Analisis mendalam saham Elnusa (ELSA) di tengah lonjakan harga minyak 2023. Pelajari sejarah, kinerja terbaru, dan proyeksi masa depan. Investasi cerdas di saham ELSA.
Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Kenaikan harga minyak dunia sekitar 25% dalam 2 bulan terakhir tentunya menjadi isu utama di pasar keuangan. Bagi investor, memahami dampak kenaikan ini pada saham-saham terkait minyak dan gas adalah esensial.
Seiring dengan lonjakan harga minyak, banyak emiten yang berhubungan dengan minyak bumi mengalami kenaikan harga saham. Tetapi, apakah semuanya memiliki potensi kenaikan lebih lanjut?
Saham Elnusa (ELSA) menarik perhatian khusus kami. Dengan melihat sejarah dan kinerja terbaru dari saham ini, ada sejumlah argumen kuat yang menunjukkan potensi kenaikannya kembali ke puncak.
Kemudian apabila kita lihat laba bersihnya juga mengalami kenaikan 11% dari Rp 226 miliar menjadi Rp 250 miliar.
Apabila kita lihat kinerja dari ELSA ini secara jangka panjang akan terlihat seperti ini, kita proyeksikan sampai akhir tahun 2023 pendapatan dari ELSA menyentuh Rp 1,9 triliun, di mana ini adalah pendapatan tertingginya atau pendapatan all time high-nya. Kemudian laba bersihnya pun juga demikian kita proyeksikan sampai akhir tahun nanti dengan perkiraan atau proyeksi yang konservatif kurang lebih ELSA seharusnya bisa menghasilkan laba sekitar Rp 491 miliar yang di mana Ini juga menjadi laba tertingginya. bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 lalu saat harga sahamnya menyentuh level harga Rp 700/lembar saham.
Selain kita sudah melihat kinerja perusahaannya, kita tetap harus memperdalam dan memperjelas lagi, kira-kira di tahun 2014 lalu apa atau kontribusi yang mana yang membuat kinerjanya sangat bagus. Maka dari itu kita harus lihat lebih dalam dari ELSA.
Kepemilikan ELSA atau shareholders dimana induk dari ELSA adalah Pertamina hulu energi. Pertamina hulu energi ini memiliki 51,1% kepemilikan saham ELSA kemudian publik memiliki sekitar 48,9% dari kepemilikan ELSA itu sendiri sedangkan untuk induk utamanya adalah Pertamina. PT Pertamina persero ini memiliki hampir 100% dari kepemilikan atau saham Pertamina hulu energi dan Pertamina hulu energi memiliki 51,1% kepemilikan ELSA atau saham dari ELSA.
ELSA sendiri memiliki tiga segmen bisnis utama yaitu upstream oil and gas services, kemudian ada energy distribution and logistic services, dan support services. Di mana kalau kita lihat dari tiga segmen ini ada jasa hulu migas jasa distribusi dan jasa penunjang migas, dapat diibaratkan ELSA ini punya bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir tetapi Elnusa ini kalau kita lihat bisnisnya adalah bisnis jasa pertambangan minyak. Jadi ELSA bukan pemilik sumur dapat diartikan lebih ke supporting oil and gasnya.
ELSA sendiri memiliki tiga segmen bisnis utama yaitu upstream oil and gas services, kemudian ada energy distribution and logistic services, dan support services. Di mana kalau kita lihat dari tiga segmen ini ada jasa hulu migas jasa distribusi dan jasa penunjang migas, dapat diibaratkan ELSA ini punya bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir tetapi Elnusa ini kalau kita lihat bisnisnya adalah bisnis jasa pertambangan minyak. Jadi ELSA bukan pemilik sumur dapat diartikan lebih ke supporting oil and gasnya.
Alasan yang membuat kami optimis bahwa jasa hulu migas ini tetap akan bagus bahkan hingga tahun depan, yang pertama adalah sentimen mengenai harga minyak yang naik harga minyak dunia naik secara otomatis masyarakat berlomba bahkan pemerintah kita juga akan berlomba untuk memproduksi minyak sebesar-besarnya. Karena produksinya naik dengan adanya permintaan naik otomatis jasa dari ELSA juga akan dipakai dan otomatis bisa membuat kinerja dari segmen jasa hulu migasnya naik. Kemudian yang kedua adalah pemerintah Indonesia menargetkan bahwa di tahun 2030 nanti pemerintah Indonesia bisa memproduksi minyak sebanyak 1 juta BOPD atau Barrel oil per Day jadi 1 juta barel per hari. Sedangkan untuk saat ini kisaran masih sekitar 500.000an barel per harinya. Untuk itulah kami optimis Jasa ELSA masih akan terus dipakai.
Bicara mengenai valuasi di harga Rp 420/lembar saham masih menuju dan valuasi PBV 0,7 kali di mana kalau katakanlah kita pakai acuan PBV satu kali maka seharusnya harga sahamnya bisa berada di level harga Rp 600/lembar saham dengan catatan kinerjanya tetap terus tumbuh.