Dampak Kenaikan Suku Bunga BI 2023 Terhadap Saham

Analisis lengkap tentang suku bunga BI hari ini, grafik suku bunga BI, dan dampaknya terhadap pasar saham. Temukan strategi investasi dan prospek pasar saham di tengah kenaikan suku bunga

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Historis Suku Bunga BI

Suku bunga BI kembali dinaikkan ditengah melemahnya rupiah terhadap dollar. Sejak Februari 2021, suku bunga BI bertahan di angka 3,5% hingga Juli 2022. Namun, bulan Agustus 2022 menyaksikan kenaikan menjadi 3,75%. Dengan naiknya tingkat inflasi, suku bunga terus merangkak naik, mencapai 5,75% pada Januari 2023. Bahkan hingga September 2023 suku bunga tetap di level tersebut. Oktober 2023 kembali mengalami kenaikan, kali ini mencapai 6%. Kenaikan suku bunga tersebut tentu saja menjadi sorotan utama, karena di luar prediksi.

Angka rupiah saat ini terus mengalami pelemahan terhadap dollar, apa penyebab rupiah saat melemah? kita tahu saat ini sedang ada perang antara Hamas dengan Israel yang mengganggu pasokan minyak dunia, dan berimbas ke beberapa sektor. Minyak WTI sendiri saat ini berada di level US$ 85,5 per barel, sempat naik di angka US$ 88,3 per barel, dimana sebelum memanasnya perang berada di level US$ 80,8 per barel, dengan naiknya harga minyak dunia maka bisa membuat harga BBM dalam negeri bisa naik lagi.  Kemudian terdapat penguatan pada data tenaga kerja di Amerika Serikat, dan imbal hasil obligasi US 10 tahun yang meningkat dan tertinggi sejak bulan Juli 2007. Maka dengan adanya ketidakpastian global tersebut dan data tenaga kerja US yang meningkat serta imbal hasil obligasi yang tinggi membuat permintaan dollar Amerika Serikat meningkat. Kita tahu bahwa US merupakan salah satu pusat perekonomian dunia. Dengan hal tersebut membuat rupiah melemah, saat ini rupiah berada di angka Rp 15.935 per US$ 1. Tertinggi sejak bulan April 2020.

Tujuan Kenaikan dan Dampak

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia tersebut sebagai penguatan terhadap kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, yang disebabkan karena tingginya ketidakpastian global saat ini, dan juga sebagai langkah pre-emptive dan forward looking, dalam upaya memitigasi dampak untuk inflasi barang impor. Sehingga kedepannya inflasi bisa tetap terkendali dengan sasaran 3,0±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% tahun 2024. Suku bunga merupakan faktor ekonomi yang cukup mempengaruhi aktivitas konsumsi maupun investasi masyarakat. Untuk konsumsi, masyarakat yang biasanya melakukan pinjaman akan mengurangi pinjamannya, dikarenakan bunga pinjaman yang diperoleh naik, sehingga konsumsi kredit masyarakat akan menurun. Sedangkan untuk aktivitas investasi dengan suku bunga 6%, maka aset instrumen investasi obligasi merupakan aset yang akan diminati masyarakat, karena memberikan return yang cukup baik di tengah ketidakpastian perekonomian, dan investasi di instrumen saham bisa menurun. Dengan kenaikan suku bunga tersebut tentunya akan memberikan dampak terhadap emiten-emiten yang ada di bursa Indonesia. Contohnya emiten properti yang akan terkena dampaknya. Suku bunga yang dinaikkan ke level 6% tentu akan menjadi katalis negatif, dimana emiten properti ini memperoleh pendapatannya salah satunya dari adanya kredit kepemilikan rumah. Jika suku bunga naik, maka bunga KPR akan ikut naik dan membebani biaya KPR. Sehingga masyarakat akan berpikir ulang untuk melanjutkan membeli rumah atau tidaknya dengan KPR. Dengan diumumkannya suku bunga 6% tersebut membuat emiten sektor properti dalam 3 hari setelah pengumuman kenaikan suku bunga kompak mengalami penurunan, seperti: BSDE yang sudah turun 8,4%. PWON turun 5,2%. CTRA turun 3,9%. BEST turun 6,6%. SMRA turun 11,5%. dan LPKR turun 6,5%. Melihat data tersebut, market benar-benar merespon dengan menjual sahamnya di emiten properti. Tidak hanya emiten properti saja yang turun, ada juga emiten yang bergerak di bidang konstruksi dan bangunan, dimana perusahaan-perusahaan ini membutuhkan pinjaman dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, sehingga saat bunga pinjaman naik, maka laba bersih perusahaan bisa terganggu. Perusahaan tersebut seperti, ADHI, WIKA, PTPP, dan lainnya. Kemudian untuk sektor perbankan akan diuntungkan untuk bank konvensional, dikarenakan mereka bisa meningkatkan bunga pinjaman yang diberikan kepada nasabah, meskipun disisi lain dengan naiknya tingkat bunga pinjaman juga akan membuat masyarakat mengurangi pinjaman karena bunga kredit pinjaman yang naik. Sedangkan untuk bank syariah akan menjadi sentimen negatif, karena bunga pinjaman tidak bisa dinaikkan, karena akadnya dari awal sudah ditetapkan fix sampai jatuh tempo. Dan disisi simpanan, bank syariah harus menaikkan tingkat bagi hasilnya supaya bisa bersaing dengan bank konvensional. Kemudian dengan naiknya suku bunga tersebut, ekspansi yang dilakukan perusahaan juga bisa berkurang, dikarenakan biaya modal yang digunakan oleh perusahaan yang berasal dari pinjaman akan meningkat bebannya, sehingga perusahaan akan memikirkan lagi apakah dengan adanya ekspansi bisa mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan di tahun 2023 ini dan kedepannya. Akibat dari suku bunga yang meningkat dan ketidakpastian ekonomi global. IHSG mengalami fluktuasi, menurun sekitar 2,7% setelah pengumuman suku bunga BI. Kita ketahui bahwa IHSG sendiri juga sulit untuk bertahan diatas level 7.000, di saat sudah melewati nanti turun lagi, hal tersebut salah satunya karena banyaknya sentimen kurang baik di tahun 2023 ini.

Jika Anda ingin memahami lebih dalam tentang suku bungga BI dan dampaknya apada pasar saham, kami mengundang Anda untuk bergabung dengan program Value Investing Mastery kami. Dapatkan wawasan mendalam, strategi investasi yang kuat dan analisis yang akurat. Klik gambar dibawah ini untuk mendaftar sekarang!

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter