Permasalahan PT Gag Nikel! Seberapa Besar Kontribusinya Untuk ANTM?

Penolakan Masyarakat

Beredarnya berita mengenai penambangan nikel di Raja Ampat yang ditakutkan bisa merusak ekosistem ataupun keindahan Raja Ampat membuat banyak masyarakat menolak aksi penambangan nikel tersebut. Dimana penambangan yang ada di Raja Ampat tersebut ternyata dilakukan oleh PT Gag Nikel, yang merupakan anak usaha PT Aneka Tambang (ANTM). Hal ini membuat harga saham ANTM turun -2,82% pada Kamis (05/06) dan -5,51% pada Selasa (10/06).

Harga Saham ANTM

Merespon adanya penolakan dari masyarakat, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membekukan sementara penambangan dari PT Gag Nikel tersebut. Manajemen PT Gag Nikel juga sudah buka suara terkait praktik penambangan tersebut, dimana perusahaan menerima keputusan dari Menteri ESDM untuk melakukan penghentian sementara operasional penambangan nikel-nya. Perusahaan tersebut juga memastikan jika penambangan yang dilakukan sebenarnya sudah sesuai dengan standar, serta memiliki seluruh dokumen dan izin operasional.

 

Profil PT Gag Nikel

PT Gag Nikel merupakan perusahaan pertambangan nikel yang didirikan di Indonesia, dan dimiliki 100% oleh PT Aneka Tambang (ANTM). Dimana pada awalnya, kepemilikan saham mayoritas PT Gag Nikel dipegang oleh Asia Pacific Nickel Pty. Ltd. mencapai 75% dan ANTM sebesar 25%. Tapi sejak tahun 2008, ANTM mengakuisisi semua saham PT. Asia Pacific Nickel Pty. Ltd, sehingga di tahun 2008 PT Gag Nikel sepenuhnya dikendalikan oleh ANTM. Hingga posisi Q1 2025, kepemilikan ANTM di PT Gag Nikel masih tetap 100%.

Kontribusi PT Gag Nikel Untuk ANTM

PT Gag Nikel pada tahun 2024 kemarin memiliki sumber daya dan cadangan nikel yang cukup besar bagi ANTM, dimana ada bijih limonite dan saprolit. Limonite sendiri adalah jenis bijih nikel laterit yang kandungan utamanya berupa besi (Fe) dengan kadar nikel yang relatif rendah (sekitar 0,8%–1,5%), sedangkan saprolit adalah bijih nikel laterit dengan kandungan nikel lebih tinggi (sekitar 1,5%–2,5% atau lebih) dan kadar besi yang lebih rendah. Limonite umumnya diolah menggunakan proses HPAL (High Pressure Acid Leaching) untuk menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik. Sedangkan saprolit biasanya diproses dengan metode seperti RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace) untuk menghasilkan ferronickel atau nickel pig iron (NPI) yang digunakan dalam produksi stainless steel.

Sumberdaya PT Gag Nikel untuk Limonite sendiri mencapai 152,75 juta wmt pada tahun 2024 kemarin, atau berkontribusi sebesar 31% terhadap total sumberdaya konsolidasian Limonite yang dimiliki ANTM sebesar 486,59 juta wmt, kemudian untuk Saprolite mencapai 167,03 juta wmt, yang berkontribusi sebesar 20%.

Sedangkan cadangan untuk Limonite yang dimiliki PT Gag Nikel mencapai 11,96 juta wmt atau berkontribusi sebesar 10,5%, dan untuk Saprolite mencapai 44,08 juta wmt yang berkontribusi 11,6%.

PT Gag Nikel sendiri hingga Q1 2025 juga memiliki jumlah aset yang cukup besar mencapai Rp4,3 triliun, jika dibandingkan dengan total aset yang dimiliki ANTM sebesar Rp48,3 triliun, maka aset milik PT Gag Nikel tersebut berkontribusi sebesar 8,9%.

Dari Bloomberg, secara historinya PT Gag Nikel pada tahun 2021 mencatatkan laba sebesar Rp819,7 miliar, dimana laba tersebut mencatatkan kenaikan sebesar 192,5% dibandingkan dengan tahun 2020 yang mencapai Rp280,2 miliar. Untuk pendapatan tahun 2021 mencapai Rp1,76 triliun, yang juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 168% dari tahun sebelumnya sebesar Rp660,5 miliar. Laba bersih ANTM sendiri pada tahun 2021 mencapai Rp1,86 triliun, sedangkan pendapatannya sebesar Rp38,4 triliun, yang artinya laba PT Gag Nikel berkontribusi sebesar 44%, sedangkan pendapatannya berkontribusi 5% saja. Kontribusi laba PT Gag Nikel yang cukup besar saat itu wajar karena harga nikel juga sedang bagus. Tahun 2021 sendiri secara keseluruhan untuk segmen nikel ANTM juga mencatat laba tahun berjalan sebesar Rp4,1 triliun, dibandingkan segmen logam mulia dan pemurnian sebesar Rp1,6 triliun.

Kenaikan kinerja yang signifikan pada PT Gag Nikel tersebut juga terdorong oleh naiknya volume produksi dan penjualan. Pada tahun 2021, PT Gag Nikel berhasil mencatat produksi bijih nikel sebesar 3 juta wmt, sedangkan penjualannya sebesar 3.000.761 wmt. Untuk volume produksi dan penjualan tahun 2020 sendiri masing-masingnya 1,16 juta wmt dan 1,11 juta wmt.

Menurut manajemen PT Gag Nikel, untuk produksi hingga tahun 2024 masih tetap sama di level 3 juta wmt per tahun. Perusahaan sendiri memiliki kuota produksi bijih nikel hingga 9 juta wmt dalam 3 tahun dari 2024 sampai 2026. Ini sudah mendapat persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) dari Kementerian ESDM. Secara rinciannya, kuota produksi 3 juta wmt untuk tahun 2024, kemudian kuota produksi bijih nikel yang sama masing-masingnya 3 juta wmt untuk tahun 2025 dan 2026.

Pada tahun 2024 kemarin, ANTM mencatatkan volume produksi bijih nikel sebesar 9,9 juta wmt, dengan PT Gag Nikel berkontribusi sebesar 3 juta wmt. Sayangnya untuk melihat seberapa besar kinerja keuangan terbaru PT Gag Nikel belum ada informasinya.

Perkembangan Terbaru  

Presiden Prabowo sendiri sudah mencabut izin usaha pertambangan empat perusahaan yang beroperasi di Raja Ampat, dengan alasan perlindungan lingkungan. Empat perusahaan tersebut adalah PT Kawei Sejahtera Mining, PT Mulia Raymond Perkasa, PT Anugerah Surya Pratama, dan PT Nurham. Dimana tidak ada nama PT Gag Nikel, karena pemerintah masih tetap memberikan izin tambang PT Gag Nikel untuk beroperasi di lokasi tersebut.

Menteri ESDM yakni Bahlil bilang kalau PT Gag Nikel tetap diberikan izin untuk beroperasi karena berdasarkan hasil evaluasi pemerintah, perusahaan tersebut telah mematuhi aturan lingkungan hidup dan tata kelola limbah dengan baik yang sesuai analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Alasan kontrak karya PT Gag Nikel tidak dicabut juga karena jauh dari kawasan geopark, nantinya pemerintah juga akan mengawasi dengan ketat operasional yang dijalankan PT Gag Nikel. Kondisi ini menjadi kabar yang bagus bagi saham ANTM.

Namun, dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menuntut agar izin PT Gag Nikel ikut dicabut, dan menghentikan seluruh operasi tambangnya di Pulau Gag, Raja Ampat. Dimana menurut Jatam, penambangan oleh PT Gag merusak ekosistem alam dan menyalahi Undang-Undang terkait wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Hal tersebut menjadi kabar yang kurang bagus dan membayangi pergerakan harga saham ANTM ke depannya, karena meskipun izin operasi PT Gag Nikel tidak dicabut, tapi masih banyak yang tidak setuju dengan keputusan tersebut.

ANTM sendiri juga sudah merilis keterbukaan informasi, yang bilang jika PT Gag Nikel sudah melakukan penerapan prinsip kaidah pertambangan dengan baik dan mematuhi semua regulasi dari peraturan perundangan-undangan yang berlaku termasuk persetujuan lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup. PT Gag Nikel juga sudah melakukan berbagai program keberlanjutan, seperti rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), reklamasi area tambang, konservasi terumbu karang, dan pemantauan kualitas lingkungan

Dengan update kondisi tersebut terlihat bahwa permasalahan untuk ANTM sudah membaik, karena PT Gag Nikel tetap diizinkan untuk beroperasi dengan kontribusi yang cukup besar bagi ANTM itu sendiri.

Ingin Analisis Mendalam & Strategi Investasi yang Lebih Tajam?

Dapatkan akses eksklusif ke Value Investing Mastery dan The Investor’s Portfolio untuk strategi investasi terbaik, analisis saham mendalam, serta peluang meraih bagger pertama Anda!

🔹 Analisis saham premium
🔹 Template kinerja portofolio
🔹 Kelas bulanan dengan mentor ahli

Gabung sekarang di 👉 valueinvestingmastery.id dan mulai investasi dengan lebih percaya diri! 🚀

Merupakan platform belajar Investasi tumbuh dengan tenang yang dapat di akses kapanpun dan dimanapun tanpa ribet. Dapatkan return investasi yang maksimal dengan strategi yang tepat.
The Investor

© 2025. All rights reserved

PT Indonesia Investa Origa- Tegalmulyo WB I/189B Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta – +6285155441861