Daftar Isi
ToggleArtikel ini dipersembahkan oleh:
Usai melakukan PHK massal pada 30 April 2024 lalu, kini saham BATA rugi besar senilai -Rp127.34 miliar berdasarkan laporan keuangan kuartal II-2024 yang baru dirilisnya pada laman IDX. Kerugian tersebut bahkan lebih dalam sekitar -293.7% YoY, dibandingkan kuartal II-2023 yang sebesar Rp32.34 miliar. Lantas benarkah saham BATA – yang merupakan produsen Sepatu lintas generasi ini telah memasuki sunset of period?
Berdasarkan laporan keuangan BATA kuartal II-2024, saham BATA rugi besar mencapai Rp127.43 miliar. Kerugian tersebut membengkak -293.7% YoY, dari kerugian di periode kuartal II-2023 sebesar Rp32.34 miliar.
Adapun jika di breakdown pada penjualan yang diperoleh BATA sepanjang kuartal II-2024 adalah sebesar Rp260.29 miliar, merosot -22.4% YoY dari kuartal II-2023 yang sebesar Rp335.76 miliar. Dengan rata-rata penjualan yang mengalami penurunan, baik itu pada penjualan domestik maupun ekspor.
Catatan 22. Penjualan Neto BATA. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Beruntungnya di tengah penjualan yang turun, Beban pokok penjualan mencatatkan sedikit penurunan menjadi Rp166.97 miliar di kuartal II-2024, dari sebelumnya Rp198.21 miliar di kuartal II-2023. Sayangnya, Laba kotor BATA justru turun signifikan sekitar -32.1% YoY menjadi Rp93.32 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp137.54 miliar.
Pada pos laba rugi berikutnya, BATA terlihat banyak mencatatkan kerugian besar, seperti berikut:
Laporan Laba Rugi BATA kuartal II-2024. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Pada pos Penjualan dan pemasaran, BATA rugi sebesar -Rp119.43 miliar, membengkak -15.7% YoY dari Rp103.16 miliar. Yang disebabkan oleh Penurunan nilai mencapai Rp26.91 miliar; membengkaknya Biaya Pelayanan mencapai Rp12.46 miliar, Amortisasi asset tak berwujud mencapai Rp4.11 miliar, Imbalan kerja sebesar Rp3.54 miliar, dan membengkaknya Beban yang terkait dengan sewa jangka pendek Rp1.53 miliar.
Berikutnya pada pos Umum dan Administrasi, penyumbang saham BATA rugi besar juga berasal dari Gaji dan upah yang naik menjadi Rp11.54 miliar. Disusul kenaikan Biaya Informasti Teknologi sebesar Rp7.00 miliar, dan Imbalan jasa teknik sebesar Rp4.07 miliar. BATA juga mencatatkan Penyusutan asset tetap senilai Rp2.96 miliar, termasuk Penambahan cadangan penurunan nilai piutang sebesar Tp1.50 miliar.
Perubahan kinerja BATA merupakan imbas dari pandemi Covid19 yang menimbulkan adanya perubahan perilaku konsumen untuk belanja secara online. Belum lagi dengan serbuan barang-barang impor, dengan kualitas yang sama – namun harga jual yang lebih murah. Tak pelak situasi ini menurunkan permintaan pelanggan terhadap produk buatan BATA.
Dengan situasi BATA yang merugi tersebut, perusahaan memutuskan melakukan restrukturisasi pada beberapa kegiatan operasional di tahun 2024. Seperti menutup gerai yang merugi dan menyisakan hanya gerai yang menguntungkan perusahaan. BATA juga menutup kegiatan pabrik Sepatu dan gudang yang ada di Purwakarta, imbasnya pabrik tidak lagi melakukan produksi dan berujung pada PHK massal karyawan. Tidak hanya itu, BATA juga melakukan penambahan penyisihan maupun persediaan.
BATA mencatatkan adanya pos Beban restrukturisasi yang secara keseluruhan terjadi di kuartal II-2024. Padahal di periode yang sama pada kuartal II-2023, BATA tidak mencatatkan adanya Beban restrukturisasi. Efek restrukturisasi pada keuangan BATA bisa terlihat dari gambar di bawah. Bata harus mengeluarkan biaya untuk pesangon kepada karyawan yang di PHK. BATA juga mengalami kerugian di persediaan. Kemungkinan karena BATA menjual persediaannya di bawah harga produksi agar cepat terjual.
Catatan 24. Beban Usaha – Rekstrukturisasi BATA. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Restrukturisasi BATA tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan melakukan transformasi bisnis. Semata-mata agar operasional yang ada menjadi lebih efisien dan tetap dapat bertahan di tengah himpitan keuangan.
BATA juga mencatatkan Kerugian pelepasan asset tetap – net senilai Rp7.23 miliar, membengkak dibandingkan Rp67.75 miliar di periode kuartal II-2023. Pelepasan asset BATA ini terdiri dari tanah dan juga bangunan. Dengan tujuan untuk dapat memenuhi sebagian kewajibannya dan memulihkan kinerja keuangan.
Catatan 10. Aset Tetap – Neto (Lanjutan). Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Imbas dari pelepasan asset tersebut, BATA meraup keuntungan pelepasan asset tidak lancar senilai Rp27.79 miliar yang di periode kuartal II-2023 tidak ada.
Bukan hanya melepas asetnya, BATA juga menanggung Beban Pajak yang cukup besar senilai Rp2.91 miliar, sedangkan di periode kuartal II-2023 tidak ada. Bahkan Kerugian dari selisih nilai tukar juga membengkak hingga Rp1.85 miliar, yang mana pada periode kuartal II-2023 hanya Rp244.93 juta.
Catatan 25. Beban Usaha Lain-lain. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Secara keseluruhan besarnya kerugian dan beban yang ditanggung BATA sepanjang kuartal II-2024, berimbas pada tergerusnya rugi usaha perusahaan mencapai sebesar -Rp120.05 miliar, lebih besar lagi dibandingkan rugi usaha kuartal II-2023 yang sebesar -Rp23.63 miliar.
Bahkan sekalipun BATA berhasil mencatatkan kenaikan Pendapatan keuangan mencapai Rp801.64 juta di kuartal II-2024, dari sebelumnya hanya sebesar Rp67.18 juta pada kuartal II-2023.
Akan tetapi, hal tersebut tetap tidak membantu kinerja BATA. Lantaran di waktu yang sama jumlah Pajak Final BATA membengkak di kuartal II-2024 menjadi sebesar Rp1.76 miliar, sedangkan kuartal II-2023 sebesar Rp13.43 juta. Beban Keuangan BATA juga meningkat menjadi Rp8.06 miliar, dari sebelumnya Rp6.38 miliar.
Catatan 26. Beban Keuangan. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Berdasarkan kinerja neraca keuangan, total liabilitas yang dimiliki BATA tercatat membengkak menjadi Rp490.57 miliar di kuartal II-2024, naik 7.96% YoY dari sebesar Rp454.38 miliar pada kuartal II-2023.
Sedangkan total Ekuitas yang dimiliki produsen sepatu lintas generasi ini merosot -96.5% YoY menjadi hanya Rp4.48 miliar di kuartal II-2024. Padahal diperiode sebelumnya cukup tinggi sebesar Rp131.35 miliar pada kuartal II-2023 lalu.
Hal yang sama juga terjadi pada total Aset perusahaan yang juga merosot sekitar -15.4% YoY menjadi Rp495.05 miliar di kuartal II-2024. Lebih rendah dari total asset yang sebesar Rp585.73 miliar pada kuartal II-2023.
Adapun jika dilihat dari sisi likuiditas, total asset lancar Rp320.40 miliar – dibandingkan dengan total liabilitas jangka pendek Rp442.44 miliar, maka Liquidity Ratios BATA di level 0.72x. Mengindikasikan ketidakmampuan BATA untuk menggunakan asset lancar dalam memenuhi kewajiban dalam jangka pendeknya. Dalam hal ini, jika dilihat penyebabnya rata-rata liabilitas jangka pendek memang mengalami kenaikan dan terutamanya pada pos Pinjaman jangka pendek yang memiliki bunga…
Catatan 30. Tujuan dan Kebijakan Manajemen Risiko Keuangan – Risiko Likuiditas (lanjutan).
Mengacu pada catatan 12. Pinjaman Jangka Pendek BATA ini berasal dari fasilitas kredit dengan Standard Chatered Bank pada Oktober 2019, dengan rincian sebagai berikut:
Catatan 12. Pinjaman Jangka Pendek. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Dilihat dari beban bunga yang diterima BATA, tentu cukup membebani dengan kinerja penjualan yang dalam beberapa tahun terakhir terus menurun. Bahkan setelah pandemi Covid19, penjualan BATA bukannya meningkat, justru berujung pada ditutupnya pabrik produksi yang ada di Karawang.
Sementara jika membandingkan total Liabilitas yang sebesar Rp490.57 miliar, dengan total Ekuitas Rp4.48 miliar, maka DER perusahaan di level 10.9x. Tentu sangat tidak mungkin bagi BATA memenuhi seluruh laibilitasnya yang terlampau tinggi melebihi kemampuan modal perusahaan. Hal ini sangat berisiko bagi prospek bisnis DER ke depan, apalagi jika perusahaan masih melakukan pengupayaan perbaikan melalui utang. Mengingat kemampuan perusahaan sudah semakin tergerus.
Jika sebelumnya BATA diisukan bangkrut, pasca turunnya penjualan, gerai yang nampak sepi hingga perusahaan memutuskan menutup banyak gerai. Kemudian disusul dengan pabrik Sepatu BATA di Karawang yang berhenti beroperasi dan ditutup, hingga terjadi PHK massal.
Histori Isu BATA Bangkrut. Source: Google Search
Lantas kenapa di beberapa wilayah masih dapat ditemukan gerai BATA?
Untuk diketahui, BATA – produsen Sepatu lintas generasi, dengan brand yang sudah sangat terkenal di Indonesia ini, memiliki tiga segmentasi penjualan. Hanya saja pada kuartal II-2024, seluruh segmentasi penjualan BATA sama-sama mengalami penurunan penjualan. Berikut ini rinciannya:
Catatan 28. Informasi Segmen Usaha. Source: Laporan Keuangan BATA Kuartal II-2024
Jadi meskipun jumlah gerai yang ada di Indonesia saat ini sudah semakin sedikit, bahkan di tengah penurunan angka penjualan yang terjadi. BATA juga masih terus mengupayakan berbagai cara untuk dapat membangkitkan kembali pertumbuhan bisnis. Salah satunya dengan melakukan penyesuaian strategi-strategi bisnis dengan perkembangan pasar saat ini.
Secara keseluruhan, kinerja keuangan BATA kuartal II-2024 memang sedang ‘berdarah-darah’. Dengan penjualan, laba kotor, dan laba usaha yang tertekan, sehingga membuat saham BATA rugi besar. Di mana laba bersih BATA anjlok -293.7% YoY menjadi -Rp127.34 miliar di kuartal II-2024, lebih dalam dibandingkan laba bersih Rp32.34 miliar pada kuartal II-2023. Bukan tidak mungkin, BATA membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat memulihkan kembali kinerjanya. Mengingat persaingan pasar yang begitu ketatnya sekarang ini, bahkan menawarkan produk-produk yang inovatif.
Ditambah lagi dengan tren fashion yang sangat cepat perubahannya, akan menuntut BATA untuk selalu bisa menawarkan produk yang relevan. Khususnya bagi kaum muda yang menyukai model yang lebih modern. Tidak hanya itu, BATA juga harus meningkatkan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan implementasi digital dan online yang sekarang marak terjadi. Salah satunya dengan meningkatkan peran e-commerce secara efektif untuk mendongkrak penjualannya kembali.
Hal lain yang juga menjadi tantangan BATA adalah menciptakan produk yang inovatif, baik itu dari desain, kombinasi warna, material hingga penerapan teknologi Sepatu. Namun dengan harga yang ramah di kantong, sesuai dengan target pasarnya.
Tidak heran jika, pergerakan harga saham BATA dalam beberapa tahun terakhir berada dalam tren bearish. Bahkan per artikel ini ditulis, harga saham BATA berada di level 50 an – 58 an. Apabila di sisa waktu tahun 2024 ini, BATA masih belum mampu membalikkan kerugiannya, bukan tidak mungkin harga sahamnya akan tembus di bawah ‘gocap’.
Historical harga saham BATA. Source: finance.yahoo.com
Nah kalau dari teman-teman investor bagaimana memandang saham BATA rugi besar di kuartal II-2024 ini? Peluang apa yang akan didapatkan BATA pada sisa tahun 2024?***
Jika Anda tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang investasi dan analisis saham, bergabunglah dengan program Value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk mendaftar dan memulai perjalanan investasi Anda.
© 2024. All rights reserved