Margin of Safety untuk Keuntungan Maksimal: Value Investing

Telusuri detail kinerja INKP di 2023! Pelajari langkah ekspansi, alasan penurunan penjualan, serta dampaknya terhadap laba bersih. Baca sekarang!

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa denganĀ klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Mengapa Beberapa Investor Selalu Merugi?

Setiap investor tentu memiliki satu tujuan utama, yaitu mendapatkan keuntungan yang maksimal. Namun, tidak jarang kita melihat banyak investor yang kerap kali merugi di pasar saham. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman mengenai prinsip dasar dalam berinvestasi saham, yaitu margin of safety.

Margin of Safety – Senjata Rahasia Sukses Berinvestasi

Secara umumnya margin of safety itu adalah batas aman di saat kita membeli saham. Margin of safety ini diperkenalkan oleh Benjamin Graham, dengan murid yang fenomenal yaitu Warren Buffett. Mereka berdua investor yang sangat berhasil yang menerapkan margin of safety ini. Margin of safety adalah selisih antara harga saham dengan nilai intrinsik. Jadi Warren Buffett itu selalu mengatakan nilai intrinsik, hanya dalam penerapannya kami selalu mengartikan nilai intrinsik ini dengan harga wajar saham. Dan seorang value investor adalah mereka yang beli saham di bawah harga wajar atau di bawah nilai intrinsik. Kemudian menjualnya di atas nilai intrinsik atau di atas harga wajar sahamnya.


Berbeda kita dengan Warren Buffett, kemungkinan besar Warren Buffett mengakuisisi perusahaan dalam jumlah yang besar dengan harga di bawah nilai intrinsik, dan di hold selama mungkin, bahkan selamanya. Dapat dikatakan Warren Buffett hidup dari dividen. Berbeda dengan kita, karena kita masih investor recehan, yang mungkin kira-kira bisa menabung saham Rp 1 juta setiap bulannya, kita beli saham atau cicil saham itu sudah dikatakan bagus, dan kalau kita hanya mengharapkan dividen dengan nominal yang kecil, seperti 1 juta atau 10 juta, dividennya tidak akan terasa.


Maka dari itu kita tetap perlu jual sahamnya, jadi kita seperti berdagang, kalau kita berdagang beli ke supplier di harga murah, dan jual ke konsumen di harga yang lebih mahal. Makanya kita dapat selisih harga beli dan jual, sebenarnya sama kalau kita terapkan di saham, seorang value investor harus beli sahamnya di harga murah atau di bawah harga wajarnya. Kemudian sahamnya di jual lagi diatas harga wajarnya, gampangannya kira-kira seperti itu.

Menerapkan Margin of Safety dalam Investasi Anda

Contohnya saham XYZ kita hitung, dan setelah kita hitung, kita analisa laporan keuangannya, dan historis harga saham, dan sebagainya. Maka kita sudah putuskan bahwa harga wajar saham XYZ itu berada di angka Rp 1.000 per lembar saham. Saat ini karena sedang terjadi krisis, harganya menjadi Rp 500 per lembar saham. Maka apa yang kita lakukan ya beli sahamnya. Jadi kita beli di harga Rp 500 per lembar saham, dan dibandingkan dengan harga wajar Rp 1.000 per lembar saham, maka kita beli saham tersebut dengan margin of safety 50%. Setelah kita beli saham XYZ di Rp 500 per lembar saham, dan keesokannya turun menjadi Rp 300 per lembar saham, apa yang harus kita lakukan, apakah cutloss? Jawabannya tidak. karena kita sudah beli di harga mudah jadi jangan khawatir, atau misalkan saham XYZ ini harganya sudah naik menjadi Rp 800 per lembar saham, kira-kira apa yang harus kita lakukan, apakah jual? Karena kalau kita jual keuntungannya sudah Rp 300 per lembar saham, dari harga beli Rp 500 per lembar saham, jadi keuntungan kita sudah 60%.

Mungkin teman-teman jika sudah merasa untung dijual, padahal harga Rp 800 per lembar saham itu masih cenderung murah, maka apa yang kita lakukan? Kalau saya masih hold, meskipun sudah untung 60% tetapi harga Rp 800 per lembar saham itu masih di bawah harga wajar, lalu kapan saatnya kita jual? Jawabannya saat harga sahamnya sudah di atas Rp 1.000 per lembar saham, jadi misalkan harga saham sudah menjadi Rp 1.200 per lembar saham atau Rp 1.500 per lembar saham atau mungkin setelah krisis selesai, harga sahamnya menanjak menjadi Rp 2.000 per lembar saham, saat itulah kita jual.

Dari contoh di atas, maka sangat penting sekali kita harus mengetahui harga wajar suatu saham, dalam menentukan harga wajar saham sendiri, kami punya metode yang simple dan sudah dibuktikan sendiri, yaitu dengan rata-rata PBV, jadi ketika perusahaan tersebut ekuitasnya selalu tumbuh dan ROE stabil, maka rata-rata PBV di tahun-tahun sebelumnya itu bisa kita jadikan patokan untuk menilai harga wajar suatu saham.

Kira-kira berapa persen margin of safety yang bisa kita pakai? Untuk berapa persennya ini otomatis menjadi acuan masing-masing investor, kalau kami sendiri selama harga saham tersebut murah, dan saham tersebut bisa digunakan untuk investasi jangka panjang, maka selama harga murah dan di bawah harga wajar, kami akan mencicil untuk beli dengan bertahap, apalagi saat sedang kondisi krisis, harga saham menjadi murah semua, jadi selama ada kas kita beli dengan dicicil, dan jual nanti ketika harga sahamnya sudah di atas harga wajarnya.

Kesimpulan

Memahami harga wajar saham adalah kunci utama untuk sukses dalam berinvestasi. Dengan metode rata-rata PBV yang sederhana, Anda dapat menentukan harga wajar saham dan menentukan berapa persen margin of safety yang Anda inginkan. Ingatlah, selama harga saham masih berada di bawah harga wajarnya, ini adalah kesempatan emas untuk Anda investasikan uang Anda.

Jika Anda serius ingin meningkatkan skill investasi Anda dan memahami lebih dalam mengenai prinsip value investing, kami mengajak Anda untuk bergabung dalam program Value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk bergabung dan mulai perjalanan investasi Anda menuju kesuksesan!

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter