Daftar Isi
ToggleIHSG bulan Maret 2025 mengalami pergerakan yang sangat volatil. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sentimen. Pada Senin (3/3) – Jumat (7/3), IHSG menguat karena JP Morgan menaikkan rating pada saham big bank Indonesia, BBRI dan BBNI memperoleh kenaikan rating menjadi overweight, sedangkan BMRI memperoleh kenaikan rating menjadi neutral. Katalis positif juga dari data manufaktur China yang mencatat kenaikan pada Februari 2025 menjadi 50,2 poin, sedangkan Indonesia juga naik menjadi 53,6 poin. Perpanjangan Insentif HGBT dengan kenaikan dari kisaran USD 6 – 7 per MMBTU menjadi USD 6,5 – 7 per MMBTU juga menjadi sentimen positif. Hal ini ditambah dengan CIO Danantara yang mengikuti acara UBS OneASEAN Summit 2025 di Singapura, yang menjadi panggung pertama Danantara bertemu investor global. Laporan UBS menerangkan bahwa Danantara semestinya menjadi katalis positif karena dividen berpotensi akan lebih tinggi dan tata kelola akan lebih baik. Namun IHSG pada 7 Maret 2025 masih terbayangi beberapa sentimen, seperti penangguhan tarif impor AS ke sebagian besar barang dari Kanada dan Mexico, ketidakpastian kebijakan ini menjadi kekhawatiran pasar. Saat itu juga ada sentimen bank Himbara yang diminta meminjami Rp5 miliar untuk 70 ribu Koperasi Desa Merah Putih. IHSG pada Selasa (4/3) juga sempat turun dalam karena perang dagang yang memanas, China mengumumkan akan memberi tarif impor tambahan hingga 15% untuk beberapa barang dari Amerika Serikat. Kemudian Indonesia mengalami deflasi secara tahunan dan bulanan yang masing-masingnya -0,09% dan -0,48%.
Kemudian pada Senin (10/3) – Selasa (11/3) kembali mengalami penurunan, yang disebabkan oleh sejumlah sentimen negatif seperti adanya rencana kenaikan tarif royalti pada komoditas minerba, Bank BUMN yang diminta memberi pinjaman Rp 5 miliar per koperasi kepada 70 ribu Koperasi Desa Merah Putih juga ditakutkan membuat kinerja laba bersih tertekan, kemudian rating saham Indonesia diturunkan menjadi netral oleh Goldman Sachs. Ditambah adanya kekhawatiran resesi AS karena perang dagang.
Kemudian pada Rabu (12/3) IHSG kembali naik, saat itu ekspektasi bahwa inflasi AS akan menurun. Ditambah adanya pembatalan dari Trump untuk tarif 50% impor baja dan aluminium Kanada, dengan memakai tarif sebelumnya 25%. Ada juga Fitch Ratings yang memproyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5% di tahun ini, level ini masih bagus karena ekonomi global yang bergejolak, penguatan IHSG juga didorong oleh pengumuman dividen BBCA.
Sayangnya IHSG jatuh lagi pada Kamis (13/3) – Selasa (18/3), Indonesia bulan Februari 2025 mencatatkan defisit APBN Rp31,2 triliun, dengan penerimaan dari pajak turun 30%. Kemudian saham DCII beberapa kali mengalami ARB, perlu kita perhatikan juga pada Selasa (18/3) IHSG terkena trading halt (penghentian perdagangan saham selama 30 menit) karena sempat turun 5,02%, ini disebabkan oleh sentimen negatif seperti kebijakan baru pemerintah Indonesia yang direspon negatif market, kemudian beberapa data ekonomi Indonesia juga menunjukkan hasil kurang bagus. Saat itu OECD juga melakukan penurunan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% pada tahun ini. Spekulasi terkait menteri keuangan Sri Mulyani yang diberitakan mundur juga menjadi sentimen negatif. Emiten konglomerasi saat itu juga berjatuhan.
IHSG pada Rabu (19/3) – Kamis (20/3) naik lagi, dimana OJK meresmikan buyback saham tanpa harus RUPS, buyback sendiri mampu mengurangi ketakutan investor. Sri Mulyani yang bilang tidak mundur juga menjadi pendorong naiknya IHSG. Saat itu suku bunga BI kembali ditahan pada level 5,75%, dan suku bunga The Fed juga ditahan, langkah BI dan The Fed ini sesuai ekspektasi market. Namun saat itu IHSG masih dibayangi oleh The Fed yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menaikkan proyeksi inflasi PCE AS tahun ini, ditambah peresmian RUU TNI di Indonesia.
IHSG jatuh lagi pada Jumat (21/3) – Senin (24/3). Karena sentimen negatif dari AS sebelumnya mengenai proyeksi ekonomi dan inflasi PCE, ditambah pengesahan RUU TNI di Indonesia. BBCA juga berada di periode ex-date dividen membuat harga sahamnya turun banyak. Saat itu juga ditambah pernyataan Presiden Prabowo bahwa harga saham boleh naik turun yang menimbulkan kurangnya kepercayaan investor terhadap saham Indonesia. Ditambah adanya persepsi risiko investasi atau Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun Indonesia yang naik ke level 91,66, dalam seminggu naik 11,08% dan sebulan terakhir udah naik 28,82%, yang menimbulkan kekhawatiran investor. Emiten konglomerasi juga banyak yang turun.
Pada akhirnya dalam 3 hari terakhir perdagangan bursa IHSG kembali menguat. Hal ini utamanya terdorong oleh masuknya musim pembagian dividen, dimana saham big bank BUMN mengumumkan pembagian dividen dengan yield yang besar. Pengumuman pengurus Danantara juga menjadi sentimen positif IHSG karena investor membutuhkan adanya kepastian kebijakan dari pemerintah.
Secara keseluruhan IHSG dalam satu bulan terakhir naik 3,83% yang ditutup pada level 6.510 (ytd -8,04%).
Top leaders IHSG secara year to date ada saham DCII dengan 166,15 poin, kemudian GOTO dengan 28,56 poin. Sedangkan untuk top laggards IHSG ada saham BREN dan AMMN.
Dapatkan akses eksklusif ke Value Investing Mastery dan The Investor’s Portfolio untuk strategi investasi terbaik, analisis saham mendalam, serta peluang meraih bagger pertama Anda!
🔹 Analisis saham premium
🔹 Template kinerja portofolio
🔹 Kelas bulanan dengan mentor ahli
Gabung sekarang di 👉 valueinvestingmastery.id dan mulai investasi dengan lebih percaya diri! 🚀
© 2025. All rights reserved
PT Indonesia Investa Origa- Tegalmulyo WB I/189B Pakuncen Wirobrajan Yogyakarta – +6285155441861