Temukan analisis mendalam terhadap penurunan kinerja PT Timah (TINS) di Kuartal Kedua 2023. Pelajari faktor-faktor yang mempengaruhi dan proyeksi masa depan.
Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Pendapatan TINS sebesar Rp 4,56 triliun mengalami penurunan sebesar 38,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 7,47 triliun. Beban pokok pendapatan hanya turun sebesar 24,3% saja menjadi Rp 4,1 triliun. Sehingga menyebabkan laba bruto perusahaan turun 79,4% menjadi Rp 407,1 miliar.
Pendapatan yang turun tersebut terbesar berasal dari penurunan pendapatan logam timah sebesar 43,4% menjadi Rp 3,3 triliun. Dimana logam timah sendiri memiliki kontribusi sebesar 73,1% terhadap total pendapatan perusahaan.
Penjualan ekspor perusahaan mengalami penurunan sebesar 43,98% menjadi Rp 3,7 triliun. Kemudian untuk penjualan lokal mengalami kenaikan sebesar 7,13% menjadi Rp 793,9 miliar. Penjualan ekspor berkontribusi sebesar 82,6% terhadap total pendapatan TINS, dan untuk lokal sebesar 17,4%
Penurunan pendapatan dan beban perusahaan yang turun tidak sedalam pendapatannya membuat laba bersih TINS turun signifikan sebesar 98,5% menjadi Rp 16,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 1,08 triliun.
Turunnya sebagian harga logam di akhir kuartal kedua 2023 di saat melemahnya permintaan global dan meningkatnya persediaan logam timah yang berada di gudang LME membuat harga logam timah mengalami pergerakan dengan fluktuatif yang cenderung turun.
Dari press release perusahaan, TINS sendiri melakukan produksi bijih timah sebesar 7.755 ton Sn yang mengalami penurunan sebesar 22% dibandingkan periode yang sama tahun 2022, terdiri dari produksi darat sebesar 2.653 ton Sn yang turun 31% secara tahunan dan laut sebesar 5.102 ton Sn atau turun 16% secara tahunan. Produksi logam timah sebesar 8.100 metrik ton atau mengalami penurunan sebesar 8% dan penjualan logam timah sebesar 8.307 metrik ton atau turun sebesar 16%. Harga jual rata-rata logam timah sendiri turun cukup besar yaitu 35% menjadi US$ 26.828 per metrik ton jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar US$ 41.110 per metrik ton.
Bisa disimpulkan jika produksi timah perusahaan mengalami penurunan, diikuti dengan penjualan yang juga turun, kemudian harga jual rata-rata logam timah juga turun membuat pendapatan dan laba bersih perusahaan turun signifikan. Selama 6 bulan di tahun 2023 ini TINS telah melakukan ekspor timah sebesar 92%, dimana terdapat enam besar negara dengan tujuan ekspor, yaitu Jepang 17%, Korea Selatan 14%, Belanda 11%, Taiwan 9%, Amerika Serikat 9%, dan India 8%.
Pergerakan harga saham TINS sendiri sepanjang tahun 2023 ini telah turun sebesar 24% di tutup di harga Rp 890/lembar saham.
Dengan melihat penurunan harga sebagian logam di akhir kuartal kedua 2023 di saat permintaan global melemah dan persediaan logam timah meningkat, perusahaan harus memahami dan menyikapi kondisi ini dengan strategi yang tepat. TINS sendiri sudah mencatatkan beberapa perubahan produksi dan penjualan yang signifikan. Penting untuk mengevaluasi kinerja dan mencari solusi inovatif untuk menghadapi tantangan ini.
Ketidakstabilan ekonomi global mempengaruhi berbagai sektor industri, termasuk PT Timah (TINS). Menyikapi berbagai perubahan dan tantangan ini memerlukan strategi yang matang dan keputusan bisnis yang tepat untuk memastikan kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan di masa depan.
Ingin memahami lebih lanjut tentang bagaimana memanfaatkan peluang di tengah ketidakstabilan ekonomi dan mengoptimalkan investasi Anda? Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran.
© 2024. All rights reserved