Bisnis Saham INKP Tentang Kinerja Perusahaan dan Valuasi Murah

Pelajari tentang bagaimana mengevaluasi kinerja perusahaan dan valuasi murah pada saham INKP.

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini.

ADA APA DENGAN SAHAM INKP?

Saham INKP, pertanyaannya kenapa saham INKP turun padahal kinerjanya bagus, dan secara valuasi murah. Sebelum mengetahui jawabannya jangan lupa like, share dan follow kami serta dapatkan E-book Watchlist kami klik link di bio.

Harga saham INKP pernah menyentuh level Rp10.500/lembar saham sekitar bulan November tahun lalu (2022), dan akhirnya cenderung menurun. Pada akhir tahun 2022 kemarin harga sahamnya turun dari level Rp10.500/lembar saham sampai ke level Rp 6.000/lembar saham di bulan maret tahun ini (2023), dan akhirnya harga saham INKP ditutup di level harga Rp 7.500/lembar saham sebelum lebaran kemarin. Padahal di harga 10.000 pun menunjukkan valuasi PBV 0,7X. Yang dimana itu masih menunjukkan valuasi yang murah.

Jika dilihat dari kinerja INKP Full Year 2022, memperlihatkan kinerjanya bagus, penjualan naik 14% dari US$ 3,5 miliar menjadi US$ 4 miliar, laba bruto naik 29% dari US$ 1,2 miliar naik menjadi US$ 1,5 miliar. Dan laba bersihnya naik 63% dari US$ 526 juta menjadi US$ 857 juta.

Sampai disini sudah melihat bahwa harga saham INKP turun saat kinerjanya naik. Kenapa bisa seperti itu, saya selalu berpendapat dan berprinsip bahwa harga saham dalam jangka panjang akan mengikuti kinerjanya, perlu dipahami rilis laporan keuangan yang diterbitkan emiten itu adalah kinerja masa lalu, jika tahun 2022 kemarin kinerjanya bagus, belum tentu tahun 2023 ini kinerjanya kembali bagus. Itulah kenapa kita perlu mengenal bisnis perusahaan, supaya kita bisa memproyeksi apakah kinerjanya masih bisa naik di tahun berikutnya, berarti bisa disimpulkan penurunan harga saham INKP ini salah satunya karena market memproyeksi kinerja INKP tahun 2023 ini menurun. Lalu apa sebabnya?

Harus kita pahami, bahwa yang namanya omset atau penghasilan perusahaan itu dihasilkan dari penjualan produk, dimana penjualan produk ini bisa kita hitung melalui harga jual produk dan volume penjualan, volume penjualan itu otomatis juga dipengaruhi volume produksi, karena biasanya antara volume penjualan dan volume produksi itu tidak jauh berbeda.

Jika dilihat volume produksi INKP tahun 2022 tidak jauh berbeda dengan tahun 2021. Baik itu pulp, kertas budaya, dan kertas industri.

Jika volume produksi dan volume penjualan tidak naik di tahun 2022, tapi kinerjanya naik, salah satu faktor yang membuat kinerjanya naik adalah harga jualnya yang naik, dan memang benar tahun 2022 kemarin harga pulp itu naik diikuti produk turunannya. Namun di awal tahun 2023 ini harga pulp turun, jadi kemungkinan harga produk turunan juga akan turun. Dan akan membuat sentimen untuk saham INKP yang membuat harga sahamnya turun. Pertama, yaitu sentimen negatif dari harga komunitas pulp yang turun. Yang kedua, manajemen menyadari bahwa selama ini volume produksi sudah mentok, akhirnya perusahaan harus ekspansi, maka INKP berencana membangun pabrik baru senilai US$ 3,6 miliar, atau sekitar Rp 54 trilliun.

Tujuannya untuk menambah volume produksi, sehingga ketika volume produksi naik, volume penjualan naik, harapannya kinerja di masa depan juga akan naik, sayangnya pembangunan pabrik baru ini 60% dibiayai dari hutang atau pinjaman jangka panjang, yang artinya di masa depan nanti akan timbul beban keuangan yang naik cukup signifikan, dan ini bisa menggerus laba bersih perusahaan.

Menariknya INKP, kita tidak perlu menganalisa jauh-jauh, karena INKP sudah menerbitkan laporan studi kelayakan, yang ini juga perlu untuk dibaca, terutama yang hold saham INKP.

Pada lampiran 18, dimana disitu memuat angka-angka proyeksi laba rugi konsolidasi, disitu disebutkan bahwa di tahun 2023 ini, kemungkinan laba periode berjalan akan turun menjadi US$ 468 juta, artinya ini turun cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2022. Begitu juga di tahun-tahun setelahnya, artinya kemungkinan besar laba INKP akan kembali pulih di tahun 2026 dengan proyeksi yang mencapai US$ 1,2 miliar.

Jadi dari pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa di tahun 2023-2025 kinerja INKP akan tertekan, baru pulih di tahun 2026. Jadi meskipun harga saham sekarang di Rp 7.000/lembar saham menunjukkan valuasi PBV 0,4x, dan PER 3x. Meskipun valuasinya murah, tetapi kami masih belum melirik saham ini, karena menurut kami yang terpenting kita mengikuti kinerjanya, ketika kinerjanya naik, kemungkinan besar harga sahamnya juga akan naik, mengikuti kinerja itu lebih bagus, lebih penting, lebih baik, dibandingkan hanya sekedar valuasi yang murah.

Untuk mengetahui secara advance tentang bagaimana cara mencari saham saham yang berpotensi bagger atau mengetahui cara berinvestasi tumbuh dengan tenang tanpa mantengin chart tiap hari. silahkan klik gambar dibawah. Akan kami beritahu bagaimana caranya! 

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter
Picture of Erose Perwita

Erose Perwita

Author | Founder theinvestor.id