Pahami Ekuitas Negatif SAHAM: Analisis dan Potensi

Telusuri makna ekuitas negatif dalam saham, istilah ekuitas negatif, dan peluang di baliknya

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Bulan Maret 2023 adalah saat-saat sulit bagi banyak pemegang saham termasuk kami, karena saham hampir mencapai nol. Namun seiring berjalannya waktu di tahun 2023, harga saham mulai pulih. Sayangnya neraca keuangan perusahaan saat itu menunjukkan ekuitas negatif. Apa arti sebenarnya dari ekuitas negatif ini? Apakah ada potensi di baliknya? Mari kita telusuri topik ini lebih lanjut dalam artikel ini.

Pada artikel kali ini kami akan mengajak belajar bersama mengenai ekuitas negatif. Ketika kita berbicara mengenai ekuitas, kita berbicara mengenai neraca perusahaan. Ketika kita ingin menganalisa suatu emiten kita akan melihat laporan keuangan. Salah satu komponen penting jika kita membaca laporan keuangan yaitu komponen neraca. Neraca ini memiliki rumus wajib yang perlu kita ingat, yaitu “ASET = LIABILITAS + EKUITAS”. Aset adalah harta kekayaan perusahaan. Pertanyaan berikutnya yaitu asset ini di biayai dari mana? apakah dari hutang yang tercermin dalam liabilitas, atau dari modal pribadi tercermin dalam ekuitas. Bagaimana jika ekuitasnya negative? Jika ekuitas negatif bisa kita ilustrasikan seperti ini

 

Jika ekuitas negatif terjadi, kita gambarkan seperti memiliki aset sebesar 1,5 miliar, kemudian memiliki hutang sebesar 2,5 miliar maka ekuitas kita menjadi negatif 1 miliar. Artinya ketika nanti kita tidak mampu membayar semua hutang kita maka semua aset di jual pun belum cukup untuk membayar hutang yang kita miliki dan disitulah dinyatakan bangkrut. Kemudian bagaimana cara tahu apabila ekuitas negatif tapi itu bagus atau tidak?

Mari kita pertimbangkan emiten ULTJ. ULTJ memiliki modal saham sebesar 577,6 miliar. Kemudian ada tambahan modal disetor sebesar 51,2. dimana modal ini berasal dari bukan laba. Misalkan Ketika perusahaan IPO maka akan di catat di pos tambahan modal ini. Kemudian ada saham treasuri, ini adalah saham yang di beli Kembali oleh perusahaan atau buyback, disini tercatat 1,8 triliun. Artinya ULTJ melakukan buyback senilas 1,8 triliun. Tentu saja ini sangat bagus Ketika modal awal perusahaan sebesar 577 miliar kemudian IPO bisa mendapatkan dana sebesar 51 miliar dan tahun 2020 ULTJ melakukan buyback sebesar 1,8 triliun. Seakan-akan  ULTJ ini akan melakukan go private.

Selanjutnya kita bisa melihat pada pos saldo laba. Saldo laba ini sangat penting, karena saldo laba inilah akumulasi laba yang di hasilkan sejak berdiri hingga sekarang selain dividen. Jika ULTJ di tahun 2020 mencatat saldo laba sebesar 5,8 triliun artinya sejak perusahaan berdiri hingga tahun 2020 perusahaan sudah menghasilkan laba 5,8 triliun yang belum dibagikan menjadi dividen. Ketika perusahaan membagikan dividen maka saldo labanya akan berkurang. Kemudian apabila kita lihat pos total ekuitas, pada tahun 2020 ULTJ membukukan ekuitas yang turun, dari 5,6 triliun menjadi 4,7 triliun. Apakah ini jelek? menurut kami ini tetap bagus. Kenapa begitu? karena pengurangan ekuitas ini terjadi dengan adanya saham treasuri atau buyback saham. Jadi bisa kita simpulkan dari neraca ULTJ tahun 2020 ini adalah saldo labanya yang naik. Ketika ekuitas perusahaan turun dan saldo laba naik ini tetap bagus.

Contoh lainnya adalah perusahaan LPPF yang memiliki ekuitas negatif atau minus 160 miliar. Lalu apakah ekuitas negative ini termasuk jelek? jawabannya tidak karena saldo labanya masih positif. Pada pos saldo laba LPPF mengalami penurunan pada kuartal 2 tahun 2023, dari 4,3 triliun menjadi 3,4 triliun. Nah kenapa bisa demikian? kita bisa lihat di laporan arus kasnya, jika laporan arus kas membagikan dividen maka itu akan menyedot saldo laba. Saldo laba ini juga bisa berkurang ketika perusahaan mengalami kerugian. Kebetulan LPPF pada kuartal kedua tahun 2023 ini masih mencetak laba. Jadi bisa kita simpulkan penurunan saldo laba pada kuartal kedua tahun 2023 ini perusahaan membayar dividen. Berbeda dengan saham yang kami miliki, dimana ekuitasnya negatif yang diakibatkan karena saldo laba yang negatif.

Pada gambar di atas adalah neraca saham yang kami miliki, ekuitas negatif yang disebabkan karena saldo laba yang negatif. Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat pula modal sahamnya sebesar 219 juta kemudian ada tambahan modal disetor sebesar 62 juta. Tetapi saldo labanya negatif 602 juta, artinya perusahaan memang selalu mencetak rugi bersih. Ketika perusahaan rugi mengakibatkan saldo labanya berkurang, dan jika kerugiannya benar-benar parah maka ekuitasnya juga bisa berkurang bahkan negatif. Dengan ekuitas minus 328 juta dapat dipastikan mayoritas asetnya dibiayai oleh hutang. Sehingga, layakkah perusahaan ini dibeli? Bagi kami perusahaan layak dibeli karena ada potensi turnaround.

Ekuitas negatif pada neraca perusahaan tidak selalu menunjukkan masalah. Penting untuk memahami kondisi dan konteksnya. Dalam banyak kasus seperti yang terjadi pada ULTJ, ekuitas negatif dapat diimbangi oleh kesehatan keuangan yang lain. Namun, dalam situasi lain seperti pada saham kami perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk memahami potensi perusahaan. Jadi, Sebelum mengambil keputusan, selalu bijak untuk mempertimbangkan semua faktor yang relevan.

Jika Anda tertarik untuk mendalami pengetahuan Anda tentang investasi dan nilai ekuitas dalam dunia investasi saham, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam program value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk mendapatkan akses eksklusif dan memulai perjalanan Anda menuju pemahaman yang lebih dalam tentang investasi.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter