Daftar Isi
ToggleHarga saham PT Telkom Indonesia (TLKM) setelah rilis laporan keuangan full year 2023 terus mengalami penurunan, dari sebelumnya Rp 3.900/lembar saham, hingga saat ini menjadi Rp 3.420/lembar saham atau sudah turun 12,3%.
Secara sekilas kinerja operasional perusahaan mencatatkan kinerja yang bagus, dimana secara yoy pendapatan mampu naik 1% bahkan mencapai level all time high-nya, sedangkan laba bersih bisa mencatatkan kenaikan sebesar 18% secara yoy. Lalu kenapa harga sahamnya terus turun? Pada artikel kali ini kami akan mereview seperti apa kinerja TLKM tahun 2023, dan prospek kinerja perusahaan kedepannya. Namun kita bahas dulu mengenai profil perusahaannya.
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki bisnis jasa layanan teknologi informasi dan komunikasi, serta jaringan telekomunikasi yang ada di Indonesia. Perusahaan didirikan tanggal 6 Juli 1965, dan listing di Bursa Efek Indonesia tanggal 14 November 1995.
Perusahaan memiliki lima segmen bisnis, yaitu:
Memang cukup banyak, namun pada intinya bisnis TLKM ini bergerak pada teknologi informasi dan komunikasi, serta jaringan telekomunikasi, yang dari kita mungkin ada yang memakai kartu Telkomsel, atau mungkin memakai IndiHome untuk penggunaan internet, sebagai produk yang dimiliki perusahaan.
Pemegang saham per 31 Desember 2023, Pemerintah Republik Indonesia memegang kepemilikan sebesar 52,09%. Sedangkan 47,91% dimiliki oleh publik.
Aset perusahaan mencatatkan kenaikan 4% menjadi Rp 287 triliun. Kenaikan ini didorong oleh kenaikan aset tetap yang berasal dari penambahan aset dalam pembangunan dan peralatan dan instalasi transmisi. Kemudian untuk kas ada penurunan 9%, namun kontribusi kas dan setara kas masih cukup besar yaitu 10% jika dibandingkan dengan total asetnya.
Perusahaan memiliki hutang buruk jangka pendek sebesar Rp 19,9 triliun, jika kita bandingkan dengan kas-nya sebesar Rp 29 triliun, tentu saja hutang buruk jangka pendek ini bisa dibayar dengan kas perusahaan. Sedangkan untuk total hutang buruknya sebesar Rp 47,6 triliun.
Dan untuk ekuitasnya terdapat kenaikan sebesar 5% menjadi Rp 135,7 triliun. Dengan hal ini membuat DER perusahaan berada di level 35,14% yang masih tergolong sehat. Jadi dari sisi neraca TLKM sangat bagus dan sehat.
Pendapatan perusahaan secara yoy mengalami kenaikan 1% menjadi Rp 149,2 triliun dari tahun 2022 sebesar Rp 147,3 triliun. Biaya dan beban perusahaan beberapa diantaranya mengalami kenaikan, namun dengan kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi yang menurun menjadi Rp 748 miliar dari sebelumnya Rp 6,4 triliun, membuat laba usahanya mengalami kenaikan 12% menjadi Rp 44,3 triliun.
Pendapatan perusahaan terbesar berasal dari segmen mobile sebesar Rp 88,9 triliun yang berkontribusi sekitar 44,4% terhadap total pendapatan, meskipun pendapatan turun 0,1%, namun hasil segmen bisa mencatatkan kenaikan 9,8%, jadi ini cukup bagus mengingat segmen ini adalah kontributor terbesar, jadi naik turunnya tentu akan memberi dampak besar kepada kinerja perusahaan. Data ini sebelum penyesuaian dan eliminasi.
Untuk kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi, sebenarnya kerugian investasi di GOTO tahun 2023 kemarin hanya Rp 119 miliar saja, dengan tahun 2022 mencapai kerugian Rp 6,7 triliun. Kemudian ada investasi MDI yang mencatat rugi Rp 514 miliar, dimana perusahaan mengelola dana modal ventura melalui PT Metra Digital Innovation (MDI Ventures). MDI berinvestasi pada beberapa startup digital yang memiliki potensi di masa depan dan perusahaan-perusahaan yang mendukung kinerja bisnis TelkomGroup, namun saat ini masih mencatat rugi.
Jika kita hilangkan kerugian investasi yang belum direalisasi ini, kinerja laba usaha perusahaan sebenarnya mengalami penurunan 2%, hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab kenapa harga saham TLKM menurun.
Kemudian untuk laba bersihnya, perusahaan mampu mencatatkan kenaikan sebesar 18% menjadi Rp 24,5 triliun dari sebelumnya Rp 20,7 triliun
Untuk kinerja secara kuartalan, pendapatan naik 1% dan laba bersihnya turun 25%. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi perusahaan yang mengalami kenaikan hingga 12%, kemudian mayoritas biaya dan beban lain juga meningkat, dimana total biaya dan beban pada kuartal keempat 2023 kemarin secara kuartalan mengalami kenaikan 11% ketika pendapatan hanya naik 1% saja, sehingga laba usahanya turun 21%. Menjadi salah satu penyebab turunnya harga saham. Dan sebenarnya jika kita lihat secara historis, laba bersih perusahaan pada kuartal keempat tahun 2020 dan 2021 juga mengalami penurunan secara kuartalan.
Dari sisi arus kas aktivitas operasi menunjukkan penurunan menjadi Rp 60,5 triliun, meskipun penerimaan dari pelanggan dan operator lain meningkat, pembayaran untuk beban, karyawan, dan pajak penghasilan badan dan final juga mengalami kenaikan lebih tinggi. Dan arus kas aktivitas operasi Rp 60,5 triliun ini sebenarnya masih cukup bagus dan besar.
Ada beberapa poin penting mengenai prospek kinerja perusahaan kedepannya:
Pemilu bulan Februari 2024 kemarin dapat meningkatkan kinerja TLKM, dimana permintaan penggunaan data internet terutama media sosial diharapkan bisa meningkat. Jadi pada kuartal pertama tahun 2024 ini kinerja TLKM harapannya akan ada peningkatan.
2. Peluncuran Satelit Merah Putih 2.
Tanggal 21 Februari 2024, Telkom bersama anak usahanya yaitu PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat) meluncurkan satelit di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat. Satelit tersebut bernama Satelit Merah Putih 2, yang menjadi satelit ke-11 dan satelit pertama TelkomGroup yang memakai teknologi High Throughput Satellite (HTS) atau broadband satelit. Kapasitas yang dimiliki mencapai 32Gbps, yang akan menjangkau seluruh area Indonesia. Satelit Merah Putih 2 direncanakan siap beroperasi pada bulan April 2024, sebagai pemerataan digital di Indonesia. Perusahan telah memilih mitra yang mempertimbangkan biaya per Gbps yang paling rendah sehingga menghasilkan satelit dengan kapasitas lebih besar dengan harga jual yang kompetitif.
Dengan adanya satelit ini bisa membantu pemerataan, dan memang masih cukup banyak daerah yang memiliki sinyal internet kurang bagus, harapannya dengan ini permintaan produk TLKM bisa meningkat karena memiliki harga jual yang kompetitif dengan jaringan internet lebih baik dan luas dari sebelumnya.
3. Kemudian kita tadi berbicara mengenai kerugian investasi di GOTO, apakah kerugian investasi di GOTO tahun 2024 ini lebih besar dibandingkan tahun 2023? Pada tahun 2021 nilai wajar investasi perusahaan di GOTO adalah Rp 375 per saham, kemudian tahun 2022 turun signifikan menjadi Rp 91, tahun 2023 di level Rp 86, dan saat ini harga saham GOTO di level Rp 68.
Tahun 2022 yang turun signifikan membuat kerugian mencapai Rp 6,7 triliun, kemudian tahun 2023 hanya rugi Rp 119 miliar, dan tahun 2024 ini seharusnya nilai kerugiannya tidak terlalu besar, meskipun kemungkinan kerugiannya lebih besar dibandingkan tahun 2023 karena turunnya harga saham GOTO yang lebih tinggi tahun 2024 ini dibandingkan tahun 2023. Dan kerugian Rp 119 miliar tahun 2023 nilainya jauh lebih sedikit jika dibandingkan kerugian tahun 2022, jadi kerugian tahun 2024 seharusnya tidak terlalu besar, tapi lebih tinggi dibandingkan 2023.
4. Outlook Pertumbuhan Pendapatan 2024
Perusahaan melihat tahun 2024 ini pendapatan akan bertumbuh dengan kisaran low to mid-single digit atau sekitar 1-6%. Jika dibandingkan FY23 yang hanya naik 1%, sebenarnya ini cukup bagus untuk outlook-nya. Dan mengenai prospek bisnis telekomunikasi sendiri tentunya kita juga tahu bahwa bisnis ini sangat penting di masa depan nanti dengan terus meningkatnya teknologi, jadi tentu saja dengan perkembangan dan strategi yang dilakukan perusahaan itu sangat bagus untuk prospek bisnis perusahaan kedepannya.
Secara jangka panjang, pendapatan perusahaan terus mengalami kenaikan, hingga tahun 2023 kemarin menjadi pendapatan all time high-nya di level Rp 149,2 triliun. Sedangkan untuk laba bersihnya naik turun, dimana tahun 2013 – 2017 terus naik, tapi 2018 turun, kemudian naik dan turun lagi, hingga tahun 2023 kemarin naik lagi mencapai Rp 24,5 triliun.
Saat ini harga saham TLKM berada di level Rp 3.420/lembar saham yang menunjukkan valuasi PBV 2,49x dengan ROE tahun 2023 mencapai 18%, jika kita lihat ada kenaikan ROE dibandingkan tahun 2022 kemarin yang sebesar 16%, namun PBV perusahaan semakin menurun, dan tahun 2018-2019 kemarin ROE perusahaan juga berkisar 18% dengan PBV mencapai 3,75 – 3,95x. Jadi harga TLKM saat ini masih tergolong cukup murah.
Kinerja perusahaan secara yoy memang menunjukkan kenaikan, meskipun pendapatan hanya naik 1%, namun laba usaha dan laba bersih masing-masing mampu naik 12% dan 18%. Akan tetapi jika kerugian yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar atas investasi dihilangkan, maka sebenarnya laba usaha perusahaan menunjukkan penurunan 2%, karena meningkatnya biaya dan beban lebih tinggi dari pendapatan perusahaan, hal ini menjadi salah satu penyebab harga saham direspon negatif oleh market.
Kemudian tidak hanya itu, kinerja secara kuartalan juga menunjukkan penurunan, meskipun pendapatan mampu naik 1%, tapi laba bersihnya turun hingga 25%, yang diakibatkan oleh kenaikan biaya dan beban pada kuartal keempat tahun 2023. Namun kinerja secara kuartalan memang pada Q4 secara historis laba bersihnya turun secara kuartalan, seperti tahun 2020 dan 2021.
Mengenai prospek bisnisnya, seharusnya masih cukup cerah, apalagi dengan adanya momen pemilu, kemudian peluncuran satelit merah putih 2, dan prospek cerah bisnis telekomunikasi tentu saja menjadi kabar baik bagi bisnis perusahaan kedepannya.
Tertarik untuk memperdalam strategi investasi Anda? Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery kami untuk mendapatkan wawasan eksklusif dan panduan praktis dalam mengoptimalkan portofolio investasi Anda. Klik gambar di bawah ini untuk bergabung.
© 2024. All rights reserved