fbpx

Saham BREN Naik: Strategi Menghadapi Saham Hype

Temukan analisa mendalam investasi saham, harga, valuasi, dan strategi saham-saham Hype

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Saat ini, kita tidak bisa mengabaikan fenomena saham yang tengah menjadi sorotan, khususnya saham BREN atau Barito Renewables Energy. Sebagai Value Investor kita perlu memandang jauh ke depan, kita perlu memahami strategi dalam menghadapi saham-saham yang sedang booming.

Salah satu saham yang sangat hype saat ini yaitu BREN atau Barito Renewables Energy, sebenarnya BREN ini sebelum IPO pernah kita bahas potensinya di bulan Oktober lalu, kita simpulkan bahwa harga IPO BREN saat itu sudah dihargai premium, tetapi di sisi lain katalisnya sangat kuat, di mana waktu itu katalis Renewable Energy itu sangat kuat, kita bisa melihat saham-saham energi terbarukan seperti PGEO dan sebagainya, harga sahamnya pada naik, maka ketika BREN IPO di bulan Oktober itu di saat momentum yang sangat tepat. Apa yang terjadi setelah IPO, ternyata harga sahamnya terus naik, bahkan naiknya tidak terhentikan. Orang sering menyebutnya harga sahamnya terbang ke Pluto, di mana harga IPO saat itu berada di Rp 780/lembar saham. Saat ini harga saham BREN sudah menyentuh level 6.325, artinya sejak IPO harga sahamnya sudah naik 710% hanya dalam waktu 1 bulan. Selamat bagi yang sudah cuan di BREN.

Di harga Rp 6.325/lembar saham menunjukkan valuasi PBV 213x dengan PER 484x. Tentu saja ini adalah rasio yang sangat-sangat mahal, sudah tidak masuk akal bisa dibilang ini adalah gelembung, tinggal menunggu meletusnya. Dengan kenaikan harga saham BREN sampai saat ini, BREN telah menduduki sebagai saham dengan market cap terbesar nomor dua di Bursa. Namun, dalam jangka panjang keyakinan kami adalah harga saham akan kembali pada fundamentalnya. Dalam jangka pendek harga saham itu akan selalu mengikuti sentimen, jadi sejelek apapun sahamnya ketika sentimennya sangat kuat harga sahamnya akan naik, tapi pada akhirnya harga saham itu akan kembali ke fundamentalnya, alias kami termasuk salah satu investor yang meyakini bahwa suatu saat BREN ini akan juga turun alias meletus, kapan itu? kami tidak tahu.

Read More  Investasi di ARCHI INDONESIA (ARCI): Mengungkap Potensi Pertumbuhan Emas dan Harga Saham

Bagi yang sudah lama di Bursa, pastinya kita ingat setiap tahun pasti akan ada selalu saham-saham yang sifatnya bubble atau saham yang terus dipompa ke atas tanpa didukung fundamental, akhirnya meletus ketika sentimen itu hilang.

Contoh tahun 2020, saat itu pandemi semua orang berada di rumah, bisnis semua berjatuhan, dan sentimen paling kuat adalah vaksin, vaksin ini di Indonesia menarik, satu-satunya BUMN yang ditugaskan untuk meneliti vaksin covid yaitu saham Indofarma (INAF) dan saat itu tahun 2020 tanpa didukung dengan fundamental yang kuat, harga saham INAF naik signifikan, di awal tahun 2020 harga saham INAF di level sekitar Rp 800-an/lmbar saham sampai akhirnya di penghujung tahun 2020 harga sahamnya naik ke level Rp 7.200/lembar saham, atau naik 800%. Tetapi ketika vaksin tersebut sudah ditemukan dan disuntikkan kepada Presiden Jokowi sebagai orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin saat itu, harga sahamnya justru turun alias meletus. Bulan Januari 2021 seketika harga saham INAF tiba-tiba turun, bahkan ARB berjilid-jilid, dari level Rp 7.200/lembar saham kemudian turun ke level Rp 2.000-an/lembar saham. Dan di tahun 2023 ini harga saham INAF jatuh ke level Rp 400-an/lembar saham, alias sudah benar-benar jatuh ke palungnya, jatuh ke fundamental aslinya.

Di tahun 2021, ada fenomena saham bank digital, semua yang berbau digital harga sahamnya naik semua. Bahkan bank-bank kecil yang melaeli dengan bank digital, harga sahamnya juga ikut naik tanpa fundamental yang kuat, salah satu saham yang hype saat itu adalah saham Bank Jago (ARTO), yang di mana tahun 2021 banyak sekali orang yang juga cuan di ARTO, kenaikannya signifikan, waktu itu ada sentimen digital yang di mana saham-saham digital ini dianggap sebagai bisnis masa depan, dan saat itu gojek juga ternyata masuk di saham ARTO, jadi dia mengakuisisi sebagian saham dari ARTO ini, setelah gojek masuk di ARTO harga sahamnya juga naik sangat signifikan, ini juga naik ke pluto, dari awal tahun 2021 harga saham Bank Jago di level Rp 2000-an/lembar saham, kemudian naik ke level Rp 19.000/lembar saham, artinya dalam 1 tahun harga saham Bank Jago naik 800%. Banyak yang cuan pastinya, tetapi cerita berubah menjelang masuk tahun 2022 sampai sekarang, yang di mana kalau kita lihat harga saham ARTO ini turun sangat signifikan, di awal tahun 2022 di level Rp 19.000/lembar saham, tiba-tiba harga sahamnya turun, sampai hari ini harga saham ARTO balik ke fundamental aslinya di harga sekitar Rp 2.300-an/lembar saham. Sekarang apakah banyak yang nyangkut di ARTO? jawabannya masih banyak yang nyangkut dan ketika kami tanya apakah akan melakukan cutloss atau tidak, ternyata rata-rata tidak mau cutloss, masih menunggu harga sahamnya balik ke level Rp 19.000/lembar saham atau paling tidak balik ke level Rp 10.000-an/lembar saham baru mau cutloss.

Read More  Analisis Pendapatan PT AirAsia Indonesia: Naik 396% di Kuartal Pertama 2023!

Pertanyaannya jika tidak didukung dengan fundamental yang kuat, harus ada fenomena seperti tahun 2021, di mana saat itu sangat hype emiten-emiten digital itu baru bisa naik lagi, tapi kalau hanya sebatas seperti sekarang ini, tidak ada sentimen mengenai eranya digital, maka harga sahamnya sulit sekali untuk naik kalau tidak ada kenaikan kinerja atau tidak didukung dengan fundamentalnya. Saat itu Bank Jago juga menjadi salah satu saham dengan market cap terbesar di Bursa, bahkan secara market cap mampu menyalip market cap-nya Bank Mandiri, dan sekarang tentu saja sudah beda ceritanya.

Cerita mengenai fenomena-fenomena tadi, bahwa pastinya setiap tahun akan ada saham-saham yang hype, tapi begitu hype-nya itu hilang, maka harga saham akan kembali ke fundamental aslinya. Bagi kita yang sudah mendedikasikan waktu kita untuk di Bursa, kita bisa cari saham-saham seperti itu alias kita menjadi seorang trend follower ketika trennya bagus kita ikuti, ketika trennya sudah mulai hilang kita lepas, kita lanjutkan ke sektor yang lain yang di mana trennya sedang bagus, kira-kira seperti itu. Tetapi kami yakin rata-rata teman-teman yang mengikuti The Investor ini mayoritas bukan orang yang mendedikasikan waktunya di pasar saham, kami yakin mayoritas di sini adalah mereka yang sibuk tidak punya waktu, mereka yang ngantor dari pagi sampai sore, atau punya bisnis yang tidak bisa ditinggalkan, atau kita tidak mampu untuk mengikuti tren dari saham-saham yang beredar saat ini, maka kami sangat menyarankan kita masuk di saham itu berdasarkan fundamentalnya, berdasarkan fundamental dengan kaidah value investing.

Walaupun kenaikan harga sahamnya tidak sesignifikan jika kita menjadi seorang trend follower, tetapi dengan kita mengikuti fundamental kita bisa lebih tenang, kita bisa lebih nyaman untuk hold sahamnya apapun sentimennya. Karena kami yakin mayoritas di sini adalah mereka yang nabung setiap bulan, kita sudah kerja keras menyisihkan sebagian gaji kita untuk kita tabung di saham. Harapannya tabungan kita ini terus berkembang dengan semestinya.

Kami akan tunjukkan kinerja portofolio kami di tahun 2023 ini, di mana kami menggunakan kaidah Value Investing, tentu saja kenaikan portofolio kami tidak bisa seperti ketika misalkan saham-saham yang kami pilih adalah saham-saham yang hype, itu tidak bisa. Tahun 2023 ini sampai bulan Oktober, kinerja portofolio kami hanya naik 34% secara keseluruhan.

Read More  Memahami Sentimen Negatif Silicon Valley Bank dan Dampaknya pada IHSG

Kami sendiri akhirnya bisa mencetak kenaikan kinerja portofolio 100% setelah melewati lorong waktu yang cukup panjang yaitu sekitar 3 tahun 10 bulan. Jadi sepanjang 3 tahun 10 bulan kinerja portofolio kami akhirnya bisa naik di atas 100%.

Jadi pesan yang ingin kami sampaikan adalah jangan selalu berharap kita ingin cepat kaya di saham. Kita nabung sedikit demi sedikit, kita sisihkan penghasilan kita untuk nabung di saham. Maka pastikan kita bisa menjaga uang kita ini dengan aman dan dengan nyaman, fokus kepada fundamental dan kinerja perusahaan itu bisa membuat kita lebih nyaman dibandingkan dengan kita menjadi seorang tren follower ketika kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk kita dedikasikan waktu kita untuk melihat pergerakan market.

Dalam dunia investasi yang penuh gejolak, bergabunglah ke dalam program Value Investing Mastery kami untuk mendapatkan panduan mendalam tentang strategi value investing. Klik gambar di bawah ini untuk bergabung dan mengembangkan portofolio Anda dengan bijak.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter