar sebagai bahan bakar .
MID STREAM/Aliran Tengah-Pengolahan
- Proses Quarrying adalah proses penambangan bahan baku berupa batu kapur yang di ambil dari penambangan, proses ini terbagi lagi menjadi Pengelupasan untuk mengelupasi bagian tanah yang menutupi batuan kapur, kurang lebih sedalam 30 cm dengan menggunakan bulldozer, setelah itu pengeboran dilakukan di titik2 tertentu pada batuan yang telah tersingkap dengan menggunakan kompresor rock drill, pengeboran dilakukan dengan kedalaman 10 meter dengan sudut kemiringan 20 derajat dalam bidang vertical. Dilanjutkan Peledakan dengan memasukkan dynamite atau power jelly yang dihubungkan dengan detonator alat pemicu ledakan pada dasar lubang batuan yang dibor sebelum dilakukan proses peledakan permukaan ditutup terlebih dahulu menggunakan tanah. Tahap berikutnya adalah pengecilan ukuran batuan atau Breaking, ukuran batuan hasil peledakan berupa Batu kapur dan bahan baku lainnya biasanya masih terlalu besar ukurannya lebih dari 1 meter kubik, bebatuan di pecahkan menggunakan rocker breaker atau excavator yang ujungnya di ganti oleh hemer agar mudah dalam proses pengangkutan. Barulah dilanjutkan proses pemuatan loading dan pengangkutan howling batuan yang telah hancur kemudian dimuat kedalam dumtruk menggunakan will loader dan truk akan mengangkut batuan dari tempat penambangan ke tempat penghancuran atau crusher.
- Proses Penghancuran Material baku (Gyratory Crusher), setelah proses Quarrying kemudian transportasikan menggunakan belt conveyor menuju ke mesin penghancur dan dikecilkan ukurannya, mesin penghancur yang digunakan dalah Giratoriu Crusher, terdapat dua giratoriu crusher dan mempunyai fungsi yang sama hanya saja pada giratoriu crusher yang kedua berfungsi untuk menghasilkan gerusan yang lebih halus lagi dari crusher yang pertama , cara kerja umumnya material diumpankan melalui feeder biasnya provider material ini akan masuk kedalam crusher dan akan mengalami penyempitan ruang di dinding ruang craser akibat putaran atau gerakan alat pemecah sehingga akan tertekan dan pecah, sementara material yang ukurannya sudah cukup kecil sesuai dengan desain crusher jatuh melalui lubang saringan yang ada di bawah feeder sehingga langsung dicampur dengan produk Rezer dan dikirim menuju proses selanjutnya melalui conveyor belt.
- Proses Raw Material Storage/Pre-Homogenizing komposisi bahan baku sangat variatif maka digunakan proses blending yang terdiri dari tahap 1.steking dan reclaiming, proses ini bertujuan menghomogenkan bahan baku untuk mendapatkan kualitas material yang sesuai dengan permintaan bagian dari quality control packing, proses ini terjadi dari beberapa tahap yaitu stacking metode yang digunakan untuk menyimpan materi yang memiliki beberapa bentuk sesuai tujuannya dan kemudian 2.reclining merupakan metode pengerukan material untuk dikirim ke raw material bin. 3.Weihting sebagai penimbang bahan baku.
- Raw Mill bahan dari Feeder nin kemudian di umpankan menuju Raw mill terjadi proses grinding dan transport serta separating, material campuran masuk dari cerobong raw mill lalu bahan dihaluskan oleh penggiling dari ukuran 700 mikrometer menjadi 9 mikrometer, material campuran ini juga dikeringkan sampai kelembaban 1% dengan media udara panas yang berasal dari kiln, udara panas ini dihembuskan kedalam raw mill dari bagian bawah, selain mengeringkan material juga untuk mendorong material tersebut sehingga material berpindah menuju ke separator, bahan kering tadi kemudian di pisahkan oleh separator material yang sudah halus kemudian ketahap proses selanjutnya sedangkan yang kasar akan jatuh dan terus mengalami proses penggilingan sampai halus. Dari proses ini didapatkan material terbaik yang disebut Raw meal.
- Proses Homogenizing di proses ini material tersebut ditransportasikan dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator menuju ke blending silo, selain bertujuan untuk menyimpan sementara blending silo berfungsi untuk tempat homogenisasi pada prinsipnya adalah proses pengadukan material baku yang dilakukan dalam homogenizing silo, hal ini dilakukan karena komposisi material tersebut masih belum homogen, proses pengadukan dalam homogeny silo tersebut menggunakan aliran udara yang dihembuskan oleh blower yang pada intinya sama seperti pre homogenizing yang bebeda hanya ukurannya dan bahan penyusun bahan bakunya sudah lengkap tercampur .
- Proses Burning di proses pembakaran ini satu2 nya tahap di pabrik semen yang terdapat proses kimianya, di tahap ini raw meal akan mengalami proses kalsinasi di calciner dan klingkerisasi ditahap kiln. serangkaian link sistem ini terdiri dari Preheater, calciner, kiln dan grade cooler.
Pre heating Raw meal akan melewati pemansan awal di menara suspension fre heater yang terdiri dari 4-6 stage menggunakan hot gas keluaran dari proses kiln, dalam tahap ini ada 2 proses penting, heat transfer dan separasi. Hot gas yang dialirkan dari bagian bawah berfungsi untuk mengeringkan material bahan baku yang sudah dikeringkan akan melewati proses pengeringan empat hinga enam kali pengeringan, proses pengeringan sebelum menuju ke tahap calciner. Udara panas atau hot gas yang di alirkan dari bawah akan keliuar pada bagian atas dengan membawa sedikit material hasil dari proses pre heating, hot gas dan sedikit material yang terikut kemudian di alirkan ke electrical precipitation untuk di olah sebelum dibuang ke udara bebas.
Secara keseluruhan proses yang terjadi di pre heater meliputi evaporasi air permukaan dan air hidrat dikomposisi clay/tanah liat dan sedikit kalsinasi.
Calciner dari preheater material kemudian dialirkan menuju ke calciner dengan proses peruraian 800 derajar C kalsium karbonat menjadi kalsium oksida dan CO2 dan sedikit MgCO3 menjadi MgO+CO2 dan CaCO2 menjadi CaO+CO2. Karena reaksi bersifat endotermis maka diperlukan panas yang cukup tinggi suhu diatas 800 derajat Celsius dan tekanan 1 ATM.
Setelah itu baru ke proses Klin rotary yang merupakan jantung pabrik Semen yang mana proses pembentukan berlangsung material masuk dari suhu 800 derajat Celsius dan Rotary Kiln bisa mencapai 1450 derajat Celsius sehingga membentuk Klingker/Kerak, dan untuk suhu panas dari rotary Klin ini juga menjadi pusat dari pengiriman suhu panas di Pre heater,Calciner, dan Electrical precipitation setelah itu dibuang ke udara bebas. Setelah itu menjadi Klingker/Kerak menuju ke Grade Cooler untuk di dinginkan ke suhu 120 hingga 200 derajat Celsius, baru menuju ke Klinker Storage setelah suhu mencapai 120-200 derajat Celsius baru di alirkan ke feeder ,Gypsum dan mineral component.
- Proses Finishing Granding Pada Tahap ini Klinker akan di giling bersama bahan lainnya untuk menjadi semen menggunakan penggiling bola, semen yang telah dihasilkan kemudian di transportasikan menggunakan air sliding conveyor, lalu di transportasikan lgi ke bucket elevator, lalu di ayak menggunakan vibrating screen untuk mendapatkan ukuran pertikel semen yang sama lalu di transportasikan lgi menggunakan air sliding conveyor menuju ke Coment silo, setelah itu didistribusikan ke konsumen dalam bentuk box atau curah dan di packing terlebih dahulu didistribusikan dengan satuan sak
DOWN STREAM/HILIR
Emiten INTP dan SMGR ternyata melakukan penjualan dengan model bisnis B2C (Business to Costumers) mudahnya itu langsung ke pihak penjual, oleh karena itu tidak ada penjualan melebihi 10% kepada pihak ketiga dan sangat tergantung dengan inovasi produk maupun keloyalan penjualan.
Story Semen
Semen ialah zat yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya, kandungan yang ada di dalamnya ada Oksida Kapur (CaO), Oksida silika (SiO2), oksida alumina (AI2O3), dan Oksida besi (Fe2O3).
Ok sekilas kita dapat menyimpulkan bahwa permintaan semen ini akan berpengaruh terhadap Pembangunan di Indonsia baik itu Property maupun Kontruksi. Pembakaran pembuatan semen membutuhakan bahan bakar Batu bara.
Nah, kali ini kami hanya membuat story dari sisi kuantitaif LK saat Semen Hype di 2011 sampai dengan hype di 2013 dan setelah itu di 2014 dan 2015 yang mengalami penurunan sangat signifikan.
Kita mulai melihat data di Story harga SMGR, INKP dan SMCB pada tahun 2011, terjadi kenaikan dan masuk tahun 2013 kenaikannya sangat signifikan. Sebenarnya kenaikan semen dimulai dari tahun 2010 tetapi saya tidak memulai dari 2010 dikarenakan ditahun tersebut kenaikannya lebih karena recovery dari penurunan tajam tahun 2008 dan 2009.
Saham SMGR dari harga sekitar 6000an, INTP sekitar 10,000an dan SMCB sekitar 1400an per lembar saham di tahun 2011, kemudian di tahun 2013 terjadi kenaikan yang sangat signifikan. Saham SMGR naik ke harga 19,000an, INTP ke harga 27,000an dan SMCB ke harga 3800an Perlembar.
Padahal di saat itu harga Coal terjadi kenaikan signifikan. Di tahun 2011 harga Coal sekitar 110$/ton. Sedangkan tahun selanjutnya sampai 2015 harga Coal selalu menurun, akan tetapi Beban COGS tidak terlalu signifikan terhadap laba bersih Emiten.
Kita coba kulik dari laporan keuangan untuk story Semen ini :
- SMGR (2011,2012,2013,2014,2015)
Pendapatan : 16,4T, 19,6T, 24,5T, 27T, 26,9T
COGS : 8,9T, 10,3T, 13,6T, 15,4T, 16,3T
Laba : 3,9T, 4,8T, 5,3T, 5,6T, 4,5T
ROE : 29.9%, 28,7%, 27,8%, 25%, 9,4%.
- INTP (2011,2012,2013,2014,2015)
Pendapatan : 13,9T, 17,3T, 18,7T, 20T, 17,8T.
COGS ; 7,5T, 9T, 10T, 10,9T, 9,9T
Laba: 3,6T, 4,8T, 5T, 5,3T, 4,4T
ROE: 27,8%, 30%, 26,2%, 24%, 21%.
- SMCB (2011,2012,2013,2014,2015)
Pendapatan : 7,5T, 9T, 9,7T, 10,5T, 9,2T
COGS ; 4,7T, 5,7T, 6,3T, 7,5T, 7T
Laba : 1,1T, 1,4T, 1T, 0,66T, 0,12T
ROE : 21,4%, 22%, 15%, 9%, 2,2%.
Oke, kalo kita lihat di Laporan keuangan tersebut terlihat bahwa Pendapatan selalu mengalami kenaiikan di 3 emiten Semen ini kecuaii tahun 2015, dimana saat itu puncak menurunnya pembangunan di indonesia yang mengakibatkan penjualan menurun.
Seperti halnya COGS terlihat di 3 emiten semen ini selalu mengalami kenaikan padahal harga Coal selalu menurun dari puncaknya tahun 2011, artinya beban bahan baku pembakaran tidak terlalu signifikan terhadap Coal.
Lanjut ke Laba dan ROE di 3 semen ini terlihat di 2012 mengalami kenaikan kecuali ROE SMGR yang mengalamai penurunan. Apabila kita lihat dari sisi harga sahamnya di tahun 2012 semua mengalami penurunan. Dan tahun 2013 di saat Laba di 3 semen ini mengalami kenaikan (kecuali SMCB) tetapi ROE semua perusahaan mengalamai penurunan. Aapabila kita berpatok di Rasio ini mungkin kita akan ketinggalan kereta di karenakan di tahun 2013 ini semua emiten semen malah mengalamai kenakai harga saham yang sangat signifian . Lalu di tahun 2014 dan 2015 cenderung mengalami penurunan harga yang signifikan bahkan kembali ke harga terendah. Apakah akibat dari turun nya dari laba rugi yang jauh di dari ekpestasi ? Kami rasa bukan di karenakan di tahun 2013 laba emiten hanya naik biasanya saja, akan tetapi harga sahamnya naik signifikan.
Setelah kami pelajari dengan cermat sesuai yang dikatakan Guru Value Investor legendaris yaitu Peter Lynch di buku nya One Up Wall Street, terkait menjual saham Cylical ialah konsen di Persedian. Yaitu disaat perusahaan memilki kapasitas persedian penuh dan harus menambah gudang, sedangkan kondisinya tidak berbanding lurus terhadap penjualan. Selain itu, kita juga harus melihat daya beli bahan bangunan menurun. Terbukti apabila kita hubungkan dengan emiten semen ini sangat benar yang di katakan Peter Lynch.
Oke, lalu kapan sebenarnya waktu terbaik untuk membeli?
Dengan adanya data Histori yang kami tarik dari tahun 2008 sampai 2015, kami melihat hal yang berbanding terbalik dengan waktu terbaik untuk menjualnya tadi. Yaitu di saat daya beli bahan bangunan membaik di ikuti dengan persediaan Semen menurun dan penjualan naik, ini sebagai tanda bahwa waktu terbaik untuk membeli emiten Cylical Semen ini (termasuk semua saham cyclical lainnya).
Mari Kita Coba di Emiten Semen INTP sebagai contoh agar lebih mudah dimengerti dalam kasus ini:
- INTP 2011 : SALES Naik 24,7% sedangkan Bahan baku hanya naik 18,5 %, terlihat In line akan tetapi Barang Jadi nya -14% yang artinya permintaan sangat besar bahkan setelah Perusahaan menambahkan bahan baku (Wajar saham di apresiasi saat itu)
- INTP 2012 : SALES Naik 24% tetapi Barang jadi juga naik 99% melebihi kenaikan Sales walaupun bahan baku hanya naik 6% artinya terlihat di 2012 itu perusahaan menumpuk barang jadi/ tidak laku di karenakan permintaan menurun akan tetapi perusahaan terlalu optimis (Wajar saham sempat mengalami punurnan)
- INTP 2013 : SALES naik 8% sedangkan Bahan baku naik 16% terlihat buruk apabila kita hanya melihat sampai disitu akan tetapi apabila di lihat dari barang jadi -15,7% artinya permintaan sangat memuncak di tahun ini (Wajar terjadi kenaikan harga yang sangat signifikan di tahun ini)
- INTP 2014 : SALES Naik 7% akan tetapi bahan baku dan barang jadi naik 10% melebihi Sales dan di ikuti melemahnya pembangunan (Wajar Saham turun).
- INTP 2015 : Sales Turun 11% akan tetapi Barang Jadi naik 15% ini sebagai tanda bahwa Melemahnya pembangunan mengakibatkan permintaan Semen menurun Drastis bahkan di saat ini terlihat kompetitornya sdh banyak menurukan Harga Semen per Sak yang mengakibatkan INTP menumpuk barang jadi, dikarenakan masa masa sulitnya perusahaan semen untuk menjual produknya (Inilah terjadi penurunan Saham yang signifikan).
Nah, kira – kira itu story semen secara histori. Kalau kondisi sekarang, menurut kalian gimana nih?
Erose Perwita
Author | Founder theinvestor.id