Saham GOTO dan ARTO Jadi Pemberat IHSG

SAHAM GOTO DAN ARTO JADI PEMBERAT IHSG – Di artikel ini kami mencoba membahas mengenai pergerakan IHSG sepanjang tahun 2022 ini beserta saham-saham yang mempengaruhinya. 

Sepanjang tahun 2022 ini, pergerakan IHSG menunjukkan posisi yang volatility. Di awal tahun 2022 IHSG menunjukkan di harga 6.500 dan sempat menembus di level tinggi yaitu 7.300 pada bulan April 2022, kemudian mengalami penurunan lagi di harga 6.500 dan seterusnya masih menunjukkan pergerakan naik turun, hingga saat ini data diambil pada tanggal 28 November 2022, IHSG menunjukkan fase Sideways. Jika dihitung secara year to date, IHSG menunjukkan pergerakan positif sebesar 6,62%.

Selanjutnya mengenai pergerakan harga saham yang termasuk kedalam market cap terbesar yang juga dapat mempengaruhi pergerakan IHSG.

Pertama, saham BBCA (Bank Central Asia)

BBCA ini adalah salah satu saham dengan market cap terbesar pertama di Indonesia saat ini. Dapat dilihat pergerakan saham BBCA di tahun 2022 ini menunjukkan performa positif yaitu naik sebesar 22,5%. Harga saham BBCA terakhir ditutup di harga 9.050 rupiah.

Kedua, saham BBRI (Bank Rakyat Indonesia)

BBRI ini juga termasuk saham dengan market cap terbesar nomor 2 di Indonesia. Pergerakan saham BBRI ini menunjukkan performa positif, dimana secara year to date harga saham naik sebesar 15,4%. Pada tanggal 28 November 2022 saham BBRI ditutup di harga 4.790 rupiah.

Selanjutnya, saham BMRI (Bank Mandiri)

BMRI ini juga termasuk kedalam sepuluh saham dengan market cap terbesar di Indonesia. Pada pergerakan saham BMRI ini secara year to date mengalami kenaikan dengan perfoma positif yaitu sebesar 43,2%. Pada tanggal 28 November 2022, saham BMRI ditutup di harga 10.150 rupiah.

Keempat, saham BBNI (PT Bank Negara Indonesia)

Saham BBNI juga termasuk kedalam sepuluh saham dengan market cap terbesar di Indonesia, dimana per tanggal 28 November 2022, saham BBNI ditutup di harga 9.325 rupiah. Jika dihitung secara year to date, saham BBNI naik sebesar 38,1%.

Jika dilihat pergerakan empat saham ini mencetak kinerja secara positif dan rata-rata mengalami kenaikan di atas 15%. Lalu mengapa saham Bank market cap terbesar ini mengalami kenaikan yang signifikan, namun justru IHSG malah sebaliknya? Hal ini dikarenakan adanya saham pemberatnya. Yang tergolong saham pemberat ini adalah ASII, TLKM, GOTO, BANK JAGO. Mengapa demikian?

Pertama, saham ASII (Astra International). Saham ASII ini masuk kedalam sepuluh market cap terbesar, dimana saham ASII di tahun 2022 menunjukkan performa secara positif, jika dihitung secara year to date mengalami kenaikan sebesar 8,7%. Mengapa dikatakan saham pemberat? Hal ini dikarenakan saham ASII hanya memperlihatkan kenaikan yang sedikit, artinya jika empat saham di atas mengalami kenaikan yang cukup signifikan, tetapi Astra International ini hanya mengalami kenaikan sebesar 8,7% saja.

Kemudian saham TLKM (Telkom Indonesia). Saham TLKM ini juga termasuk kedalam kategori sepuluh saham market cap terbesar di Indonesia, dimana pergerakan saham TLKM ini secara year to date menunjukkan performa negatif dengan penurunan sebesar 0,73%, artinya jika saham TLKM dan ASII ini tidak mengalami kenaikan, secara otomatis akan berdampak kepada IHSG dan salah satu alasan kedua saham ini menjadi saham pemberat. Namun jika dilihat, kedua saham ini tidak menunjukkan keadaan untuk memperparah IHSG.

Selanjutnya, saham GOTO (Gojek Tokopedia). Saham ini juga termasuk kedalam kategori saham market cap terbesar di Indonesia yang senilai 200 Triliun. Ketika keempat saham Bank tersebut menunjukkan kenaikan, namun GOTO tetap menurun dengan market cap yang besar ini, maka saham GOTO menjadi pemberat IHSG. Bahkan dapat dilihat pergerakan saham GOTO di tahun 2022 ini menunjukkan penurunan sebesar 53,7%. Saham GOTO ini baru saja IPO di tahun 2022 dan untuk perhitungan year to date ini berdasarkan harga tertingginya (setelah IPO).

Kemudian, saham selanjutnya yang masih menjadi pemberat IHSG yaitu Bank Jago (ARTO), dimana di tahun 2021 saham ini termasuk salah satu sepuluh saham dengan market cap terbesar di Indonesia. Bahkan market cap Bank Jago pernah melebihi (di atas) saham BMRI. Ketika di tahun 2022 ini, pergerakan harga saham ARTO minus 70,6% otomatis hal ini menjadi pemberat IHSG.

Dapat dilihat pada kolom dibawah ini menunjukkan kinerja dari saham-saham pada pembahasan sebelumnya. Dimana jika dilihat dari empat Bank terbesar seperti BBCA, BBRI, BBNI dan BMRI menunjukkan presentase kenaikan yang cukup signifikan dengan mempunyai laba pada Kuartal 3 tahun 2022 dalam Triliunan.

Saham BBCA mengalami kenaikan laba sebesar 25%, BBRI 103%, BBNI 77%, BMRI 59%. Sedangkan GOTO di tahun 2022 ini mengalami kerugian pada Kuartal 3 sebesar 20 Triliun dibandingkan Kuartal 3 tahun 2021 yaitu sebesar 11 Triliun. Untuk saham ARTO yang dimana mengalami kerugian di Kuartal 3 tahun 2021 sebesar 33 Milyar, namun pada Kuartal 3 tahun 2022 ini mencetak laba sebesar 41 Milyar, walaupun mengalami kenaikan laba dengan presentase 224% tetapi angka kenaikan laba saham ARTO masih terbilang kecil.

Kemudian pada saham ASII mengalami kenaikan secara normal yaitu memiliki presentase laba sebesar 56%. Namun untuk saham TLKM mengalami penurunan atau minus sebesar 12% dari 18,8 Triliun di Kuartal 3 tahun 2021 menjadi 16,5 Triliun di Kuartal 3 tahun 2022. Dalam hal ini dapat diketahui IHSG tanpa GOTO dan ARTO sudah termasuk ideal, namun setelah kedua saham tersebut bergabung, ternyata justru menjadi saham pemberat IHSG.

Selanjutnya pembahasan mengenai saham ASII dan TLKM, dikarenakan kedua saham ini masih memiliki investasi di saham GOTO.

Dapat dilihat kinerja dari saham ASII, dimana pada Kuartal 3 tahun 2022 ini mendapatkan keuntungan dari saham GOTO sebesar 1 Triliun, jika dilihat di bulan Juni tahun 2022 pada Kuartal 2, keuntungan masih menunjukkan sebesar 3 Triliun artinya kinerja di Kuartal 3 untuk saham GOTO ini mengalami penurunan dan membuat laba (keuntungan nilai wajar) menurun. Tetapi untuk saham ASII secara tahunan masih mengalami kenaikan cukup signifikan.

Berbeda dengan saham TLKM. Dimana saham TLKM ini berinvestasi di GOTO secara akumulasi mencatatkan mengalami kerugian sebesar 3 Triliun dan menjadikan saham TLKM mengalami penurunan laba bersih sebesar 22 Triliun. Jika TLKM tidak melakukan investasi di saham GOTO, maka laba bersih saham TLKM dapat mencapai di angka yang sama pada tahun 2021 yaitu sebesar 25 Triliun.

Maka dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa saham GOTO dan ARTO menjadi saham pemberat IHSG sepanjang tahun 2022, bagaimana pendapat kalian? Apakah juga memiliki salah satu dari kedua saham ini?

Cukup sampai disini artikel mengenai market update tahun 2022, nantikan update-an artikel selanjutnya ya..

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter
Picture of Erose Perwita

Erose Perwita

Author | Founder theinvestor.id