Telusuri analisis mendalam kinerja keuangan Kalbe Farma (KLBF) di Q2 2023. Pelajari tentang strategi ekspansi & peluang investasi di pasar farmasi Asia Tenggara
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Kalbe Farma (KLBF) melakukan kerja sama lisensi eksklusif untuk mengembangkan dan komersialisasi produk injeksi serplulimab di 12 negara Timur Tengah dan Afrika Utara, seperti Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Yordania, Qatar, Maroko, dan lainnya. Kerja sama tersebut dari anak perusahaannya yaitu PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) dengan Shangai Henlius Biotech, Inc.
Mungkin ada yang bertanya-tanya, produk apa itu? jadi produk Serplulimab tersebut adalah produk obat kanker paru-paru sel kecil, jenis kanker yang sulit dalam penyembuhannya, obat tersebut bisa memberi harapan baru untuk penderita penyakit tersebut, dimana umur harapan hidup cukup pendek bisa beberapa bulan saja dan dengan obat tersebut bisa menambah harapan hidup beberapa bulan, seperti contohnya jika tidak menggunakan obat ini umur harapan hidup hanya 5 bulan, dengan obat tersebut bisa menjadi 8 sampai 9 bulan.
Dari pihak manajemen sendiri menjelaskan jika kerja sama produk tersebut hanya berkontribusi kecil untuk perusahaan. Akan tetapi dengan hal tersebut penjualan dari sisi ekspor akan terus bertambah. Dan dengan langkah yang bagus tersebut tentunya akan membuka peluang strategis yang lain, kira-kira berapa kontribusi penjualan ekspor KLBF saat ini? dan seperti apa kinerjanya sejauh ini, mari kita bahas.
Kalbe Farma sendiri berdiri di tahun 1966, merupakan perusahaan publik produk farmasi yang terbesar di Asia Tenggara. Apa saja bisnis yang dimiliki oleh perusahaan farmasi satu ini?
Yang pertama ada divisi obat resep, KLBF memberikan berbagai produk untuk seluruh kelompok segmen, dari obat generik tanpa merek yang ditunjukkan segmen menengah ke bawah, obat-obat generik bermerek, serta obat lisensi untuk segmen menengah ke atas.
Kedua Divisi Produk Kesehatan yang memiliki produk-produk obat bebas atau OTC, suplemen kesehatan termasuk minuman energi. Beberapa produk juga di jual internasional. Produk yang dimiliki seperti, Promag, Entrosop, Komix, Extra Joss, dan lainnya.
Ketiga ada Divisi Nutrisi Kalbe, yang memiliki produk susu seluruh segmen usia di pasar premium dan kelas menengah. Divisi ini juga mempunyai produk nutrisi non-susu, seperti Fitbar, HydroCoco, Nutrive Benecol, Diabetasol yang disukai negara Filipina dan Sri Lanka, sedangkan Prenagen dan Milna masuk ke Myanmar.
Terakhir ada Divisi Distribusi dan Logistik, dengan pengoperasian salah satu jaringan terluas di Indonesia. Jaringan distribusi tersebut sekitar satu juta outlet di Indonesia, seperti rumah sakit, apotik, dan outlet ritel produk kesehatan & nutrisi. Jadi divisi ini mendistribusikan produk-produk perusahaan.
Dari informasi segmen, kontribusi penjualan KLBF berasal dari distribusi dan logistik sebesar Rp 5,3 triliun, dimana menjadi kontribusi terbesar untuk KLBF sekitar 35% dari total penjualan neto perusahaan, dan naik 4,9% dibanding sebelumnya. Kemudian ada Nutrisi dengan penjualan sebesar Rp 3,93 triliun yang naik 5,9%. Obat resep sebesar Rp 3,8 triliun, naik 31,6%. Dan terakhir ada produk kesehatan sebesar Rp 2 triliun atau turun 4,2%.
Penjualan perusahaan untuk domestik sebesar Rp 14,2 triliun atau berkontribusi sebesar 93,9% dari total penjualan neto KLBF dan tercatat naik 7,7%, sedangkan ekspornya hanya sebesar Rp 921,5 miliar atau naik 42,6%. Jadi dengan data tersebut memperlihatkan jika kinerja ekspor di tahun ini meningkat cukup tinggi meskipun kontribusinya kecil, dan ekspansi ke luar negeri yang dilakukan oleh KLBF adalah langkah yang tepat. Apalagi produk yang dilakukan kerja sama tadi merupakan produk yang menurut kami sangat bagus.
Berbeda dengan kinerja pendapatan dan laba kotornya, untuk laba bersih KLBF sendiri mengalami penurunan kinerja, dimana turun sebesar 6,7% menjadi Rp 1,5 triliun. Hal tersebut jika kita lihat dikarenakan beban dan biaya perusahaan yang naik cukup tinggi, seperti beban penjualan, beban umum & administrasi, beban untuk penelitian dan pengembangan, beban operasi lainnya, dan beban bunga & keuangan. Ada yang menarik untuk beban penelitian dan pengembangan yang naik cukup tinggi tersebut, dimana menghabiskan biaya Rp 207 miliar, jika melihat beban RND periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 153 miliar, dan di akhir tahun 2022 sekitar Rp 292 miliar. Jadi disini memperlihatkan jika perusahaan di tahun ini sedang gencar melakukan RND produknya.
Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang strategi investas., jangan ragu untuk bergabung dengan program Value Investing Mastery. Klik gambar di bawah ini untuk memulai perjalanan investasi Anda dengan pengetahuan yang mendalam!