HIGH RISK HIGH RETURN atau TIDUR NYENYAK “YANG PENTING” CUAN

Pada dasarnya setiap investor (khususnya investor yang menanamkan uangnya di saham) pasti menginginkan “CUAN MAKSIMAL”. Dan memang itu hal yang normal, karena para investor ini memilih instrumen saham yang artinya sudah memilih instrumen dengan tingkat risiko investasi tinggi sehingga menganggap “CUAN MAKSIMAL” adalah hal yang harus diraih. Tapi pertanyaannya cuan maksimal itu berapa? Apakah 20% sebulan, 50% setahun, atau berapa? Well, jawabannya adalah tidak ada acuannya. Dan kalo boleh penulis katakan, “CUAN MAKSIMAL” itu hanyalah angan – angan kita saja yang sifatnya justru “KOSONG”.

Oke mas Eros, kalo itu adalah angan – angan “KOSONG” trus apa yang harus kita targetkan? Kan kita sudah pilih instrumen yang beresiko tinggi nih, masa cuannya ga tinggi? Yep, setuju jika kita sudah memilih instrumen yang beresiko tinggi, seharusnya cuan yang didapatpun harus tinggi. Tapi tingginyapun harus ada acuannya, tidak hanya sekedar “MAKSIMAL” tanpa acuan. Acuan yang masuk akal untuk instrumen saham ya tentu saja adalah IHSG. Kenapa harus IHSG, karena IHSG ini mencerminkan pergerakan rata – rata harga semua saham di bursa. Ibaratnya jika kinerja portofolio saham kita lebih bagus dari IHSG, ya selamat kita sudah Beat The Market. Contohnya misal saat ini IHSG masih minus 5%, sedangkan nilai portofolio kita sudah positif 10%, ya itu BAGUSSS. Berarti kita sudah “mengalahkan” market sebesar 15%.

Picture1

Pergerakan IHSG Selama 9 Tahun Terakhir

Gambar chart pergerakan IHSG diatas menunjukkan bahwa IHSG selalu naik dan menembus rekor tertingginya dalam jangka panjang. Artinya kalau portofolio kita selalu diatas IHSG, maka dipastikan nilai investasi kita selalu tumbuh. Sebenarnya untuk “sekedar” mengalahkan IHSG tidaklah begitu sulit dan sangat sederhana caranya. Bahkan kita tidak perlu trading harian dan tidak perlu harus melihat chart pergerakan harga saham setiap saat. Dan jika kita berhasil menerapkan cara ini artinya kita bisa berinvestasi dengan tenang, tidur dengan nyenyak tapi tetap menguntungkan. Caranya adalah dengan menerapkan 3 hal sederhana ini, yaitu pertama memilih perusahaan yang berkinerja baik, kedua membelinya di harga wajar / murah dan yang ketiga berteman dengan waktu alias sabar. Jika kita konsisten menerapkan 3 hal ini saja, menurut pengalaman penulis kita tetap bisa “mengalahkan” IHSG. Ambil salah satu contoh misalkan kita beli saham ICBP sejak tahun 2013 lalu kemudian kita tinggalkan saja, kira – kira berapa yield yang kita dapat?

Picture2

Pergerakan Harga Saham ICBP 7 Tahun Terakhir

Dari chart harga saham ICBP diatas menggambarkan jika kita beli saham ICBP sejak tahun 2013, maka sampai akhir tahun 2019 hasil investasi kita sudah tumbuh diatas 100%. Artinya kenaikan harga saham dan nilai investasi kita jauh diatas IHSG yang hanya naik 47% (IHSG 2013 – 2019). Bahkan kenaikan harga saham ICBP belum menghitung dari dividen yang dihasilkan. Nah, kemudian timbul pertanyaan, kok lama sih harus nunggu selama 6 tahun untuk dapat cuan 100%? Jadi 6 tahun hasil investasi naik 100% itu bagus atau tidak sih? Oke, sekarang kita bandingkan dengan instrumen investasi lainnya. Kira – kira berapa bunga deposito bank yang bisa dihasilkan selama satu tahun? Paling y hanya 4 – 6% saja, (karena biasanya bunga deposito bank tidak lebih dari suku bunga acuan Bank Indonesia). Lalu instrumen apalagi? Obligasi pemerintah misalnya, paling juga antara 6 – 8% setahun. Tidak lebih tinggi juga. Inflasi negara kita? Jika kita melihat data inflasi di situsnya Bank Indonesia, rata – rata inflasi di Indonesia berkisar antara 2 – 8,5%. Artinya ya 100% dalam 6 Tahun itu bagusss bangettt. Bahkan jika kenaikannya tidak sampai 100%, katakanlah 60% saja dalam 6 Tahunpun juga masih bagus.

Picture3

Inflasi di Indonesia selama 8 Tahun Terkahir

Tapi bagaimana jika kita ingin mendapatkan cuan diatas 100% dalam waktu singkat? Apakah salah? Tentu saja tidak salah dan boleh – boleh saja. Istilah populernya adalah saham dengan potensi “Multibagger”. Tapi untuk mendapatkannya juga harus dibarengi dengan tingkat risiko yang lebih tinggi pastinya. Karena biasanya saham – saham yang menawarkan cuan tinggi dalam waktu singkat kondisi fundamentalnya tidak sebagus dengan perusahaan yang selalu konsisten tumbuh (contoh perusahaan yang konsisten tumbuh ya seperti ICBP diatas). Biasanya tipe perusahaannya adalah tipe perusahaan yang bisa berbalik arah kinerjanya dari negatif menjadi positif atau istilah populernya disebut saham kategori “turnaround”. Dimana mungkin saat ini perusahaan dalam kondisi terpuruk bahkan merugi tapi tetap “survive” dalam menghadapi krisis, dan ketika krisis usai, perusahaan mampu mencetak kinerja yang cemerlang dengan pertumbuhan laba bersih diatas 100% maka siap – siap harga sahamnyapun akan terbang.

Saham apa contohnya? Di tahun 2020 ini kita mengenal saham KAEF, dimana di tahun 2019 KAEF membukukan rugi bersih untuk pertama kalinya sejak tahun 2013. Alhasil di tahun 2019 saham KAEF terjun bebas menyentuh PBV 0,9x dan ini adalah PBV terendah sejak tahun 2013 dimana biasanya harga saham KAEF selalu diperdagangkan pada range PBV 3-4x. Dan apa yang terjadi di tahun 2020? Disaat pandemi covid-19, KAEF justru mampu mencetak laba artinya pertumbuhan laba bersih KAEF diatas 100%, ditambah dengan isu vaksin yang dimana KAEF akan menjadi salah satu mitra distribusi vaksin maka sudah lengkap katalis yang membuat saham KAEF terbang kelangit.

Picture4

Pergerakan Harga Saham KAEF 7 Tahun Terakhir

Dari chart pergerakan harga saham KAEF diatas di tahun 2019 saat KAEF membukukan rugi bersih, harga saham KAEF anjlok diatas 50% dari tahun sebelumnya. Tetapi di tahun 2020 saat perusahaan kembali mencetak laba bersih (ditambah dengan sentimen positif mengenai Vaksin Covid-19 yang akan didistribusikan oleh KAEF), terjadilah to the moon alias kenaikan harga saham KAEF tidak terbendung lagi. Nah, di tahun 2020 ini jika kita lihat mengenai performa perusahaan – perusahaan di bursa, ada perusahaan yang mengalami penurunan kinerja karena pandemi Covid-19. Hal yang serupa dengan KAEF di tahun 2019 kemarin, iya kan? Dan jika tahun depan kinerja perusahaan – perusahaan ini kembali bangkit, maka tidak heran di tahun depan kita bisa mendapatkan saham – saham KAEF berikutnya. Nah, pertanyaannya sudah menemukan belum nih perusahaannya? Kalau sudah, kira – kira saham apa saja ya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Picture of Erose Perwita

Erose Perwita

Author | Founder theinvestor.id

Responses