Pelajari Risiko Investasi Saham Digital Setelah Hype

Pelajari risiko investasi saham digital yang mengalami hype tetapi kemudian turun drastis setelahnya. Baca artikel ini untuk mengetahui kinerja saham beberapa saham digital dan cara memilih saham berdasarkan acuan fundamental

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini.

HYPE SELESAI, SAHAMNYA MALAH HANCUR!!!

Ada hukum dimana ketika suatu saham itu memasuki fase hype, maka harga sahamnya bisa naik tanpa fundamental. Tetapi ketika hype tersebut menghilang, harga saham akan kembali ke fundamental aslinya. Itulah kenapa dalam memilih saham selalu berdasarkan acuan fundamental maupun kinerja perusahaan, karena hal ini lebih memberikan efek ketenangan bagi investor dibandingkan dengan hype semata. Pada artikel ini akan membahas mengenai beberapa saham digital yang ternyata malah boncos ketika para holder saham digital tidak menjual saat hypenya, kira-kira saham apa saja ya?

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa like, share dan follow kami untuk mendapatkan update-an informasi seputar saham.

1. BANK NEO COMMERCE (BBYB)

Pada tahun 2021, harga saham BBYB sebesar Rp 2.735/lembar saham, dan pada awal tahun 2023 harga sahamnya menurun sebesar Rp 630/lembar saham. Jika dihitung dari harga tertingginya hingga saat ini mengalami penurunan sebesar 76,7%. Bahkan di harga Rp 630/lembar saham menunjukkan valuasi PBV yang masih mahal yaitu 3,4x dengan PER ratio -9,5x.

Berikut ini kinerja dari saham BBYB dalam Q3 tahun 2022, dimana secara pendapatan saham BBYB naik sebesar 226% dari 453 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 1,4 Triliun Rupiah (Per 30 September 2022) dan laba brutonya juga naik sebesar 388%. Namun dari sisi laba bersihnya menurun sebesar 127% dari 264 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi rugi 601 Milyar Rupiah (per 30 September 2022).

2. ALLO BANK INDONESIA (BBHI)

Pada awal tahun 2022 saham BBHI sempat mengalami kenaikan harga sahamnya sebesar Rp 8.550/lembar saham, namun di awal tahun 2023 menurun di harga Rp 1.600/lembar saham. Dimana jika dihitung dari harga tertingginya hingga saat ini, pergerakan harga sahamnya menurun sebesar 80,2%. Bahkan di harga Rp 1.600/lembar saham secara valuasinya masih mahal yaitu dengan PBV 5,5x dan PER ratio 124,8x.

Berikut ini kinerja saham BBHI dalam Q3 tahun 2022. Di sisi pendapatan bunganya naik sebesar 100% dari 245 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 492 Milyar Rupiah (per 30 September 2022). Untuk laba brutonya juga naik sebesar 208% dari 131 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 406 Milyar Rupiah (per 30 September 2022). Dan laba bersih saham BBHI juga mengalami kenaikan sebesar 144% dari 85 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 209 Milyar Rupiah (per 30 September 2022).

 

3. BANK JAGO (ARTO)

Saham sejuta umat yang naik karena hype semata. Saham ARTO ini sempat mengalami kenaikan di harga Rp 19.850/lembar saham di awal tahun 2022, namun di awal tahun 2023 menurun sebesar Rp 2.560/lembar saham. Jika memiliki saham ARTO di harga tertingginya dan masih hold hingga saat ini kemungkinan terjadi floating loss sebesar 86,9%. Bahkan di harga Rp 2.560/lembar saham memiliki valuasi mahal dengan PBV 4,3x dan PER ratio 656x.

Berikut ini kinerja saham ARTO dalam Q3 tahun 2022. Di sisi pendapatannya naik sebesar 205% dana laba brutonya naik 209%. Laba bersihnya juga mengalami kenaikan dari rugi 32 Milyar Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 40 Milyar Rupiah (per 30 September 2022) yaitu naik sebesar 224%.

4. BANK ALADIN SYARIAH (BANK)

Harga saham BANK di tahun 2021 sempat menyentuh di harga Rp 4.040/lembar saham, namun di awal tahun 2023 menurun sebesar Rp 1.255/lembar saham. Jika dihitung dari harga tertingginya hingga saat ini pergerakan harga saham BANK menurun 68,5%. Di harga Rp 1.255/lembar saham secara valuasi masih mahal dengan PBV 9,1x dan PER ratio -94,2x.

Berikut ini kinerja saham BANK Q3 2022. Dari sisi pendapatan mengalami kenaikan 111% dan laba brutonya naik 51,5%, namun di sisi laba bersih kerugiannya naik 141% dari 60 Milyar Rupiah (2021) menjadi rugi 146 Milyar Rupiah (2022).

5. BANK RAYA INDONESIA (AGRO)

Saham AGRO ini dikatakan sebagai bank digital anak dari BBRI. Saham AGRO pernah menyentuh harga Rp 2.800/lembar saham di tahun 2021 dan di awal tahun 2023 harga sahamnya menurun sebesar Rp 404/lembar saham, artinya pergerakan harga saham AGRO ini menurun sebesar 85,9%. Secara valuasi saham AGRO menunjukkan PBV 2,95x dengan PER rasio 872x.

Jika dilihat secara kinerja, saham AGRO mengalami penurunan dari sisi pendapatan menurun 39,6% dari 1,2 Triliun Rupiah (per 30 September 2021) menjadi 778 Triliun Rupiah (per 30 September 2022) dan laba brutonya menurun 21,6% dari 656 Milyar Rupiah (2021) menjadi 514 Milyar Rupiah (2022). Kemudian dari sisi laba bersihnya naik signifikan yaitu sebesar 101,8% dari rugi 1,8 Triliun Rupiah (2021) menjadi laba 32 Triliun Rupiah (2022).

Lalu bagaimana prospek saham bank digital? Apakah bisa akan naik seperti di tahun 2021? Dapat disimpulkan sangat berat untuk saham digital ini mengalami kenaikan, kita tidak bisa  mengharapkan harga sahamnya akan naik seperti di tahun 2021 karena sudah tidak adanya hype pada saham digital ini.

Untuk mengetahui secara advance tentang bagaimana cara mencari saham saham yang berpotensi bagger atau mengetahui cara berinvestasi tumbuh dengan tenang tanpa mantengin chart tiap hari. silahkan klik gambar dibawah. Akan kami beritahu bagaimana caranya! 

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter
Picture of Erose Perwita

Erose Perwita

Author | Founder theinvestor.id