Daftar Isi
ToggleArtikel ini dipersembahkan oleh:
Eskalasi di laut merah akibat penyerangan kelompok militan Houthi terhadap kapal-kapal kargo yang melintasi Terusan Suez membuat “panas” sektor perkapalan. Lantas bagaimana akibat yang timbul dari konflik tersebut? Dan apa efeknya terhadap emiten-emiten perkapalan?
Konflik di Laut Merah ini bermula dari pembajakan terhadap kapal yang memiliki tujuan ke Israel yang melintasi wilayah Yaman pada November 2023. Padahal dalam pembajakan tersebut, tidak ditemukan awak yang berkewarganegaraan Israel.
Pada dasarnya, aksi pembajakan yang terjadi sebagai bentuk respon kelompok militan Houthi atas kondisi di Gaza yang semakin buruk.
Untuk diketahui, Laut Merah ini merupakan salah satu akses laut yang paling sering digunakan berbagai negara dalam kepentingan pengiriman minyak dan komoditas lainnya. Termasuk juga untuk transit di antara Terusan Suez dan Teluk Aden yang menjadi jalur alternatif bagi banyak kapal. Sehingga tidak perlu lewat rute yang lebih jauh melalui Pantai Selatan Afrika.
Akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, kelompok militan Houthi terus melancarkan serangan-serangan terhadap kapal cargo di Laut Merah pada Bulan Desember secara massif. Mereka menggunakan drone dan menembaki kapal-kapal kargo yang memiliki tujuan ke Eropa maupun ke negara barat yang melintasi Terusan Suez.
Akibat dari tindakan tersebut, kapal-kapal yang memiliki tujuan ke Eropa terpaksa harus memutar melalui Afrika Selatan. Di mana rute ini merupakan rute yang lebih panjang, sehingga membutuhkan waktu 10-14 hari perjalanan tambahan. Imbasnya, tarif kapal (freight rates) pun mengalami kenaikan.
Berikut ini perbandingan rute dari Singapore ke Rotterdam (Belanda) menggunakan rute Suez dan Rute Cape Town…
Source: www.globalmaritimehub.com
Terlihat jarak yang bertambah dari 8,440 nautical miles menjadi 11,720 nautical miles, atau naik sebesar 38% yang tentunya membutuhkan freight rate lebih tinggi.
Analisa Transportasi Pengangkutan dan Logistik dan Efeknya Terhadap Emiten Perkapalan
Salah satu instrumen perhitungan yang dapat digunakan untuk menganalisa harga pengangkutan komoditas curah kering adalah Baltic Dry Index (BDI). BDI akan menghitung indeks harga pengiriman lebih dari 20 rute aktif, dengan jenis kapal yang berbeda-beda.
Dalam pemilihan size kapalnya Baltic Dry index ini menggunakan tiga tipe kapal yang paling sering dipergunakan dalam bisnis kargo global. Pertama ada Kapal Capsize, yang merupakan kapal dengan tonnase terbesar dengan kapasitas 400.000 DWT. Untuk yang kedua ada Kapal Panamax, dengan kapasitas 60.000 hingga 80.000 DWT, yang biasa dipergunakan untuk mengangkut komoditas seperti batubara, sawit dan produk komoditas lainnya. Yang ketiga ada Kapal Handymaxes, yang merupakan jenis kapal terkecil dalam BDI dengan kapasitas 45.000 hingga 59.999 DWT.
Lalu bagaimanakah pergerakan BDI setelah terjadi serangan terhadap kapal cargo oleh militan Houthi? Berikut ini pergerakannya…
Dari grafik di atas, terlihat pada awal minggu bulan Januari 2024, harga Baltik Dry Indeks sudah turun ke level 2110an. Sayangnya penurunan tersebut masih berlanjut hingga minggu terakhir bulan Januari 2024 di level yang lebih rendah di 1499an.
https://tradingeconomics.com/commodity/baltic
Penurunan Baltic Dry Index tersebut, kemungkinan besar dipicu oleh respon Houthi yang mulai memperbolehkan kapal-kapal melintasi kembali Laut Merah.
Dengan situasi Laut Merah yang sempat memanas, secara tidak langsung sebenarnya sudah memberi keuntungan pada emiten Shipping Container
Adanya serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo, dengan tujuan Eropa terpaksa dialihkan untuk tidak melewati Terusan Suez dan mengambil jalur Cape Route yang lebih jauh. Hal ini menyebabkan harga Freight Index mengalami kenaikan, yang mana efeknya beberapa harga saham-saham kapal juga diapresiasi oleh pasar. Berikut ini pergerakan harga saham PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), PT Temas Tbk (TMAS), PT Habco Trans Maritima Tbk (HATM), dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) dalam tiga bulan terakhir.
Saham SMDR, TMAS, HATM, TPMA Periode 1 Nov 2023 – 5 Jan 2024. Source: Refinitiv Workspace
Notes: untuk pergerakan harga saham Penulis ambil dari 1 November 2023, sampai dengan tanggal 5 Januari 2024 yang memang merupakan momentum kenaikan harga saham emiten Shipping.
Terlihat sejak 1 November – 5 Januari 2024 emiten SMDR (Putih), TMAS (biru), TPMA (Ungu), HATM (kuning) kompak mengalami kenaikan dengan kenaikan terbesar adalah SMDR sebesar 26%, kemudian HATM sebesar 22%, disusul TPMA sebesar 11% dan TMAS sebesar 10%. Hal ini tentu, memberi keuntungan tersendiri bagi para pemegang saham Shipping.
Keuntungan tersebut, cukup beralasan jika kita melihat pada pertumbuhan indeks China – Global & Shanghai Export Containerized Freight Index. Di bawah ini adalah perbandingan pada bulan Desember 2023 yang masih rendah, dengan bulan Januari 2024 yang sudah naik:
Lalu bagaimana kedepannya? Jika kita lihat memang ekskalasi pada Laut Merah masih belum menemukan titik terang. Di mana Amerika Serikat dan juga Inggris justru terlibat dalam ketegangan di Laut Merah, dengan melancarkan serangan-serangan untuk menyasar militan Houthi. Sementara fungsi dari Laut Merah sendiri memang menjadi jalur penting bagi jalannya distribusi barang dan juga energi global.
PBB bahkan telah menyerukan stabilitas di Laut Merah, untuk dapat menjaga kelangsungan rantai pasokan global.
https://www.rri.co.id/internasional/
Sebagai respon Houthi, telah memberi izin kepada kapal-kapal untuk berlayar di Laut Merah denga naman. Dengan syarat mengibarkan spanduk yang menyatakan bahwa tidak terikat dengan pihak Israel. Meski mungkin tidak mudah bagi dunia untuk menurunkan tensi ketegangan geopolitik global tersebut.
Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery sekarang untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang investasi. Klik gambar di bawah ini untuk bergabung dan tingkatkan pemahaman finansial Anda.