Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Perusahaan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) cukup ramai diperbincangkan di tahun 2023 kemarin. Terdapat dua perusahaan pembangkit listrik panas bumi yang listing di Bursa Efek Indonesia di tahun 2023, yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Saat ini PGEO sedang menambah kapasitas terpasangnya dalam mencapai target yang diinginkan, kira-kira seberapa besar kapasitas terpasang perusahaan? Seperti apa kinerja perusahaan saat ini? Oke, mari kita bahas.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) baru listing di Bursa Efek Indonesia tanggal 23 Februari 2023. Sejak IPO, harga saham dari PGEO sudah naik 37,7%, hal ini sejalan dengan target perusahaan yang cukup bagus, dengan kinerja operasional perusahaan yang juga meningkat.
Perusahaan didirikan pada tanggal 12 Desember 2006. PGEO merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga panas bumi, total kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri oleh perusahaan mencapai 672 MW, dan 1.205 MW dioperasikan secara bersama. Seluruh wilayah kuasa pengusahaan panas bumi (WKP) berada di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi. Jumlah ini akan terus bertambah, beriringan adanya pengembangan yang dilakukan perusahaan dalam pemenuhan permintaan energi panas bumi ramah lingkungan.
Pemegang saham perusahaan terbesarnya dimiliki oleh PT Pertamina Power Indonesia sebesar 69,01%. Kemudian ada PT Pertamina Pedeve Indonesia sebesar 5,99%. Masdar Indonesia Solar Holdings RSC Limited sebesar 15%. Kemudian untuk kepemilikan publik sebesar 10% saja. PT Pertamina Power Indonesia dimiliki 99,99% oleh PT Pertamina, sedangkan PT Pertamina Pedeve Indonesia 99,93% dimiliki PT Pertamina, dan untuk PT Pertamina sendiri 100%-nya dimiliki Pemerintah Indonesia.
Saat ini PGEO memiliki total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW, dengan 672 MW yang dioperasikan sendiri, kemudian skema kontrak operasi bersama yang dijalankan perusahaan memiliki kapasitas terpasang 1.205 MW. PGEO mempunyai 13 bisnis portofolio, yaitu Gunung Sibualu – Buali, Gunung Sibayak – Sinabung, Sungai Penuh, Huluais, Lumut Balai & Margabayur, Way Panas, Kamojang – Darajat, Karaha Cakrabuana, Pangalengan, Cibeureum – Parabakti, Tabanan, Lahendong, dan Seulawah. Kapasitas terpasang PLTP yang dioperasikan sendiri 672 MW tersebut sekitar 28,5% dari total kapasitas terpasang geothermal nasional sebesar 2.356 MW.
Dalam dua tahun kedepan, perusahaan menargetkan akan menambah kapasitas terpasang sebesar 340 MW, sehingga total kapasitas terpasang yang akan dimiliki perusahaan bisa menjadi 1.000 MW atau 1 GW.
Terkait pengerjaan proyeknya, saat ini perusahaan sedang menjalankan proyek pembangunan PLTP di Lumut Balai Unit 2 dengan kapasitas terpasang sebesar 55 MW, dan perkiraan commercial operation date (COD) atau mulai beroperasi secara komersial diperkirakan pada akhir tahun 2024. Dengan penambahan ini, maka kedepannya kapasitas terpasang yang dioperasikan perusahaan sendiri akan menjadi sekitar 727 MW. Kemudian ada proyek lainnya juga yang perkiraan COD nya di tahun 2026, dimana ada Lahendong unit 7 & 8 dengan kapasitas terpasang 2×20 MW. Kemudian ada lagi Hululais Unit 1 & 2 dengan kapasitas terpasang 2×55 MW.
Dengan proyek yang dimiliki perusahaan memperlihatkan kepada kita bahwa cukup baik mengenai prospek bisnis perusahaan kedepannya, apalagi PGEO juga telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan Africa Geothermal International No.1 Ltd (AGIL) dan Geothermal Development Company (GDC) dalam penjajakan pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi besar yang ada di Kenya. Selanjutnya kita akan bahas mengenai laporan keuangan perusahaan, yang dimulai dari neraca perusahaan.
Dari sisi neraca, perusahaan mempunyai kondisi neraca yang baik. Jumlah aset perusahaan naik 17,4% menjadi US$ 2,9 miliar, kemudian kas naik 160,3% menjadi US$ 682,9 juta atau sekitar 23,5% dari jumlah asetnya. Perusahaan memiliki hutang buruk jangka pendek sebesar US$ 17,9 juta saja, masih jauh jika dibandingkan dengan kas yang dimiliki perusahaan saat ini. Sedangkan untuk total hutang buruk yang dimiliki perusahaan sebesar US$ 727,6 juta dengan ekuitas sebesar US$ US$ 1,9 miliar. Atau menunjukkan debt to equity ratio (DER) sebesar 37,5% dimana ini masih tergolong aman.
Dari sisi kinerja operasional, perusahaan mencatat kinerja yang cukup bagus, pendapatan usaha perusahaan posisi kuartal ketiga tahun 2023 kemarin tercatat naik 7,4% menjadi US$ 308,9 juta dari sebelumnya sebesar US$ 287,3 juta. Kemudian untuk laba brutonya berhasil naik 10,7% menjadi US$ 182,7 juta dari sebelumnya sebesar US$ 164,9 juta.
Terdapat beban keuangan yang naik signifikan, namun perusahaan memperoleh pendapatan keuangan yang juga naik cukup signifikan menjadi US$ 12,9 juta kemudian ada juga pendapatan lain-lain yang juga naik cukup tinggi. Sehingga perusahaan membukukan kenaikan laba bersih sebesar 19,8% menjadi US$ 133,5 juta dari sebelumnya sebesar US$ 111,4 juta.
Dengan kinerja perusahaan yang bagus dan didukung target perusahaan yang cukup bagus dalam pembangunan PLTP, memberikan gambaran kepada kita bahwa bisnis PGEO cukup cerah kedepannya. Saat ini harga saham PGEO berada di level Rp 1.205/lembar saham. Menunjukkan valuasi PBV sebesar 1,72x dan PER 18,67x. jadi bagaimana menurut Anda terkait target pembangunan PLTP PGEO, apakah akan menjadi menarik untuk prospek bisnisnya?
Jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang investasi, bergabunglah dengan program Value Investing Mastery kami dengan cara klik gambar di bawah ini untuk informasi selanjutnya.