Analisis Saham SIG/SMGR: Survive Saat Krisis, Berpotensi Jadi Bagger

Analisis Saham SIG Survive Saat Krisis, Berpotensi Jadi Bagger – Di artikel ini kami mencoba membahas mengenai Analisis Saham SIG Survive Saat Krisis, Berpotensi Jadi Bagger

 

SIG (Semen Indonesia)

Saham SIG ini adalah salah satu saham yang kami kategorikan sebagai saham undervalue. Dimana harga saham SMGR di bulan Desember tahun 2021 masih menunjukkan di harga 9.000-an Rupiah. Kemudian di tahun 2022 menunjukkan penurunan hingga di level terendahnya yaitu di harga 5.000-an Rupiah, dan sementara di akhir tahun 2022 menembus di angka 8.000-an hingga saat ini ( per tanggal 6 Januari 2023) saham SMGR berada di level harga 7.075 Rupiah. Jika dihitung secara year to date, saham ini mengalami penurunan sebesar -9,62%.

Berikut ini harga saham SMGR dalam jangka panjang, dimana di tahun 2013 hingga saat ini (2023) secara history saham ini menunjukkan di level bottom (bawah). Hal ini dikarenakan saham ini tertimpa sentiment negatif. Secara history sebelum di tahun 2015, SMGR pernah menyentuh di level harga 19.000 Rupiah. Kemudian di tahun 2015 mengalami penurunan. Penurunan ini dikarenakan kinerja dari SMGR yang menurun dan terjadi sentiment negatif. Sentimen negatif ini disebabkan dari industry semen yang over supply yaitu banyaknya kapasitas produksi yang tidak diiringi oleh permintaan atau terjadi banyaknya saingan.

Supply Demand Sektor Semen

Berikut ini adalah update Supply Demand dari Sektor Semen posisi September 2022. Dimana di industry semen ini sudah memasuki over kapasitas (supplynya membesar namun permintaan masih dibawah penawaran) sejak tahun 2015 sehingga saham ini menjadi kategori saham yang sedang tertekan bahkan diprediksi hingga tahun 2030, saham ini masih over supply. Sedangkan untuk kurva permintaan dari tahun 2021 hingga 2030 diperkirakan akan terus mengalami kenaikan. Kemudian ada salah satu yang menarik yaitu dari pembangunan IKN, dimana ketika membangun IKN, kebutuhan semen akan selalu naik dari tahun 2022 hingga 2039. Namun nantinya akan diprediksi menurun di tahun 2040. Selain permasalahan mengenai over kapasitas, industry semen ini juga dipengaruhi oleh harga batu bara yang tinggi, karena batu bara memiliki peran yang tinggi sebagai komponen terbesar biaya produksi.

Ketika dari sisi industry semen ini tertekan seperti over capacity hingga bahan bakarnya mengalami kenaikan, maka kita sebagai investor harus memilih perusahaan yang dapat bertahan dari berbagai tekanan. Berikut ini tabel beberapa perusahaan dari industry semen. Semen Indonesia menduduki peringkat teratas dengan jumlah pangsa pasar sebesar 51,1% dan menjadi market leader di Indonesia. Di posisi kedua yaitu Indocement dengan jumlah pangsa pasar sebesar 25,9%. Kemudian SMGR di akhir tahun 2022, telah mengakuisisi SMBR (Baturaja), meskipun SMBR ini memiliki pangsa pasar yang kecil yaitu sebesar 8,1%, namun SMGR ini menduduki sebagai market leader di daerah Sumatera Selatan.

Laporan Keuangan SMGR

Jika dilihat neraca SMGR secara keseluruhan, aset tetap dari perusahaan ini menjadi aset terbesarnya yaitu sebesar 53 Triliun Rupiah yaitu berupa mesin-mesin. Kemudian dari sisi kas perusahaan, SMGR ini memiliki kas sebesar 2,4 Triliun Rupiah posisi September 2022. Selanjutnya untuk pinjaman jangka pendek, perusahaan ini memiliki pinjaman jangka pendek sebesar 2,4 Triliun Rupiah (per September 2022) dimana pinjaman ini mengalami kenaikan dari sebelumnya yaitu sebesar 506 Milyar Rupiah (per Desember 2021). Hal ini disebabkan oleh adanya pelunasan hutang obligasi.

Membicarakan mengenai perusahaan yang dapat bertahan untuk kedepannya, hal pertama yang dapat dilihat adalah hutang perusahaan terutama pada hutang bank dan obligasinya. Pada perusahaan SMGR ini sejak tahun 2019 hingga 2022 mengalami penurunan baik dari posisi nominal atau dari sisi rasio DER (Debt to Equity Ratio) dapat diartikan perusahaan ini memiliki neraca yang sehat.

Kinerja Saham SMGR 2022

Dari sisi pendapatan, saham SMGR ini mengalami penurunan yaitu sebesar -0,20%, sementara untuk laba kotor perusahaan ini juga mengalami penurunan sebesar -4,34%. Ketika terjadi kenaikan bahan bakar batu bara secara signifikan, SMGR ini  menerima jatah DMO (Domestic Market Obligation) yang membuat beban pokok pendapatannya tetap. Kemudian dari sisi laba bersih mengalami kenaikan yaitu sebesar +18,92%.

Lalu untuk kinerja per-Kuartal dari saham SMGR ini sepanjang tahun 2022 mengalami penurunan yaitu pada Kuartal 1 dan Kuartal 2 tahun 2022. Namun untuk Kuartal 3 tahun 2022 mengalami kenaikan, hal ini disebabkan oleh siklus industry semen pada semester 2, dimana permintaan semen pada saat itu meningkat yang diperoleh dari pengerjaan infrastruktur perusahaan swasta atau bahkan perusahaam BUMN.

History SMGR

Dari sisi pendapatan sejak tahun 2013 mengalami naik turun. Dan di tahun 2019 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kemudian dari sisi laba bersihnyapun SMGR mengalami penurunan yang cukup signifikan terutama saat memasuki tahun 2017 hingga 2022, hal ini juga disebabkan oleh terjadinya over kapasitas atau over produksi.

Valuasi SMGR

Dari harga SMGR yang menurun dan industrynya tertekan membuat valuasi SMGR ini menjadi murah yaitu diperdagangkan di level PBV1,13x dengan proyeksi ROE 6,53%. Dimana hal ini merupakan valuasi terendah sejak tahun 2013.

Dapat disimpulkan, dari sisi neraca perusahaan SMGR ini dapat dikatakan sehat yaitu kasnya yang mencukupi untuk membayar pinjaman jangka pendek dan hutang buruk perusahaan di bawah 40% (DER 38%). Kemudian dari sisi kinerja perusahaan mengalami penurunan dan ROE nya rendah. SMGR ini sering membagikan dividen, jika dihitung di harga saat ini yaitu 7.075 Rupiah dengan potensi dividen payout ratio dikisaran 40%, maka potensi dividen yieldnya di tahun 2023 sekitar 2,5 – 3%.

Itulah pembahasan mengenai review saham SMGR, nantikan pembahasan saham-saham lainnya yang lebih menarik lagi. Happy reading 😊

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter
Picture of Erose Perwita

Erose Perwita

Author | Founder theinvestor.id