Krisis Pangan Global di tahun 2023
Sekilas kami jelaskan dlu bahwa pangan merupakan kebutuhan sangat penting bagi semua orang, oleh karena itu, terjadinya krisis pangan di beberapa Negara tentunya menjadi perhatian khusus bagi Indonesia. Dampak Krisis pangan Dunia dinilai akan berimbas pada sektor pangan Nasional.
Agar kebutuhan stock pangan Nasional tetap terpenuhi, Pemerintah perlu memperhatikan Produksi Komoditas Pangan Nasional yaitu Komoditas Beras dan Jagung dikarenakan sudah ada 22 Negara yang menghentikan Ekspor. Di Indonesia sendiri, Beras sebagai bahan baku utama dari Konsumsi masyarakat dan Jagung sebagai bahan baku pangan untuk ternak (termasuk 50% dari pakan ternak Poultry).
Oh iya jangan lupakan Gandum, saat ini di Indonesia belum banyak Petani Gandum. Hasil riset kami, saat ini lahan gandum terbesar hanya 25 Hektare yaitu di Kecamatan Tosari kabupaten Pasuruan, Jawa timur dimana ini adalah lahan satu-satunya yang mampu menanam gandum di atas lahan lebih dari 10 Hektar.
Penyebab tak berkembangnya pengembangan gandum di Indonesia adalah karena tidak ada penampungan hasil gandum, lalu tak ada upaya pemerintah untuk mengembangkan gandum karena gandum hanya mampu hidup di dataran tinggi dengan suhu 10-25°C dengan curah hujan 350-1250 mm. Sehingga tanaman gandum sendiri harus bersaing dengan tanaman sayuran yang lebih menjanjikan.
Oke, itu sekilas tentang Pangan, nah sekarang kita masuk ke Persoalan pangan yang menjadi permasalahan Krusia Global yang harus di waspadai. Seperti yang kami jelaskan diatas bahwa ada 22 Negara yang menghentikan Ekspor berbagai jenis pangan untuk mengamankan kebutuhan Domestik di tengah ketegangan Geopolitik Dunia. Menurut Riset PBB kenaikan harga pangan ditahun 2022 meningkat sekitar 33% serta pupuk meningkat 50%. Dan menurut riset dari (FOA) Food and Agriculture Organization, harga komoditas biji bijian Dunia termasuk Barley, Gandum dan Jagung mengalami kenaikan mencapai 17,1%.
Dari penjelasan diatas artinya telah terjadi masalah di rantai pasokan pangan Global. Dan pastinya hal ini juga akan berdampak pada rantai pasokan pangan di Indonesia yaitu Komoditas Beras dan Jagung yang merupakan Komoditas pangan Strategis Nasional. Beras maupun jagung masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), 2020-2024 sebagai Program Ketahan pangan Nasional.
Presiden Jokowi memberikan 3 Arahan untuk menjaga ketersedian bahan baku pangan ditengah Ancaman Krisis pangan Dunia dan potensi kekeringan di Seputar wilayah Indonesia, antara lain :
- Presiden menekankan kepada semua pihak agar ketersediaan air di daerah sentra-sentra produksi Pertanian harus terpenuhi. Seperti dari penyimpanan air hujan, memenuhi danau, waduk, embung dan penyimpanan air buatan lainnya,
- Untuk mengatasi Kekeringan dengan cara melakukan percepatan musim tanam, serta harus memanfaatkan hujan yang masih ada saat ini dan harus dipastikann bahwa petani tetap berproduksi tetap bertanam dengan protokol kesehatan. Ketersediaan sarana produksi pertanian dan stimulus ekonomi untuk petani harus di pertajam,
Presiden meminta manejemen pengelolaan stok untuk kebutuhan pokok dari bulog. Bulog harus membeli gabah dari petani, sehingga harga petani menjadi lebih.
Ok, sekarang kita coba cek supply (Produksi) dan demand (Konsumsi) di Indonesia. Sayangnya kami tidak menemukan detail data 2021 dan 2022, akhirnya kami cuma ambil data dari 2016-2020 dari Kementrian Pertanian (Kementan) dan BPS (2022) dalam data 5 tahun terakhir. Dan hasilnya adalah rata – rata kita Impor Beras sebesar 926 Ribu Ton dan Impor Jagung 1,180 Juta Ton. Dari sini kita mengetahui, walaupun kita seharusnya masih mempunyai selisih dari produksi-konsumsi akan tetapi kita masih melakukan Impor yang cukup tinggi yang artinya perlu waspada untuk ancaman krisis Pangan di karenakan angka rata – rata impor tersebut belum di kurangkan apabila terjadinya gagal Panen akibat Hama maupun Prediksi BMKG terkait Kekeringan Tanah yang dapat menggangu Produksi di Indonesia.
Oh iya, selain Beras dan Jagung juga ada Gandum ya sebagai bahan pokok pengganti Beras, cuman kami tidak mendapatkan data hasil produksi dan impor di Indonesia (di BPS pun ternyata juga tidak ada) seperti Gambar di atas. Di karenakan pembahasan kami sebelumnya menjelaskan sedikit tentang Gandum jadi kami akan sedikit menceritakan tentang awal mula Gandum menjadi Produk pengganti dan sekaligus awal mula ada nya pembuatan Mie Instan.
Kita akan lihat histori krisis pangan di tahun 70an. Btw, kami hanya mengambil dari informasi yang sudah ada dikarenakan pada saat Krisis Pangan tahun 1970an itu kami belum lahir dan tidak tahu persis bagaimana kondisinya. Awal mula ialah saat Jepang mengalami Krisis Pangan setelah itu Jepang mendapatkan bantuan pangan berupa Tepung terigu dari Amerika Serikat untuk di buat Roti dll. Tetapi karena roti tidak mampu bertahan lama, maka ada seorang Pengusaha Kelahiran Taiwan di Jepang mencoba mengkukus, menggoreng dan mengeringkan gandum lalu terciptalah Ramen. Pada tahun 1958, lewat Perusahaan Nissin si Pengusaha tadi memperkenalkan Cup Noodles tahun 1971.
Kita Balik ke Indonesia, saat itu Jepang sudah melakukan Ekspor mie ke Indonesia beberapa saat setelah mie ramen itu di ciptakan. Kemudian di saat Krisis pangan di Indonsia terjadi di tahun 1970an menjadi kan Indomie sangat Populer sebagai penganti Nasi. Saat itulah di tahun 1972 masuk lah “Indomie” yg di rintis Djajadi Djaja dan kawan – kawannya sebagai pesaing perusahaan mie instant dari asing. 10 tahun kemudian tibalah Keluarga Salim Grup penguasa Mie instan saat ini dengan Merek “Sarimi”.
Btw, di sini kami lampirkan awal mula adanya Impor Gandum di Indonesia karena saat itu secara harga lebih murah dari pangan Beras.
Oke, setelah kita mengetahui supply dan demand tentunya kita harus mengetahui akar masalah dari krisis pangan ini. Dari analisa riset yang kami lakukan, awal mulanya ialah saat populasi penduduk Dunia maupun indonesia bertambah artinya kebutuhan pangan harusnya juga bisa bertambah mengiringi pertumbuhan pupulasi.
Saat hal ini terjadi seharusnya lahan kosong di jadikan sebagai lahan untuk produksi pangan, tetapi ternyata tidak demikian. Lahan kosong banyak di garap menjadi insfrastruktur baik perumahan maupun industri. Selain itu kurangnya perhatian terhadap kualitas tanah di lahan yang sudah ditanami, akhirnya membuat degradasi lahan dan menurunkan produktifitas pangan (Riset dari Humas UGM 2011).
Dan ini juga terjadi di Negara lainnya yang melahirkan Global Security yang mengakibatkan kebutuhan pangan meningkat drastis di iringi dengan Iklim yang sangat Ekstrim di berbagai negara yang membuat Produksi pangan dibeberapa Negara mengalami penurunan. Seperti yang ditunjukkan gambar sebelah kiri di bawah ini dimana konsumsi lebih tinggi dari pada Produksi. Sangat berbeda dengan gambar yang sebelah kanan dimana produksi sama dengan konsumsi.
Untuk mempermudah pemahaman tentang penyebab dari krisis pangan kami coba mengambil salah satu bagan penyebab terjadinya Krisis Pangan.
Dari tulisan diatas berarti sudah paham kan penyebab krisis pangan terjadi? Kemudian bagaimana dengan sekarang? Awal kasusnya adalah dari adanya Covid-19 yang menyebabkan menurunnya jumlah petani yang berproduksi. Dan hal ini di perparah dengan adanya Perang Rusia dan Ukraina yang membuat dampak Krisis Ekonomi. Disitu lah ada kemungkinan Krisis Pangan itu terjadi (Kemungkinan ya bukan berarti pasti Krisis).
Trus bagaimana dengan Indonesia? Menurut Ibu Menteri Keungan Sri Mulyani peningkatan pangan dunia yang mengkhawatirkan ditambah perang Ukraina dan imbas pandemi membuat jomplangnya demand dan supply serta membuat rantai pasokan pangan bermasalah. Bahkan harga pangan Dunia naik mendekati 13% dan diprediksi naik hingga 20% menjelang akhir tahun 2022 (dipembahasan G20).
Belajar dari kejadian krisis pangan tahun 1970 kita mengetahui bahwa di tahun tersebut terjadinya krisis pangan karena Iklim yang sangat Ekstrim yang menggangu produksi atau gagal panen. Dan ada satu lagi yaitu Hama yang juga bisa membuat Jagung dan Padi di Indonesia gagal panen yang akhirnya akan membuat konsumsi jadi lebih besar dari Produksi.
Oke, trus sebagai investor apa yang harus kita lakukan?
Sebagai Investor tentunya kita harus melihat peluang dibalik krisis (potensi) yang ada. Bahwa ada kesempatan di balik Produsen yang mampu menanam Padi dan Jagung, akan tetapi menjadi sangat tidak menguntungkan bagi Pengusaha Poultry dalam jangka pendek dikarenakan bahan baku Jagung menjadi komponen terbesar sebagai Carbohidrat,Protein,dan Fat nya pencampuran makanannya.
Dan Juga ada peluang di perusahaan yang mempunyai konglomerasi penyedia bahan baku Gandum untuk membuat mie, akan tetapi sangat berdampak negaitf bagi perusahaan mie yang tidak mempunyai supply chain Gandum sendiri. Bukan hanya itu dampak Negatif juga terjadi pada Perusahaan Produksi Biskuit yang tidak mempunyai suplly chain sendiri di bahan bakunya Gandum yang membuat COGS nya juga ikuti meningkat.
Dan berikut adalah adalah data Harga Beras, Jagung, dan Gandum yang kami ambilkan dari tradingeconomics
Erose Perwita
Author | Founder theinvestor.id