Daftar Isi
TogglePergerakan harga saham SIDO secara historis mengalami kenaikan sejak akhir tahun 2017 sampai pertengahan tahun 2022 dari Rp 216/lembar saham menjadi Rp 1.070/lembar saham. Penyebab kenaikan ini karena kinerja operasional SIDO yang terus mengalami kenaikan. Kemudian setelah itu kinerja SIDO sejak tahun 2022 mengalami penurunan, hingga harga sahamnya sempat turun ke level Rp 478/lembar saham. Jatuhnya harga saham SIDO mencapai 55% tersebut tentu saja menjadi peluang menarik, karena turunnya kinerja operasional tidak sedalam turunnya harga saham.
Kemudian ketika rilis kinerja full year 2023, ternyata ada kenaikan kinerja yang signifikan secara kuartalan pada Q4 2023, hal ini direspon positif oleh market sehingga harga sahamnya naik ke level Rp 630/lembar saham. Dari hal tersebut, kira-kira seperti apa prospek kinerja SIDO tahun 2024 ini, apakah akan ada kenaikan kinerja secara tahunan, dan harga sahamnya bisa kembali meningkat?
SIDO merupakan salah satu wonderful company yang ada di Bursa Efek Indonesia. Sido Muncul pada mulanya didirikan oleh pasangan Bapak dan Ibu Rakhmat Sulistio sebagai industri jamu rumahan di Semarang pada tahun 1951. Produk utama saat itu adalah jamu seduh Tujuh Angin, produk ini dikemas dengan merek dagang Tolak Angin. Dengan berjalannya waktu, perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 18 Desember 2013.
SIDO menjadi produsen produk herbal dan suplemen terbesar dan termodern yang ada di Indonesia. Sido Muncul saat ini mempunyai lebih dari 300 varian produk. Produk Tolak Angin, Tolak Linu, dan KukuBima, menjadi pemimpin pasar di segmennya selama bertahun-tahun.
Perusahaan memiliki 3 segmen bisnis, yaitu herbal & suplemen, makanan & minuman, dan farmasi. Produk herbal unggulan yaitu Tolak Angin dengan beberapa varian seperti Tolak Angin Cair, Tolak Angin Cair Anak, Tolak Angin Bebas Gula, Tolak Angin Flu, dan yang terbaru Tolak Angin Batuk. Segmen herbal dan suplemen memiliki kontribusi penjualan terbesar yaitu 66%, kemudian diikuti segmen makanan dan minuman sebesar 31%, dan farmasi 3%.
Tolak Angin menjadi market leader yang memiliki pangsa pasar sebesar 72% pada tahun 2023 kemarin, ada kenaikan dibandingkan tahun 2022. Dengan Tolak Angin yang menjadi market leader, maka perusahaan tidak perlu khawatir kehilangan pelanggan ketika harga jual produk Tolak Angin dinaikkan.
Pemegang saham terbesar SIDO adalah PT Hotel Candi Baru, dengan persentase kepemilikan 60,5%. Kemudian ada Concordant Investments Pte. Ltd sebesar 17,1%. Dan untuk kepemilikan masyarakat sebesar 22,4%. Anggota keluarga Hidayat yang di antaranya menjadi anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris SIDO mempunyai 60% saham SIDO melalui PT Hotel Candi Baru.
Dari sisi aset, terdapat penurunan 5% menjadi Rp 3,89 triliun dari sebelumnya Rp 4 triliun. Jika kita lihat ada penurunan pada kas dan setara kas menjadi Rp 830,1 miliar. Penurunan kas ini dikarenakan penerimaan dari pelanggan yang turun, kemudian ada penambahan pada piutang usaha pihak berelasi. Persediaan juga turun menjadi Rp 408,4 miliar karena turunnya bahan baku perusahaan, mengikuti strategi yang disiapkan perusahaan saat turunnya penjualan. Dan untuk aset tidak lancar, terdapat penurunan pada aset tetap neto-nya, yang berasal dari penyusutan bangunan dan mesin. Meskipun turun, neraca dari sisi aset perusahaan tetap bagus dengan kas yang berkontribusi sekitar 21,3% dari total asetnya.
Dari sisi liabilitas, perusahaan sama sekali tidak memiliki hutang buruk. Dan jika kita bandingkan kas yang dimiliki perusahaan tadi sebesar Rp 830,1 miliar dengan seluruh liabilitas Rp 504,7 miliar. Maka dengan kas tersebut perusahaan sudah mampu membayar total liabilitas-nya.
Kemudian dari sisi ekuitas juga terdapat penurunan sebesar 3% menjadi Rp 3,3 triliun, dari saldo laba yang turun 9%. Hal ini berasal dari kinerja perusahaan yang turun.
Jadi untuk neraca, meskipun terdapat penurunan pada aset dan ekuitas, penurunan tersebut tidak terlalu besar. Kedepannya jika kinerja operasional membaik, tentu saja aset dan ekuitas akan terkena dampak positifnya. Sedangkan untuk hutang buruknya, perusahaan sama sekali tidak memiliki hutang buruk, jadi neraca SIDO sangat sehat.
Jika kita lihat memang penerimaan dari pelanggan mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2022, hal ini cukup wajar karena penjualan perusahaan yang juga turun. Dengan hal tersebut membuat arus kas dari aktivitas operasi turun menjadi Rp 1,05 triliun, dimana ini juga masih terbilang sangat bagus.
Penjualan SIDO tahun 2023 kemarin mencapai Rp 3,5 triliun yang mengalami penurunan 8% jika dibandingkan dengan tahun 2022 sebesar Rp 3,8 triliun. Beban pokok penjualan perusahaan turun sedikit lebih besar yaitu 8,8%, yang membuat laba brutonya turun 7% menjadi Rp 2 triliun. Dengan penjualan yang turun, beban-beban yang dimiliki perusahaan juga turun, seperti beban penjualan dan pemasaran, serta beban umum dan administrasi. Namun ada kenaikan pada beban lain-lain menjadi Rp 78,6 miliar, salah satunya disebabkan dari kerugian selisih kurs mata uang Nigeria.
Pendapatan terbesar berasal dari segmen herbal dan suplemen, namun ada penurunan penjualan sebesar 10,8% secara yoy pada tahun 2023. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat harga beras yang meningkat, dan fenomena el-nino, dimana ketika cuaca sangat panas, maka permintaan untuk Tolak Angin yang menjadi produk unggulan perusahaan bisa menurun.
Dengan hal tersebut membuat laba bersih SIDO secara yoy mengalami penurunan sebesar 14% menjadi Rp 950,6 miliar dari sebelumnya Rp 1,1 triliun.
Meskipun secara yoy turun, namun kinerja secara kuartalan pada kuartal keempat tahun 2023 mengalami kenaikan kinerja operasional yang signifikan. Pendapatan naik 70% dan laba bersihnya naik 163%.
Hal ini disebabkan karena sudah mulai turun hujan, yang bisa dilihat penjualan SIDO pada herbal dan suplemen naik signifikan sebesar 97% secara qoq. Meskipun hal ini juga didorong adanya promo akhir tahun perusahaan.
Belum pulihnya ekonomi akibat pandemi covid dan ditambah dengan perang Rusia Ukraina membuat harga komoditas meningkat signifikan. Dimana efeknya membuat harga barang mengalami kenaikan, sehingga terjadi inflasi di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang pada tahun 2023 kemarin inflasi menyentuh level 5,47%.
Lalu kira-kira apa saja penyebab kinerja SIDO yang turun tahun 2023 kemarin?
1. Melemahnya daya beli masyarakat
Dengan tingginya inflasi tahun 2023 tersebut menandakan adanya kenaikan pada harga barang, yang membuat masyarakat mengurangi daya belinya. Harga beras juga mengalami kenaikan cukup signifikan.
Saat ini inflasi Indonesia sudah berangsur-angsur turun, yang berada di level 2,75%, sedangkan harga beras masih menunjukkan level yang tinggi, kenaikan harga beras ini salah satunya disebabkan karena musim tanam yang mundur akibat el-nino. Dan harga beras tahun 2024 ini sepertinya masih akan berada di level cukup tinggi karena masih terbatasnya stok beras dalam negeri yang berhubungan dengan kondisi cuaca kurang menguntungkan.
2. Musim panas berkepanjangan “el-nino”
Kepala BMKG mengatakan saat ini fenomena El Nino moderat masih berlangsung hingga awal Maret 2024. El Nino nantinya akan menjadi netral yang diperkirakan terjadi pada bulan Mei, Juni, dan Juli 2024. Terjadinya el-nino membuat permintaan Tolak Angin ataupun produk herbal & suplemen yang lain mengalami penurunan, terlihat dari penjualan perusahaan yang menurun pada pertengahan tahun 2023. Dan akhir tahun 2023 sudah sering hujan yang membuat penjualan SIDO meningkat pada Q4 2023.
Dan pada bulan Juli sampai September 2024, Indonesia diprediksi akan memasuki fase La Nina, dimana ini membuat Indonesia sering mengalami hujan, risiko banjir, hingga terjadi badai tropis. Dengan hal ini, prospek permintaan Tolak Angin maupun segmen herbal & suplemen bisa meningkat tahun 2024 ini.
3. Kerugian Selisih Kurs dan Piutang Usaha
Tahun 2023 kemarin, SIDO mencatatkan beban lain-lain sebesar Rp 78,6 miliar. Diantaranya dari rugi selisih kurs Rp 42,8 miliar dan penambahan cadangan kerugian kredit ekspektasian Rp 35,7 miliar. SIDO memiliki anak usaha yang beroperasi di Nigeria, yaitu perusahaan Muncul Nigeria Limited, yang menjalankan fasilitas produksi Cairan obat Dalam (COD) II untuk segmen herbal & suplemen, yang mempunyai kapasitas produksi 180 juta sachet per bulan.
Kalau kita lihat, memang ada penurunan nilai tukar pada mata uang Nigeria terhadap Rupiah, dimana tahun 2022 kemarin 1 Naira Nigeria setara Rp 35, namun di tahun 2023 hanya menjadi Rp 17 saja, turun hingga 50%. Dengan hal ini tentu saja akan menyebabkan kerugian selisih kurs.
Untuk menyikap hal ini, perusahaan kedepannya akan menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat. Pengiriman ke Nigeria juga akan difasilitasi setelah pembayaran di muka diterima. Hal ini dilakukan supaya kerugian dari selisih kurs yang berkontribusi sekitar 4,5% terhadap laba bersih SIDO ini bisa berkurang bahkan tidak mencatat rugi lagi.
Sedangkan untuk penambahan cadangan kerugian penurunan kredit ekspektasian berasal dari piutang usaha perusahaan, dan jika kita lihat mayoritasnya belum jatuh tempo, jadi seharusnya masih aman untuk piutang usaha ini, apalagi kita lihat tadi bahwa penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 3,4 triliun dari penjualan sebesar Rp 3,5 triliun, jadi penjualan yang terkonversi menjadi piutang usaha hanya sedikit.
Dalam menghadapi tantangan di tahun 2024 ini, dalam rilisnya, perusahaan menyiapkan belanja modal sebesar Rp 150-200 miliar. Dan perusahaan menargetkan pendapatan dan laba bersih tumbuh 10% secara yoy di tahun 2024 ini, dengan melakukan beberapa strategi, seperti:
Perusahaan juga mempunyai strategi yang lain, yaitu meningkatkan penjualan pasar ekspor. Tahun 2023 penjualan perusahaan paling besarnya pada pasar domestik, dimana berkontribusi sebesar 94%, sedangkan ekspor 6%, menariknya pasar ekspor ini ada peningkatan dari sebelumnya tahun 2022 sebesar 4% saja. Dan kedepannya perusahaan menargetkan pasar ekspor bisa berkontribusi hingga 10-12%. Jika pangsa pasar perusahaan terus meningkat, tentu saja kinerja perusahaan juga akan mengikuti.
Kemudian di tahun 2024 ini SIDO akan menaikkan harga jual produk Tolak Angin. Ini adalah strategi yang tepat, karena market share Tolak Angin yang besar dan tidak perlu khawatir kehilangan konsumen. Dan untuk produk lain harganya masih tetap sama dengan tahun 2023. Jika kita lihat saat ini harga Tolak Angin juga masih sama dengan harga tahun 2023, jadi belum dinaikkan untuk posisi saat ini, dimana harga untuk 1 pack sebesar Rp 46.000. Namun ketika harga jualnya dinaikkan, maka itu akan membuat penjualan bisa meningkat, asalkan market share masih tetap tinggi.
Secara jangka panjang, pendapatan perusahaan terus naik sejak tahun 2015 hingga 2021, sedangkan laba bersihnya sejak 2014 sampai tahun 2021 juga terus naik, dan pada tahun 2022 dan 2023 kemarin mencatatkan penurunan yang menyebabkan harga sahamnya turun dari level Rp 1.070/lembar saham menuju ke Rp 478/lembar saham.
Dan perusahaan menargetkan pendapatan maupun laba bersih bisa naik 10% tahun 2024 ini, jika hal itu terjadi, maka pendapatan perusahaan tahun 2024 ini akan mencapai Rp 3,9 triliun, dimana ini lebih tinggi dari tahun 2022. Dan laba bersihnya mencapai Rp 1,04 triliun, masih kurang sekitar Rp 59 miliar jika dibandingkan dengan tahun 2022. Namun tentu saja ini masih bagus.
Dividen payout ratio SIDO sangat besar. Laba bersih yang dibagikan tahun 2023 kemarin yang diambil dari laba bersih tahun 2022 sebesar 97%. Sedangkan secara historis, dividen payout ratio paling kecil adalah 80%, dan pernah mencapai 122,68%. Jadi dividen yang dibagikan SIDO ini tergolong jumbo. Bisa menjadi pilihan saham ketika mencari keuntungan dari dividen.
Misalnya tahun 2024 ini SIDO membagikan dividen yang diambil dari laba bersih tahun 2023 dengan payout ratio 85%, maka potensi dividen per saham yang akan kita terima sekitar Rp 27/lembar saham, dengan harga saat ini Rp 630/lembar saham maka dividen yield sekitar 4,28%. Dimana kisaran dividen yield tersebut masih cukup menarik.
Dari sisi valuasi, harga saham SIDO saat ini berada di level Rp 630/lembar saham. Jika terjadi pemulihan kinerja secara tahunan pada tahun 2024 ini, maka harga saham SIDO juga akan mengikuti kenaikan kinerjanya. Di harga Rp 630/lembar saham tersebut menunjukkan valuasi PBV sebesar 5,58x. Secara historis, PBV SIDO pernah menyentuh level 7,44x di tahun 2020, ketika itu ROE perusahaan hampir sama dengan ROE tahun 2023. Jadi dengan harga saat ini, harga saham SIDO masih masuk dalam FAIR VALUE. Dengan strategi yang dijalankan perusahaan, kami optimis kinerja SIDO tahun 2024 ini akan lebih baik dari tahun 2023, setidaknya kinerja dari pendapatan dan laba bersih bisa tumbuh 10%, dan itu sudah menunjukkan kinerja yang bagus.
Tahun 2024 ini SIDO memang masih memiliki tantangan yang perlu dihadapi, seperti harga beras yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat melemah.
Namun peluang kenaikan kinerja SIDO secara tahunan masih cukup besar, berakhirnya el-nino seharusnya bisa meningkatkan permintaan produk herbal dan suplemen, terlebih jika la nina akan terjadi pada pertengahan tahun 2024 ini. Kemudian pada semester pertama tahun 2024 ini sudah ada beberapa hal yang bisa meningkatkan kinerja SIDO, seperti awal tahun hingga saat ini sudah sering hujan, kemudian masuk tahun politik yang membuat peredaran uang masyarakat meningkat, dan ada momen lebaran.
Apalagi jika semester dua nanti perekonomian global bisa membaik, yang didukung oleh penurunan suku bunga The Fed dan pemulihan ekonomi China. Maka tentu saja target perusahaan untuk pendapatan dan laba bersih yang bisa tumbuh 10% di tahun 2024 ini seharusnya bisa tercapai, dan harga sahamnya akan mengikuti kenaikan kinerjanya.
Ingin mendalami investasi saham dengan cara yang benar dan mendapatkan keuntungan maksimal? Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery, klik gambar di bawah ini untuk informasi selanjutnya.
© 2024. All rights reserved