Raih Compounding Interest dengan Strategi Hold Forever pada Investasi Saham
Pelajari cara menghitung compounding setiap tahun pada investasi saham dan apa yang harus diperhatikan dalam penghitungan tersebut.
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini.
Pada artikel ini akan membahas beberapa pertanyaan dari teman-teman yang sudah mengirimkan pertanyaannya, sebelum ke pembahasan jangan lupa like, share dan follow kami untuk mendapatkan informasi seputar saham.
1. Saham sektor tekonologi turun drastis dan sering dihubungkan dengan suku bunga tinggi Tidak semua sektor teknologi menggunakan dana pinjaman dari bank.
Mengingat kembali di tahun 2021 adalah tahunnya saham digital, dimana saham-saham digital mengalami kenaikan yang signifikan. Ada fenomena bakar uang, bahkan semua perusahaan start-up maupun perusahaan e-commerce melakukan bakar uang dengan tujuan untuk menarik konsumen baru, sehingga nanti jika tarifnya dinaikkan, perusahaan start-up tersebut akan mendapatkan keuntungan. Kenapa pada saat itu orang suka bakar duit? Hal ini dikarenakan suku bunga saat itu murah yang dimana suku Bunga di Amerika sebesar 0 – 0,25%, artinya jika orang-orang mempunyai uang dan menaruhnya di bank akan rugi. Di sisi lain jika orang meminjam dari bank, justru dia akan mendapatkan bunga yang murah dan bingung untuk menaruh uangnya, biasanya mereka mengalihkannya ke start-up atau e-commerce. Masuk tahun 2023 dengan era yang berbeda dan suku bunga mulai naik. Ketika suku bunga naik maka bunga deposito dan yield obligasi juga naik. Para investor yang sebelumnya melakukan bakar uang namun dengan adanya kenaikan suku bunga mereka tidak lagi melakukan bakar uang dan akan menuntut perusahaan tersebut untuk menghasilkan keuntungan. Jika tidak menghasilkan keuntungan, lebih baik mengambil kembali dari perusahaan tersebut dan dibelikan ke obligasi atau deposito bank lainnya sehingga mereka akan mendapatkan yield. Saat ini masih banyak perusahaan start-up yang belum mendapatkan keuntungan dan perusahaan melakukan kolaborasi, phk massal.
2. Mendapatkan Compounding Interest di saham dengan melakukan Hold Forever
Tidak selalau Compounding Interest di lakukan dengan cara Hold Forever (hold selamanya). Ketika suatu perusahaan harga sahamnya naik terlebih dahulu atau kinerjanya yang berubah, biasanya tetap akan menjual dan saat ini belum ada rencana untuk hold saham selamanya. Compounding bisa dihasilkan dengan melakukan hold saham saat harga naik atau setelah melakukan take profit kemudian keuntungannya tidak diambil namun diinvestasikan lagi ke saham baru yang nantinya harga saham tersebut juga akan mengalami kenaikan.
3. Menghitung Compounding setiap tahun, artinya saham dijual terlebih dahulu atau hanya start perhitungan awal, karena harga saham bisa saja di tahun berikutnya menurun.
Biasanya menghitung kinerja portfolio mulai dari 0 untuk posisi per tanggal 1 Januari. Pertanyaannya apakah menghitung Compounding setiap tahun ketika di akhir tahun harga sahamnya harus dijual terlebih dahulu? Jawabannya tidak. Misalkan membeli saham di waktu sekarang, kemudian di akhir tahun harga sahamnya bergerak naik 10%. Ketika kita mempunyai valuasi 110 Juta dengan modal 100 Juta di awal tahun 2023, dan akhir tahun 2023 valuasi kita menjadi 120 Juta, maka keuntungan yang kita dapat selama satu tahun sebesar 20%. Bagaimana menghitung start di awal tanggal 1 Januari 2024? Dihitung dari start awal valuasi di akhir tahun 2023 yaitu sebesar 120 Juta, maka valuasi akhir di tahun 2023 tersebut kita anggap menjadi start awalnya yaitu menjadi 0, kemudian dihitung kembali hingga akhir tahun 2024 dan begitu seterusnya.
Perlu ada penyesuaian ketika melakukan top-up atau penarikan dana. Ketika kita melakukan top-up dana, hal ini tidak akan merusak atau mengubah nilai kinerja portfolio. Misalkan dengan modal 100 Juta dan harga saham belum naik, di bulan berikutnya melakukan top-up dana 10 Juta dan valuasi menjadi 110 Juta, dengan kenaikan ini bukan dihasilkan dari kenaikan harga saham namun dari kita yang melakukan top-up dana. Dengan top-up 10 Juta itu tidak menjadi bagian dari kenaikan kinerja portfolio.
4. Perusahaan batu bara belum mengeluarkan laporan keuangan full year 2022 sementara sampai akhir tahun 2022 harga batu bara masih tinggi, kemungkinan laporan keuangannya masih bagus. Apakah bisa menjadi katalis positif untuk harga saham. Bukannya dividend payout ratio tahun 2023 berdasarkan laba tahun 2022 yang harusnya juga masih tinggi karena sepanjang tahun 2022 harga batu bara selalu tinggi. Kalau seperti itu seharusnya juga bisa menjadi katalis positif.
Kemungkinan laporan keuangan full year tahun 2022 akan sangat bagus dikarenakan harga saham batu bara masih tinggi. Disinilah peran kita sebagai investor untuk melakukan proyeksi, kira-kira bagaimana prospek kinerja tahun 2023? Biasanya para investor atau pelaku market melakukan proyeksi untuk kedepannya. Semisal dengan harga batu bara yang menurun kita dapat memproyeksikan bahwa kinerja tahun 2023 juga akan menurun. Dan sentiment dividen akan menjadi katalis positif. Biasanya setelah tanggal pengumuman dividen, harga sahamnya menurun senilai dividen yield saat itu. Ketika kita menginginkan hold saham, kita tidak bisa mengharapkan harga saham akan naik 100% tetapi yang kita harapkan saat ini adalah dari dividennya. Untuk itu ketika mengharapkan dividen dari saham batu bara, tidak bisa hanya meng-hold di tahun 2023 saja tetapi harus dengan jangka lebih panjang yaitu dua atau tiga tahun kedepan.
Itulah keempat pertanyaan dari netizen yang sudah kami bahas, tunggu artikel selanjutnya dengan informasi yang lebih menarik lagi seputar saham, semoga bermanfaat.
Untuk mengetahui secara advance tentang bagaimana cara mencari saham saham yang berpotensi bagger atau mengetahui cara berinvestasi tumbuh dengan tenang tanpa mantengin chart tiap hari. silahkan klik gambar dibawah. Akan kami beritahu bagaimana caranya!
Erose Perwita
Author | Founder theinvestor.id