Menggali Potensi Saham TBIG: Analisis Kinerja dan Sentimen Positif

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Pengantar

Kuartal ketiga tahun 2023 ini, Kinerja PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) masih mencatatkan penurunan laba bersih secara year on year dan kinerja TBIG diharapkan bisa membaik di tahun 2024 ini yang beriringan dengan gencarnya digitalisasi di dalam negeri. Dengan adanya ekspansi jaringan 5G di Indonesia, menjadi prospek yang positif untuk perusahaan menara telekomunikasi seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) di tahun 2024 ini. Karena ketika operator telekomunikasi melakukan ekspansi jaringan 5G, maka permintaan menara juga akan meningkat.

Dengan adanya sentimen positif tersebut, disini kita akan membahas mengenai kinerja operasional dari salah satu emiten menara yaitu TBIG, dan seberapa banyak site dan tenant yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan kinerja operasionalnya.

 

Pergerakan Harga Saham TBIG

Sebelumnya kita lihat dulu pergerakan harga saham TBIG secara jangka panjang, di tahun 2021 harga sahamnya mengalami kenaikan cukup signifikan, dimana tahun 2020 harganya sekitar Rp 1000/lembar saham, dan naik ke level Rp 3.400/lembar saham. Kemudian berangsur-angsur turun ke level Rp 1.830/lembar saham.

Profil Perusahaan

Sebelum kita menilai kinerja keuangan, penting untuk memahami profil perusahaan. TBIG didirikan pada tahun 2004 dan merupakan perusahaan induk dari Tower Bersama Group. Tower Bersama Group adalah salah satu perusahaan menara independen terbesar yang berada di Indonesia. Kegiatan bisnis utama TBIG adalah melakukan penyewaan tower space pada sites untuk tempat pemasangan perangkat telekomunikasi yang dimiliki penyewa. Tidak hanya itu, TBIG juga memberikan penyediaan akses kepada operator telekomunikasi ke jaringan repeater dan IBS perusahaan. Dan perusahaan ini listing di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 26 Oktober 2010.

 

Bersama Digital Infrastructure Asia Pte, Ltd. Adalah pemegang saham TBIG terbesar yaitu sebesar 75,4%. Kemudian ada PT Wahana Anugerah Sejahtera sebesar 9,27%. Dan untuk masyarakat sebesar 14,66%. Informasi mengenai Bersama Digital Infrastructure Asia Pte, Ltd. ini, bulan Mei 2022, Provident Capital dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) melakukan restrukturisasi kepemilikan sahamnya di Tower Bersama menjadi perusahaan holding Singapura yang didirikan dengan nama Bersama Digital Infrastructure Asia Pte. Ltd, ini merupakan platform infrastruktur digital wilayah Asia Tenggara dan pengendalinya adalah Saratoga dan Provident.

Terkait site dan tenant yang dimiliki perusahaan menunjukkan tren pertumbuhan sejak tahun 2010, posisi Maret 2023 jumlah site yang dimiliki perusahaan sebesar 21.991 site. Kemudian untuk tenant jumlahnya sebesar 41.010. Penyewaan ini sejak tahun 2010 sampai kuartal pertama tahun 2023 menunjukkan CAGR sebesar 19,3%. Dengan data pertumbuhan ini, menjadi indikator jika kedepannya bisa terus bertumbuh, namun hal ini tentunya bergantung pada bagaimana perusahaan bisa mengelolanya.

Kinerja Perusahaan

TBIG mencatatkan kinerja operasional yang kurang bagus, di mana pendapatan naik tipis 0,6% saja menjadi Rp 4,95 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 4,92 triliun. Dan untuk laba kotornya juga mencatatkan kenaikan tipis 1,9% menjadi Rp 3,58 triliun dari sebelumnya Rp 3,51 triliun.

Sedangkan untuk bottom line, perusahaan mengalami penurunan laba bersih sebesar 9% dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,1 triliun. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh meningkatnya beban keuangan dan lainnya

Pendapatan perusahaan tersebut paling besarnya berasal dari menara telekomunikasi sebesar Rp 4,7 triliun, dengan PT Telekomunikasi Selular sebesar Rp 1,69 triliun, kemudian ada PT Indosat Tbk sebesar Rp 1,4 triliun, PT XL Axiata Tbk sebesar Rp 866,7 miliar, PT Smartfren Telecom Tbk sebesar Rp 409,3 miliar, PT Smart Telecom sebesar Rp 295,1 miliar, dan lainnya Rp 12,8 miliar. Kemudian ada pendapatan dari serat optik sebesar Rp 241,3 miliar dan properti investasi sebesar Rp 2,9 miliar.

Kesimpulan

Analisis menyeluruh terhadap saham TBIG memberikan gambaran tentang tantangan dan peluang di masa depan. Bisa disimpulkan, kinerja dari TBIG saat ini khususnya untuk bottom line masih menunjukkan penurunan dibandingkan periode yang sama tahun 2022, dengan adanya sentimen terkait ekspansi jaringan 5G ini seharusnya bisa mendorong kinerja TBIG bisa lebih baik di tahun 2024 ini. Namun, hal itu tergantung bagaimana perusahaan bisa memaksimalkan kinerjanya, dan ditambah dengan efisiensi terhadap beban yang dimiliki. TBIG mengalokasikan