Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Pada awal tahun 2024, Masuknya mobil BYD ke Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Januari tahun 2024 menjadi sentimen buruk terhadap saham ASII, di mana ASII saat ini memiliki pangsa pasar terbesar dalam industri mobil nasional dan masuknya BYD bisa mengurangi pangsa pasar yang sudah dikuasai ASII saat ini.
BYD sendiri merupakan pionir dalam teknologi baterai. Dan menjadi pemimpin global pada New Electric Vehicle (NEV) dan merek otomotif terbesar ketiga yang ada di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. BYD berada di peringkat atas pada penjualan NEV di China dalam periode sembilan tahun berturut-turut. Di Indonesia, BYD meluncurkan tiga mobil barunya, yaitu BYD Seal, BYD Atto 3, dan BYD Dolphin.
Sebenarnya penurunan harga saham ASII tidak hanya dari sentimen BYD saja, saat itu Daihatsu Motor Co. Ltd Jepang akan menghentikan pengiriman seluruh kendaraannya, karena terdapat 64 model dan tiga mesin terlibat dalam kejanggalan terkait manipulasi uji keselamatan tabrak samping. Dari 64 Model tersebut, 22 nya merek Toyota. Kasus ini juga menyeret ke Indonesia.
Adanya kasus ini disebutkan bahwa beberapa model buatan PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) juga terlibat kasus ini, seperti Agya/Wigo, Rush, Avanza, Veloz, Raize, dan Yaris Cross. Dimana ADM dan TMMIN ini dimiliki oleh ASII.
Dengan beberapa sentimen tersebut membuat harga saham ASII turun ke level Rp 5.175/lembar saham.
Pada artikel kali ini kita akan membahas apakah ada dampak dari munculnya sentimen-sentimen tersebut terhadap kinerja ASII saat ini dan kedepannya. Namun sebelum masuk ke pembahasan, kita bahas dulu mengenai profil perusahaan.
Berdiri sejak tahun 1957, PT Astra International (ASII) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan, industri, pertambangan, pengangkutan, pembangunan, pertanian, dan jasa. Menjadi salah satu grup perusahaan terbesar di Indonesia. Dan listing di Bursa Efek Indonesia tahun 1990.
Grup ASII mempunyai tujuh segmen bisnis inti, yaitu: Otomotif, Jasa keuangan, Hemce (alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi), Agribisnis, Infrastruktur & logistik, Teknologi Informasi, dan Properti. Brand yang dimiliki ASII juga sangat banyak seperti Toyota, Daihatsu, Isuzu, dan lain sebagainya.
Anak perusahaan ASII yang juga listing di Bursa Efek Indonesia seperti PT Astra Otoparts (AUTO), PT United Tractors (UNTR), PT Astra Agro Lestari (AALI), PT Astra Graphia (ASGR), dan PT Acset Indonusa (ACST).
Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd sebesar 50,11%. Sedangkan masyarakat sebesar 49,84%. JC&C ini merupakan perusahaan yang listing di bursa Singapura dan menjadi anggota Grup Jardine Matheson. Perusahaan ini juga memiliki saham perusahaan lainnya di Asia Tenggara, seperti mempunyai usaha otomotif di Singapura, Malaysia, dan Myanmar, termasuk PT Tunas Ridean Tbk (TURI) di Indonesia, dan Truong Hai Auto Corporation yang ada di Vietnam.
Masuk ke laporan keuangannya, dari sisi neraca perusahaan memiliki jumlah aset lancar yang turun 7,5% menjadi Rp 166,1 Triliun, hal ini disebabkan karena turunnya kas perusahaan sebesar 32,8% menjadi Rp 41,1 Triliun. Turunnya kas perusahaan disebabkan karena beberapa hal, seperti untuk pembagian dividen, penambahan aset tetap, penambahan investasi entitas asosiasi, dan lain sebagainya. Kalau dibandingkan dengan asetnya, kas ini berkontribusi sekitar 9,2% dimana ini masih terbilang cukup besar.
Sedangkan dari sisi aset tidak lancar, terdapat kenaikan cukup tinggi yang berasal dari aset tetap, dimana perusahaan tahun 2023 kemarin telah menambah aset tetapnya sebesar Rp 24,9 triliun, dengan paling besar dari alat beratnya sebesar Rp 9,8 triliun yang dilakukan oleh anak usahanya yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR). Kemudian ada juga investasi pada entitas asosiasi yang mengalami kenaikan, ini berasal dari investasi yang yang juga dilakukan oleh UNTR, dimana UNTR saat ini sedang gencar dalam melakukan diversifikasi bisnisnya, tanggal 21 September 2023 UNTR mengakuisisi saham baru yang diterbitkan oleh NIC sebesar Rp 9,3 Triliun.
Dengan ini, membuat aset ASII mengalami kenaikan 8% menjadi Rp 445,6 triliun dari sebelumnya Rp 413,2 triliun.
Dari sisi liabilitas, perusahaan mempunyai hutang buruk jangka pendek sebesar Rp 38 Triliun, jika kita bandingkan dengan kas-nya tadi sebesar Rp 41,1 Triliun tentunya masih aman dalam pembayarannya. Kemudian secara keseluruhan hutang buruknya sebesar Rp 91,3 Triliun.
Sedangkan dari sisi modal atau ekuitas-nya, perusahaan mencatatkan kenaikan sebesar 3,3% menjadi Rp 198,6 Triliun. Dengan saldo laba yang juga naik 4% menjadi Rp 188,9 Triliun. Dengan ekuitas tersebut, membuat DER perusahaan saat ini di level 45,9%, ini masih tergolong aman.
Jadi, dari sisi neraca perusahaan ASII ini sangat sehat. Meskipun ada penurunan pada kas-nya itu tidak bermasalah, karena hutang buruknya jangka pendeknya juga bisa dibayarkan dengan kas tersebut, kemudian dari arus kas operasi juga masih mencatatkan arus kas yang positif sebesar Rp 33,7 Triliun. Kemudian dari sisi aset ataupun ekuitas juga bagus dengan adanya pertumbuhan.
Sekarang kita masuk ke kinerja operasional perusahaan dan sentimen yang diterima perusahaan apakah benar mempengaruhi kinerja perusahaan.
Dari sisi top line, perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan bersih yang naik 5% menjadi Rp 316,5 Triliun dari sebelumnya sebesar Rp 301,3 triliun. Kemudian untuk laba bruto-nya berhasil naik 4,6% menjadi Rp 73,3 triliun.
Investasi ASII di GOTO dan HEAL jika kita lihat ada penurunan kerugian, dari yang sebelumnya rugi Rp 1,5 Triliun saat ini hanya menjadi rugi Rp 159 Miliar saja. ASII juga mencatatkan penghasilan lain-lain sebesar Rp 1,7 triliun. Kemudian juga mencatatkan kenaikan 23,6% dari bagian atas hasil bersih ventura bersama. Meskipun untuk bagian atas hasil bersih entitas asosiasi menurun 9,5%.
Jika kita melihat lebih rinci terkait kinerja operasionalnya. Pada tahun 2023 segmen otomotif mengalami kenaikan laba bersih sebesar 18,1%, pada alat berat laba bersihnya terbilang stabil, namun ada penurunan cukup dalam pada agribisnis sebesar 38,9%, namun kontribusinya sangat kecil terhadap keseluruhan laba bersih ASII.
Kemudian untuk penghasilan lain-lain berasal dari adanya kenaikan penghasilan administrasi atas kendaraan bermotor. Kemudian juga dari kenaikan lain-lain yang cukup besar.
Bagian atas hasil bersih ventura bersama berasal dari kepemilikan ASII di PT Astra Honda Motor (AHM) sebesar 50%. Hasil bersih yang diterima ASII dari AHM juga terbilang cukup besar yaitu Rp 4,2 Triliun. Kemudian dari lain-lain sebesar Rp 3,3 triliun dimana lain-lain ini jumlahnya tidak material secara individual. AHM naik 29% dan lain-lain naik 17,3% secara yoy.
Sedangkan dari entitas asosiasi setelah adanya kasus Daihatsu, ADM memberi konfirmasi jika semua kendaraan Daihatsu yang diproduksi, di distribusi, dan dipasarkan di Indonesia tidak memiliki masalah dalam hal keselamatan dan kualitas. Hal ini juga sama dengan produk Toyota Indonesia, termasuk produk yang dikembangkan bersama Daihatsu. Kementerian Perhubungan pun juga menyampaikan jika produk di Indonesia ini tidak bermasalah.
Kepemilikan ASII terhadap ADM sebagai entitas asosiasi sebesar 31,8%. Sedangkan kepemilikan di TMMIN hanya 5%.
Hasil bersih yang diterima dari ADM sebesar Rp 1 Triliun, jika dibandingkan dengan laba bersih ASII jaraknya cukup jauh yang sebesar Rp 33,8 triliun dan memang terdapat hasil bersih yang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 1,2 Triliun. Namun berita terkait Daihatsu ini pada akhir tahun 2023, dan sebenarnya sudah ada penurunan hasil bersih sejak kuartal pertama tahun 2023 secara yoy, meskipun memang pada kuartal keempat juga ada penurunan sekitar 12,6% secara qoq. Jadi, dari sentimen Daihatsu ini ada dampaknya meskipun tidak terlalu besar.
Dengan hal tersebut, membuat ASII mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 16,9% menjadi Rp 33,8 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 28,9 Triliun.
Kemudian untuk kinerja secara kuartalan, pada kuartal keempat tahun 2023 kemarin pendapatan perusahaan mengalami penurunan sebesar 4% menjadi Rp 75,6 triliun dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2023. Dan laba bersihnya turun 1% menjadi Rp 8,1 triliun. Kalau kita lihat memang secara kuartalan sejak kuartal kedua tahun 2023 pendapatan perusahaan terus menurun, ini yang menjadi salah satu penyebab kenapa harga saham ASII tidak naik dari faktor fundamental-nya. Menjadi sebuah tugas untuk ASII agar tahun 2024 ini ada perbaikan secara kuartalan, karena biasanya kinerja ASII secara kuartalan mayoritasnya naik.
Kalau kita lihat pendapatan secara kuartalan pada segmen bisnisnya, otomotif ada penurunan pada kuartal keempat sebesar 13%, menjadi indikasi bahwa ada dampak terhadap pendapatan pada segmen otomotif-nya.
Mobil listrik BYD yang baru masuk di awal tahun 2024 ini seharusnya tidak ada dampak yang diterima ASII pada kinerja tahun 2023 kemarin, di sini kita akan coba untuk memperkirakan pengaruh BYD terhadap ASII kedepannya.
Sebelumnya kita akan membahas dulu mengenai mobil listrik yang ada di Indonesia, karena BYD yang dijual di Indonesia ini adalah mobil listrik. Kendaraan mobil listrik berdasarkan bahan bakarnya terbagi menjadi 3, yaitu battery electric vehicle (BEV), hybrid electric vehicle (HEV), dan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV). Apa perbedaannya? perbedaan utamanya untuk BEV sepenuhnya bergantung pada listrik, HEV menggabungkan antara listrik dan bahan bakar fosil tanpa melakukan pengisian eksternal, dan PHEV bisa dilakukan isi ulang seperti BEV dengan tambahan mesin pembakaran internal untuk jangkauan berkendara lebih jauh. Penjualan nasional tahun 2023 untuk BEV sebesar 17.051 unit, kemudian HEV sebesar 54.179 unit, dan PHEV sebesar 128 unit, totalnya 71.358 unit.
Sejalan dalam mencapai net zero emission, Pemerintah menargetkan tahun 2024 ini penjualan mobil listrik bisa mencapai 200.000 unit. Dari BYD sendiri belum menargetkan penjualannya, karena baru pertama kali masuk ke Indonesia. Secara keseluruhan penjualan dari brand yang dimiliki ASII paling besar, yaitu 56,2% dari total wholesales nasional tahun 2023, data ini sudah termasuk mobil listrik. Dan jika dibandingkan antara penjualan mobil listrik dengan keseluruhan penjualan mobil hanya 7% saja. Jadi seharusnya dampaknya masih sedikit untuk saat ini dari adanya BYD.
Sedangkan di China, tahun 2023 kemarin BYD berhasil menjadi brand dengan penjualan terbesar, yang memiliki pangsa pasar 11%. Mengalahkan Volkswagen yang sudah sangat lama menjadi pemimpin pasar. Jika ini berlaku di Indonesia kedepannya, maka ASII bisa terdampak, namun kalau kita lihat tadi penjualan mobil listrik masih di angka 7% kontribusinya, jadi masih sedikit dan ASII tentu saja harus mempersiapkan strategi dalam menghadapi ini.
Jadi sentimen yang masuk ini memang bisa memberikan pengaruh ke ASII kedepannya terutama dari BYD, asalkan BYD benar-benar bisa meningkatkan penjualan mobilnya di Indonesia, namun untuk saat ini belum terlihat datanya karena belum lama masuk, jadi dampaknya untuk saat ini masih sangat kecil seharusnya. Sedangkan sentimen dari ADM tadi sepertinya tidak akan lama, atau akan kembali naik kinerjanya di tahun 2024 ini. Karena itu tadi bahwa yang bermasalah itu produksi di Jepang, bukan yang ada di Indonesia. Dan memang persentase dari ADM sendiri tidak terlalu besar juga terhadap laba bersih ASII. Namun secara keseluruhan mempengaruhi pendapatan segmen otomotif pada kuartal keempat tahun 2023 yang turun secara kuartalan.
ASII juga punya segmen bisnis yang lain, dengan kontribusi yang besar juga, karena segmen otomotif sekitar 40% kontribusinya. Segmen alat berat seharusnya tahun 2024 ini kinerjanya masih cukup bagus, karena pertambangan di Indonesia masih terus berjalan, apalagi dengan adanya program hilirisasi mineral seperti nikel, bauksit, tembaga, dan lain sebagainya.
Segmen agribisnis ini yang kemungkinan masih akan tetap stabil di tahun 2024 ini, harga CPO sendiri juga masih belum ada tanda-tanda kenaikan, harga CPO sendiri secara global juga masih relatif stabil di kisaran 3.600 – 4.000 MYR.
Kemudian dari jasa keuangan, tahun 2024 ini masih akan tetap bagus, asalkan perekonomian Indonesia terus meningkat, apalagi jika suku bunga The Fed diturunkan, maka bisa meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat, dan jasa keuangan pasti kena dampaknya. Segmen properti juga kena dampak positif jika The Fed benar-benar menurunkan suku bunga di tahun 2024 ini. Berlaku juga pada teknologi informasi dan infrastruktur & logistik.
Secara jangka panjang kinerja ASII memang naik turun, akan tetapi di tahun 2023 kemarin merupakan kinerja dengan pendapatan dan laba bersih tertingginya sepanjang masa. Namun tidak dengan harga sahamnya yang justru masih tetap stabil di level 5100-5200.
Saat ini harga saham ASII berada di level 5.175, untuk tahun 2023 ini merupakan kinerja tahun 2023 kemarin tapi menggunakan harga saham saat ini, dan terlihat bahwa ROE 2023 menjadi yang tertinggi sejak tahun 2015. Dan ketika itu valuasi PBV berada di level 2-3x. hal ini juga sama dengan PER-nya yang ketika tahun 2015 berada di level 16,59x. dan di harga saat ini menunjukkan valuasi PBV 1,04x dan PER 6,12x yang menjadi valuasi terendahnya sejak 2013.
Jadi harga saham ASII saat ini tergolong murah, meskipun terdapat sentimen-sentimen tersebut, kinerja secara yoy ASII tetap bagus, namun turunnya pendapatan secara kuartalan dari Q2-Q4 pada tahun 2023 menjadi faktor fundamental yang membuat harga sahamnya tidak mau naik. Jadi kedepannya kinerja ini harus diperbaiki ASII. Bagaimana menurutmu, apakah sentimen ini akan mempengaruhi kinerja ASII kedepannya?
Untuk mendapatkan analisis lebih lanjut mengenai kinerja perusahaan dan investasi saham lainnya, bergabunglah dengan program Value Investing Mastery kami. Klik gambar di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.