Daftar Isi
TogglePada tahun 2024 ini diproyeksikan bahwa pergerakan IHSG akan bagus yang diakibatkan oleh membaiknya perekonomian global, seperti adanya penurunan suku bunga The Fed, pemulihan ekonomi China, dan terus membaiknya perekonomian di Indonesia. Namun saat ini tanggal 19 Juni 2024 IHSG tercatat mengalami penurunan sebesar 7,51% secara year to date yang ditutup pada level 6.726,9.
Sumber: Tradingview.com
Memang benar bahwa sebelumnya IHSG sempat menyentuh ke level tertingginya 7.454,4 pada bulan Maret 2024, dimana hal tersebut cukup bagus dengan kenaikan harga saham big caps, kemudian saat memasuki awal bulan April 2024 harga saham 4 big bank menunjukkan pelemahan yang membuat IHSG terkoreksi, dan pada pertengahan Mei 2024 IHSG kembali naik karena terdorong saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang terus mengalami lonjakan harga saham sampai menjadi top market cap saham di BEI, kemudian ditambah emiten Prajogo Pangestu lainnya yang ikutan naik.
Namun karena saham BREN masuk dalam papan pemantauan khusus mulai tanggal 29 Mei 2024, membuat harga sahamnya langsung anjlok, dan ditambah dengan saham big caps lainnya yang pada turun membuat IHSG saat itu turun 1,56%, dan penurunan tersebut berangsur terjadi hingga saat ini.
Kita lihat pergerakan harga saham big caps yang turun cukup signifikan tahun 2024 ini, seperti saham BBRI turun 28,4%, TLKM turun 28,4%, ASII turun 21,2%, BBNI turun 20%, BYAN turun 12,6%, dan lain sebagainya yang memberikan penurunan dengan poin cukup besar terhadap IHSG. Kemudian ada GOTO yang harganya sudah turun 41,9% sehingga menambah penurunan IHSG sebesar 77,56 poin. Meskipun ada dorongan positif dari kenaikan saham AMMN, TPIA, dan saham lainnya, namun kenaikan tersebut belum mampu mendorong kenaikan IHSG. Nah kira-kira apa saja penyebab melemahnya IHSG?
Sumber: Bursa Efek Indonesia
Penurunan IHSG tersebut disebabkan oleh beberapa hal ini, seperti:
Kita lihat bahwa urutan top 5 laggard IHSG sepanjang tahun 2024 ini ada BBRI, TLKM, GOTO, ASII, dan BBNI. Untuk kinerja TLKM dan ASII pada kuartal pertama tahun 2024 ini laba bersihnya turun secara yoy, dan kedua saham ini tentu saja menjadi pilihan banyak investor sebagai saham untuk investasi jangka panjang karena kinerja secara historis yang bagus, namun pada kuartal pertama tahun 2024 ini laba bersihnya turun. Terlihat bahwa TLKM mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 5,8%, sedangkan laba bersih ASII turun 14,4%. Penurunan kinerja ini tentu saja direspon negatif oleh market. Ditambah dengan kinerja GOTO yang masih mencatatkan kerugian, kemudian BBRI dan BBNI laba bersihnya yang sebenarnya masih naik tapi cukup tertekan karena kenaikan suku bunga Bank Indonesia salah satunya.
Sumber: Laporan Keuangan Q1 2024 BBRI, TLKM, GOTO, ASII, BBNI
Amerika Serikat memiliki target bisa mencapai tingkat inflasi pada level 2% untuk menurunkan suku bunganya, namun pada tahun 2024 ini level inflasinya masih diatas 3%, dimana sempat ke level 3,5%, meskipun posisi saat ini sudah berangsur menurun ke level 3,3%. Inflasi di atas 3% ini tentu saja Amerika Serikat belum siap menurunkan suku bunganya, karena ada risiko yang bisa didapatkan kedepannya seperti kembali meningkatnya inflasi.
Sumber: Tradingeconomics.com
Suku bunga AS saat ini berada di level 5,5% yang sudah ditahan sejak Juli 2023. Pengambil kebijakan menyatakan bahwa mereka akan menurunkan suku bunga sampai mereka memperoleh keyakinan lebih besar untuk inflasi bisa ke level 2% secara berkelanjutan. Kemudian, proyeksi suku bunga dari para pembuat kebijakan menunjukkan bahwa mereka hanya memperkirakan ada satu kali pemangkasan suku bunga tahun ini dan empat kali pemangkasan di tahun 2025.
Sumber: Tradingeconomics.com
Meskipun data ekonomi China sudah memperlihatkan pemulihan, namun beberapa diantaranya masih terdapat pelemahan seperti indeks China NBS Manufacturing PMI, dimana saat ini berada di level 49,5 poin dari sebelumnya 50,4 poin, pelemahan ini menandakan bahwa sektor manufaktur China sedang melemah, dan karena hubungan perdagangan Indonesia dengan China sebesar 26% sendiri dari total perdagangan Indonesia, maka pelemahan ini akan berimbas juga ke ekonomi RI.
Sumber: Tradingeconomics.com
Sumber: Tradingeconomics.com
Pada pertengahan bulan Juni 2024 ini rupiah kembali melemah yang sampai tembus ke level Rp 16.486 yang disebabkan oleh menguatnya indeks dolar akibat data ekonomi AS yang bagus dan ditambah dengan sentimen dalam negeri terkait pengelolaan fiskal APBN 2025 yang dikhawatirkan ada beban fiskal besar dari program makan siang dan susu gratis.
Sumber: Tradingeconomics.com
Adanya kebijakan Full Call Auction (FCA) dari Bursa Efek Indonesia membuat harga saham yang masuk dalam sistem FCA tersebut menunjukkan penurunan harga saham cukup signifikan, meskipun memang saham yang masuk mayoritasnya adalah saham dengan market cap kecil sehingga efek-nya tidak terlalu besar ke IHSG, namun karena masuknya BREN ke papan pemantauan khusus dan menjadi top market cap di BEI membuat IHSG turun cukup dalam ke level hingga saat ini.
Prospek IHSG Kedepannya
Dari penyebab penurunan IHSG tersebut, kita bisa melihat bahwa penguatan ekonomi AS, China, dan Indonesia bisa menjadi pendorong kenaikan IHSG kedepannya. Misalnya seperti ini, ketika The Fed menurunkan suku bunga maka ekonomi AS akan semakin membaik, dan dampak positif untuk Indonesia salah satunya yaitu ikut menurunkan penurunan suku bunga, dengan turunnya suku bunga maka perekonomian RI akan semakin membaik, dan berdampak positif ke IHSG. Sedangkan ekonomi China yang menguat akan membuat ekonomi Indonesia juga terdampak positif, karena perdagangan Indonesia dengan China adalah yang tertinggi kontribusinya, dimana China memberikan kontribusi sebesar 26% atau 1/4 sendiri dari total perdagangan Indonesia. Sehingga naik atau turunnya ekonomi China akan memberikan dampak ke ekonomi Indonesia, misalkan ekonomi China yang membaik maka tingkat impor China dari Indonesia juga akan naik, alhasil perusahaan di Indonesia kena dampak positifnya. Dengan penurunan suku bunga The Fed akhir tahun 2024 dan membaiknya ekonomi China tentu akan mendorong kenaikan IHSG tahun ini.
Sumber: satudata.kemendag.go.id
Namun dengan adanya FCA, short selling, dan judi online membuat IHSG bisa kembali tertekan, apa sebabnya? Terkait FCA sebenarnya sudah kita singgung di pembahasan diatas terkait penyebab turunnya IHSG, dan lebih jelasnya pembahasan mengenai FCA bisa dicek di artikel sebelumnya dengan judul FCA Bikin Gaduh, pada intinya saham yang masuk FCA ini bisa membuat harganya turun signifikan karena market yang merespon negatif dengan masuknya saham ke papan pemantauan khusus ini.
Untuk short selling sendiri juga dapat membuat harga saham anjlok, kenapa? Karena investor yang melakukan short selling mengharapkan penurunan harga saham yang dipinjamnya. Contohnya seperti ini, Investor A meminjam saham dari broker sebesar 1.000 lot senilai Rp 500 juta, kemudian dijual dan mengharapkan agar harga sahamnya turun. Saat harganya turun, investor tersebut akan membeli kembali dengan harga lebih murah misalkan 1.000 lot senilai Rp 300 juta. Maka ada selisih keuntungan sebesar Rp 200 juta ketika pinjaman saham 1.000 lot dikembalikan ke broker. Harapan turunnya harga saham tersebut akan membebani kenaikan IHSG, apalagi saat ini sedang dalam kondisi downtrend. Jika banyak saham harganya anjlok, maka investor ritel akan semakin panik dan ikut jualan, yang membuat IHSG akan semakin turun.
Bahkan short selling ini juga memberi dampak buruk terhadap Bursa China, dan Bursa Korea Selatan. Bursa China sendiri akan melakukan evaluasi dan penyempurnaan kebijakan short selling, untuk memberikan ketenangan pada investor yang panik karena saham yang masuk short selling mengalami penurunan. Dimana pasar saham China menunjukkan pelemahan setelah mencatatkan kenaikan dari level terendahnya pada bulan Februari 2024. Sedangkan di Bursa Korea Selatan, pemerintahnya memperpanjang larangan short selling sampai kuartal pertama tahun 2025, aturan diberlakukan dalam mencegah adanya transaksi ilegal serta kecurangan pembentukan harga pasar. Dan juga akan melakukan revisi peraturan short selling. Dengan penurunan harga saham yang cukup besar, dan IHSG yang sedang downtrend, maka kebijakan short selling akan semakin membebani IHSG kedepannya.
Bagaimana dengan judi online? Jadi ketika masyarakat banyak yang melakukan judi online apalagi transaksi sampai mencapai triliunan rupiah, maka akan membuat daya beli masyarakat menurun, imbas dari pelemahan daya beli akan membuat pendapatan perusahaan juga menurun, jadi bagaimana? Ya ketika kinerja suatu perusahaan turun, otomatis para investor merasa bahwa perusahaan tersebut tidak bagus, lalu menjual sahamnya, hal ini akan melemahkan IHSG juga.
Jadi gimana prospek IHSG di tahun 2024 ini? Dengan melihat kondisi market saat ini yang masih lesu, kemudian perekonomian global belum membaik tentu saja IHSG belum memiliki prospek cukup bagus. Namun dengan adanya indikasi penurunan suku bunga The Fed sebanyak satu kali yang kemungkinan terjadi di akhir tahun ini, kemudian ekonomi China yang jika dilihat mayoritasnya sudah membaik, maka seharusnya ada peluang positif untuk IHSG di akhir tahun nanti. Namun itu tadi, kebijakan pasar saham Indonesia seperti FCA dan short selling dapat membebani kenaikan tersebut, ditambah dengan judi online.
Penurunan IHSG ke level terendah sejak November 2023 disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan kinerja keuangan sejumlah perusahaan besar seperti TLKM dan ASII, kemudian faktor ekonomi global seperti inflasi dan suku bunga yang masih tinggi di AS, dan belum sepenuhnya pulih ekonomi China juga mendorong pelemahan IHSG. Faktor domestik juga berperan, seperti kenaikan suku bunga Bank Indonesia akibat pelemahan rupiah dan kebijakan Full Call Auction (FCA) yang menekan harga saham. Selain itu, downgrade peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley turut memperburuk sentimen pasar.
Prospek IHSG ke depan masih menghadapi tantangan signifikan. Meski ada harapan kenaikan dari penurunan suku bunga The Fed dan pemulihan ekonomi China yang dapat memberikan dorongan positif bagi IHSG, faktor-faktor seperti kebijakan FCA, short selling, dan dampak negatif dari judi online terhadap daya beli masyarakat bisa menghambat pemulihan tersebut. Oleh karena itu, meskipun ada peluang untuk perbaikan IHSG di akhir tahun, investor harus tetap waspada terhadap berbagai risiko yang bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Namun jika kinerja perusahaan yang kita beli masih bagus, dan harga sahamnya turun ya kita jangan panik.
Untuk mendapatkan analisis mendalam dan rekomendasi saham terbaru, bergabunglah dengan program “Value Investing Mastery”. Klik gambar di bawah ini untuk mendaftar dan tingkatkan pengetahuan serta keterampilan investasi anda dengan straegi yang tepat.
© 2024. All rights reserved