Kenapa Harus Value Investing
SERBA BINGUNG
Banyak diantara kita yang setelah membuka rekening saham dan mulai setor dana, kemudian bingung mau ngapain. Bingungnya biasanya 2 hal: pertama, bingung mau beli saham apa, dan yang kedua cara analisanya bagaimana. Akhirnya mulailah kita cari-cari artikel maupun video di youtube mengenai saham. Dan ternyataaa….., banyak bgt metode yang diajarkan di youtube. Ada yang namanya analisa teknikal, analisa fundamental, bandarmology sampai value investing. Nah, bingung ga tuh? Trus mau pake yang mana? Dan karena kita bingung mau pilih yang mana, akhirnya kita coba pilih – pilih saham yang kita ngerti aja. Ketemulah Astra International (ASII). Dan ternyataaaa….lagi – lagi kita dibikin bingung, karena satu orang menyebut saham ini bagus, tapi yang lain menyebut saham ini ga bagus. Lalu yang benar yang mana?
Well, kalau kita masih serba bingung dengan beberapa hal (terutama yang mengalami seperti kasus diatas) sebenarnya kita tidak sendirian. Alias penulis sendiripun pernah di posisi seperti itu. Penulis ingat, waktu pertama kali penulis membuka rekening saham dan telah menyetor dana, yang ada di dalam pikiran penulis adalah “saya akan ikuti teman saya yang sudah mahir”. Kebetulan temen kantor penulis saat itu ada yang memang terkenal jago trading saham. Akhirnya ya penulis tiap mau beli saham tanya ke temen penulis tersebut. Tapi apa daya, namanya juga analisa “ikut temen”, kadang saat penulis tanya mau beli saham apa, eh dianya sudah dapat tu saham di harga lebih rendah. Giliran penulis beli ternyata dianya sudah jual. Dannnn, makin bingung lagi ternyata saham yang dia beli menurut teman penulis satunya (yang penulis anggap jago juga “main” saham) bilang saham itu jelek.
Ya sudah, akhirnya penulis mulai beli saham yang penulis tahu (biasalah, disaat awal saham yang kita tahu ya seputar ASII, BBRI, BBCA, TLKM). Dan penulis mulai belajar trading saat itu. Alhasil ya kadang untung kadang rugi. Dan selang beberapa waktu, penulis merasa trading yang dilakukan saat ini membuat capek sendiri. Bayangkan saja, kondisi penulis saat itu adalah masih kerja dikantor, dimana yang namanya “meeting, kejar target” dan disposisi mendadak dari si bos sudah menjadi rutinitas penulis. Kadang saat penulis sudah punya target “sell” di hari itu, tiba-tiba penulis dapat disposisi harus rapat keluar kantor. Alhasil ya penulis lupa mau “sell” dan ingetnya saat sore hari menjelang pulang kantor. Tau apa yang terjadi? Portofolio penulis berantakan. Tapi penulis bukan orang yang menyerah artinya penulis tetap menjalankan trading seperti ini. Sampai puncaknya di tahun 2015 dimana kondisi sektor keuangan dunia saat itu sedang kacau. Amerika membuat kebijakan “tappering off” dimana akibat kebijakan tersebut mata uang Dollar Amerika diseluruh dunia “disedot pulang kampung” alias balik ke Amerika dan membuat IHSG jatuh. Penulis saat itu kehilangan banyak uang di saham dan mulai berpikir ulang dengan metode yang selama ini penulis pakai. Dan saat itu pula penulis mengubah metode investasi yang selama ini penulis anggap tidak cocok (yaitu trading) menjadi value investing.
KENAPA VALUE INVESTING
Ada alasan kenapa penulis memilih metode ini sampai sekarang. Yang pertama, penulis TIDAK PUNYA WAKTU melihat chart harga saham setiap hari, menentukan titik support resistance dan selalu pasang harga. Yang kedua dan ini sangat penting adalah PENULIS TIDAK MAU KEHILANGAN LAGI UANG INVESTASI. Bisa dibayangkan, kita sudah capek – capek menyisihkan sebagian uang gaji / hasil laba usaha kita untuk ditabung dan pensiun kita, tiba – tiba lenyap gara – gara kita salah pilih saham. Memang bukan metodenya yang salah, tapi penulis merasa tidak cocok saja. Tidak cocok ikut hingar bingar market setiap harinya karena penulis sibuk. Tidak cocok mengikuti sentimen market tiap harinya karena penulis punya rutinitas harian yang padat. Dan value investing ini menurut penulis adalah jawabannya. Value investing sendiri artinya kita berinvestasi pada nilai perusahaan. Nilai disini bisa dikatakan adalah kinerja perusahaan. Jika kita berinvestasi pada perusahaan yang berkinerja baik secara jangka panjang maka “value” perusahaan akan naik. Dan jika value nya naik, harga sahamnyapun akan mengikuti. Disini kita bicara mengenai value and price. Apa maksudnya? Ilustrasinya seperti ini, misalnya kita beli tanah seluas 200 meter di lahan kosong dengan harga 100 juta rupiah. Kemudian tanah tersebut kita bangun rumah mewah. Selang beberapa tahun kemudian, didekat rumah kita dibangunlah jalan tol dan super mall yang menjadi ikon di daerah tersebut. Apa yang terjadi? Yesss….rumah kita ”VALUE”nya naik. Dan ketika “VALUE” rumah kita naik, berapa harga jual rumah kita? 100 Juta atau 1 milyarkah? Hemm….bisa jadi kita pasang di harga 5 Milyar tetap ada yang membeli. Dan berapa “CUAN” yang kita dapat? Itulah VALUE INVESTING.
TIME FRAME
Satu hal lagi mengenai value investing yang banyak orang melupakan adalah time frame. Saat penulis memberikan ilustrasi mengenai orang yang bisa menjual rumah mewah di harga 5 Milyar dengan modal 100 juta rupiah, apa yang ada dibenak kita? Yesss…..yaitu waktunya lama dan panjang. Butuh berapa lama tanah kosong tersebut menjadi rumah mewah? Butuh berapa lama daerah tersebut memiliki akses jalan tol dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun supermall di kawasan tersebut? Yang jelas, bukan hanya 1 tahun, atau 1 bulan apalagi hanya 1 minggu saja kan. Artinya time frame yang harus diambil oleh seorang value investor adalah jangka panjang. Kinerja perusahaan membutuhkan waktu dalam jangka panjang. Seorang manajer yang baik dia akan membuat perusahaan yang dipimpin akan menjadi perusahaan yang hebat tapiii dalam jangka panjang. Dan disini yang penulis merasa cocok. Artinya penulis hanya cukup menemukan perusahaan yang berkinerja baik, kemudian membeli di harga wajar (kalau bisa murah), selanjutnya tinggal tidur alias ga ngapa-ngapain dan ga perlu ikut-ikutan hebohnya market, sambil menunggu laporan keuangan periode selanjutnya keluar dan melihat apakah kinerjanya masih “on the track” atau tidak.
Menentukan time frame investasi adalah salah satu hal TERPENTING yang harus kita putuskan sebelum kita membeli saham. Kenapa penting? Karena apa yang kita putuskan, menentukan pula metode analisa yang akan digunakan nantinya. Seperti penulis jelaskan diatas, jika kita memilih time frame jangka panjang (membeli saham untuk tujuan pensiun dan passive income) maka metode VALUE INVESTIING lebih cocok dibandingkan dengan analisa teknikal. Karena menurut pengalaman penulis, analisa teknikal lebih cocok untuk trading jangka pendek.
Oke, itu adalah sekilas pengalaman penulis sendiri dalam berinvestasi saham. Bagaimana dengan pengalaman kawan-kawan disini? Boleh dong share pengalaman kalian di kolom komentar dibawah ini…..
Erose Perwita
Author | Founder Theinvestor.id