Kenaikan Tarif Cukai Rokok 2024 dan Dampaknya Pada Emiten Rokok

Analisis dampak kenaikan tarif cukai rokok terhadap saham GGRM, HMSP, WIIM, dan strategi emiten rokok menghadapi perubahan pasar tahun 2024

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Pada tahun 2024, Indonesia dihadapkan pada kenaikan tarif cukai rokok sebesar 10%, setelah sebelumnya mengalami lonjakan serupa pada tahun 2023. Mungkin banyak yang bertanya, apakah akan ada efek terhadap kinerja emiten rokok? seharusnya hal ini akan memberikan efek, karena ketika tarif cukai rokok itu naik, maka kenaikan cukai rokok akan meningkatkan harga jual rokok, yang nantinya akan mengurangi konsumsi rokok oleh masyarakat, dengan turunnya konsumsi akan membuat penjualan rokok ini turun. Berkaca di tahun 2023 ini yang tarif cukai rokok naik 10%, perusahaan rokok masih tetap bisa survive dengan mencetak kinerja operasional yang bagus, bahkan ada saham rokok yang harga sahamnya bisa naik ratusan persen di tahun 2023 ini, sebelum membahas mengenai kinerja emiten rokok, kita akan membahas kenaikan tarif cukai rokok ini, mengingat Indonesia menjadi salah satu negara dengan perokok terbesar di dunia. Bagaimana perusahaan beradaptasi dengan perubahan ini?

Kenaikan tarif cukai rokok mempunyai dampak terhadap kinerja emiten yang bergerak di bidang bisnis rokok. Perusahaan yang bergerak di bisnis ini akan mendapat tekanan dalam penyesuaian strategi mereka. Dengan turunnya penjualan bisa menurukan laba bersih perusahaan, sehingga tingkat profitabilitas perusahaan berkurang, akan berbeda jika perusahaan melakuan strategi dalam mengantisipasi penurunan laba bersih tersebut, misalnya perusahaan melakukan efisiensi terhadap biaya operasional yang beriringan dengan meningkatkan penjualan.

Berdasarkan website databoks, laporan Statista Consumer Insights mencatat terdapat 112 juta perokok di Indonesia tahun 2021, yang diprediksi tahun 2030 nanti akan mencapai 123 juta perokok, dan Indonesia menjadi urutan ketiga perokok terbesar di dunia, di mana urutan nomor satu ada Tiongkok yang disusul India. Dan yang terbaru dari World of Statistics, perokok pria Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia, yang mencapai angka 70,5%. Dengan ini mengindikasikan jika tarif cukai rokok ini dinaikkan supaya bisa mengurangi jumlah perokok yang ada di Indonesia.

Dengan dinaikkannya tarif cukai rokok tahun 2023 ini sebesar 10% dan akan dilanjut tahun 2024 nanti, kalau kita melihat kinerja operasional emiten rokok di kuartal ketiga tahun 2023 masih mencatatkan kinerja yang bagus, bahkan beberapa perusahaan ada yang mencatatkan kenaikan laba bersih yang signifikan, di sini kita akan bahas tiga emiten rokok, apa saja sahamnya langsung saja kita bahas.

Pertama ada PT HM Sampoerna (HMSP), produk rokok yang dimiliki HMSP ini seperti Marlboro, Dji Sam Soe, Sampoerna Kretek, dll. Untuk kinerja operasionalnya di kuartal ketiga tahun 2023 ini penjualan bersih perusahaan tercatat naik 4,6% menjadi Rp 87,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 83,3 triliun. Kemudian untuk laba kotor perusahaan tercatat naik 16% menjadi Rp 14,4 triliun. Jadi disini terlihat ada efisiensi terhadap beban pokok penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

Dan untuk laba bersihnya, HMSP mencatat kenaikan 26,5% menjadi Rp 6,2 triliun dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 4,9 triliun.

Pergerakan harga saham HMSP sepanjang tahun 2023 ini sudah naik 15,3% yang ditutup di level Rp 970/lembar saham. Dengan harga tersebut valuasi PBV HMSP berada di level 4x dan PER 14,27x.

 

Saham kedua yaitu PT Gudang Garam (GGRM). Produknya seperti Gudang Garam Surya, Surya Pro Mild, Gudang Garam Signature, dll. Pendapatan perusahaan tercatat turun 12,9% menjadi Rp 81,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 93,9 triliun. Berbeda dengan penjualan yang turun, untuk laba kotor perusahaan tercatat naik 48,5% menjadi Rp 11,4 triliun. Berdasarkan data tersebut, ada efisiensi cukup besar yang dilakukan perusahaan.

Laba bersih GGRM mengalami kenaikan 198,6% menjadi Rp 4,4 triliun dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 1,4 triliun.

Harga saham GGRM di tahun 2023 ini sudah naik 18,3% secara ytd yang ditutup di level Rp 21.300/lembar saham. Di harga tersebut valuasi PBV di level 0,68x dan PER 6,86x.

Saham ketiga yaitu PT Wismilak Inti Makmur (WIIM). Produk rokok WIIM seperti Galan, Diplomat Mild, Wismilak Diplomat, dll. Penjualan Neto perusahaan tercatat naik 40,5% menjadi Rp 3,7 triliun dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 2,6 triliun. Laba kotor perusahaan tercatat naik 81% menjadi Rp 1 triliun. Jadi, di sini juga terdapat efisiensi yang dilakukan perusahaan.

Laba bersih WIIM naik signifikan 160,7% menjadi Rp 441,3 miliar dibandingkan dengan sebelumnya sebesar Rp 169,3 miliar.

Tahun 2023 ini pergerakan harga saham WIIM sudah naik sangat signifikan yaitu 407% secara ytd yang ditutup di level Rp 3.200/lembar saham, sebelumnya sempat menyentuh di level Rp 3.850/lembar saham atau sempat naik 510%. Dengan harga tersebut valuasi PBV WIIM berada di level 3,72x dengan PER 11,27x.

Dapat disimpulkan dari ketiga emiten tersebut, memang ada yang terdapat penurunan penjualan, namun perusahaan masih bisa survive dengan melakukan efisiensi terhadap beban-beban yang dimiliki, sehingga laba kotor maupun laba bersihnya bisa meningkat signifikan. Jadi nanti di tahun 2024 ketika tarif cukai naik 10% lagi, itu memang bisa mempengaruhi penjualan perusahaan, tergantung bagaimana nanti perusahaan bisa meningkatkan penjualan dan melakukan efisiensi terhadap beban yang dimiliki. Bagaimana emiten rokok akan menghadapi kenaikan 10% selanjutnya?

Jika Anda tertarik untuk mendalami strategi investasi yang cerdas dan teruji, bergabunglah dengan program value investing mastery kami dengan cara klik gambar dibawah ini untuk informasi lebih lanjut dan mulailah perjalanan investasi Anda dengan bijak.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter