Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Harga Saham TINS terus turun semenjak pertengahan tahun 2022, dimana dari harga sekitar Rp 2.040/lembar saham menjadi hanya Rp 570/lembar saham saja saat ini atau sudah turun 72%. Apa penyebab harga saham TINS yang turun drastis ini? Kalau kita cek ada beberapa sebabnya, seperti penambangan ilegal di wilayah operasi TINS, turunnya harga jual, banyaknya persediaan di LME, dan faktor lainnya yang juga menjadi penyebab harga sahamnya turun, oke mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.
Sebelumnya kita bahas dulu profil perusahaan. PT TIMAH Tbk (TINS) merupakan produsen timah terkemuka, serta menjadi eksportir timah terbesar di dunia. Didirikan tahun 1976, dan listing di Bursa tahun 1995. Bisnis timah yang dijalankan perusahaan terintegrasi vertikal, dari eksplorasi, penambangan, peleburan & pemurnian logam timah, sampai pemasaran ekspor dan lokal. Produk logam timah yang dimiliki perusahaan mempunyai merek Banka Tin, Kundur Tin, dan Mentok Tin, yang sudah mempunyai reputasi internasional dan terdaftar di London Metal Exchange (LME).
TINS mempunyai 4 lini bisnis utama, yaitu pertambangan timah, hilirisasi timah (tin chemical dan tin solder), pertambangan non‐timah seperti batubara dan nikel, serta bisnis berbasis kompetensi seperti properti, agro bisnis, dan galangan kapal.
Dari beberapa sumber berita yang kami peroleh, pertambangan ilegal yang ada di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) TINS semakin bertambah sampai produksi perusahaan mengalami penurunan di tahun 2023 ini. Menurut manajemen, produksi yang rendah kemungkinan akibat praktik penambangan ilegal tersebut. Kemudian tata kelola pertambangan yang belum ideal juga memberi dampak terhadap produksi. Perusahaan melakukan pengamanan IUP bersama dengan tim pengamanan internal perusahaan dan melakukan sinergi dengan Aparat Penegak Hukum. Dengan kejadian ini seperti apa kinerja operasional perusahaan pada kuartal ketiga tahun 2023?
Kinerja operasional TINS pada kuartal ketiga tahun 2023 ini turun cukup dalam. Dimana pendapatan perusahaan tercatat turun 37,4% menjadi Rp 6,3 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 10,1 triliun. Kemudian untuk laba brutonya turun lebih dalam sebesar 74,2% menjadi Rp 584,2 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 2,2 triliun.
Sedangkan untuk bottom line, perusahan mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 87,4 miliar, dari sebelumnya yang mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun. Penurunan kinerja yang sangat signifikan.
Dari informasi segmen, Pendapatan perusahaan terbesar berasal dari segmen pertambangan timah-nya, dengan jumlah pendapatan Rp 6,4 triliun. Kemudian segmen industri sebesar Rp 762,4 miliar. Lanjut ada segmen pertambangan batubara dengan pendapatan Rp 707 miliar. Segmen lainnya Rp 323,1 miliar dan segmen konstruksi sebesar Rp 263,8 miliar. Namun kalau kita lihat memang ada hasil segmen kurang baik pada segmen pertambangan timah-nya karena mencatat rugi sebesar Rp 205,8 miliar. Kalau kita bandingkan dengan periode yang sama tahun 2022, pendapatan dari kelima segmen ini yang mencatat kenaikan hanya segmen pertambangan batubara dan konstruksi saja.
Wilayah pemasaran logam timah TINS tersebut paling besarnya ke pasar ekspor sebesar 92%, kemudian domestik 8% saja. Ekspor terbesar ke wilayah Asia sebesar 55%, kemudian Eropa 29%, dan Amerika 8%. Jadi kondisi perekonomian di negara-negara tersebut juga berpengaruh ke pendapatan perusahaan.
Berdasarkan rilis perusahaan, sepanjang 9 bulan di tahun 2023, harga logam timah dunia mengalami tekanan karena menguatnya mata uang AS, kemudian pemulihan ekonomi China yang lambat, dan permintaan timah yang rendah karena banyaknya persediaan LME. Dengan beberapa hal tersebut membuat turunnya ekspor timah Indonesia dari kuartal 2023 hingga kuartal ketiga 2023, terkhusus ekspor timah yang dilakukan TINS ke beberapa negara. Kalau kita lihat pendapatan ekspor TINS turun menjadi Rp 5 triliun saja, dari sebelumnya Rp 9,2 triliun. Sedangkan penjualan lokalnya naik. Hal ini memperlihatkan adanya upaya perusahaan dalam meningkatkan penjualan melalui pasar lokal.
Kalau kita lihat dari sisi produksi bijih timah, produksi logam timah, maupun penjualan logam timah mengalami penurunan semua secara yoy. Dimana produksi bijih timah turunnya 23% secara yoy menjadi 11.201 ton sn. Produksi logam timah turun 18% secara yoy menjadi 11.540 metrik ton, dan penjualan logam timah turun 28% menjadi 11.100 metrik ton.
Harga jual rata-rata perusahaan turun 23% menjadi US$ 27.017 per metrik ton. Sedangkan cash cost perusahaan hanya turun 12%, hal ini membuat kinerja perusahaan tentunya akan tertekan.
Dengan kinerja yang turun, perusahaan memiliki beberapa strategi untuk meningkatkan operasi dan produksinya, seperti:
Pergerakan harga saham TINS di tahun 2024 ini sudah turun 11,6% secara ytd, karena memang banyaknya kondisi kurang baik yang dimiliki perusahaan. Saat ini harga sahamnya berada di level Rp 570/lembar saham, yang menunjukkan valuasi PBV 0,64x dan PER -81,53x.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi perusahaan, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih cerdas dan terukur. Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery yang kami adakan, klik gambar di bawah ini untuk informasi selanjutnya dan raih keuntungan maksimal di pasar saham.