Analisis Saham Blue Bird: Kenali Performa dan Tren Harga Sahamnya
Cari tahu seberapa baik performa saham Blue Bird selama beberapa tahun terakhir dan bagaimana tren harga sahamnya. Pelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham Blue Bird dan evaluasi potensi investasi.
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini.
SAHAM INI TERKONFIRMASI TURNAROUND
Ada 123 juta pemudik di tahun 2023 ini, berarti salah satu sektor yang diuntungkan adalah transportasi. Ada 3 emiten yang menarik untuk dibahas: BIRD, AUTO, ASSA. Dan pilihan terbanyak di telegram The Investor itu saham BIRD. Sebelum ke pembahasan mengenai saham BIRD itu masih murah atau tidak jangan lupa like, share dan follow kami serta dapatkan E-book Watchlist kami dengan cara klik link di bio.
Pergerakan harga saham BIRD
Saham BIRD sendiri baru IPO tahun 2014 lalu, dan sempat menyentuh level tertingginya di harga Rp 12.500/lembar saham. Sebelum akhirnya jatuh di sampe level dasar tahun 2020 saat pandemi covid-19 di harga Rp 800 an/lembar saham. Dan akhirnya menjelang lebaran harga saham BIRD ditutup di harga Rp 1.665/lembar saham. Jika kita lihat historynya, tahun 2020 harga saham turun ke level dasar yaitu di harga Rp 800/lembar saham, tahun 2019 di harga Rp 3.000 an/lembar saham. Artinya jika dilihat saat ini di harga Rp 1.600/lembar saham ke harga Rp 3.000/lembar saham, artinya ketika sebelum terjadi pandemi masih ada ruang kenaikan cukup tinggi hampir 100%. Apakah ada potensi harga sahamnya seperti di tahun 2019.
Berikut adalah kinerja BIRD dalam jangka panjang, dimana dari tahun 2015-2020 kinerja Blue Bird tertekan, itulah kenapa harga saham BIRD turun. Karena harga saham itu akan mengikuti kinerjanya dalam jangka panjang, jadi ketika kinerjanya turun, harga sahamnya juga menurun.
Salah 1 faktor yang membuat kinerja BIRD tertekan adalah adanya startup ride hailings, dimana saat kita bicara perusahaan startup yang bergerak di bidang transportasi atau ride hailings ini seperti Uber, Gojek dan Grab. Mereka bertiga ini sangat bersaing waktu itu, dimana ketiga perusahaan ini sedang membakar duit untuk mendapatkan customer sebanyak-banyaknya dengan tarif sediskon-diskonnya. Itu yang membuat kinerja Blue Bird tertekan, karena persaingannya makin ketat.
Akhirnya di tahun 2017 Blue Bird memutuskan untuk berkolaborasi dengan Gojek, jadi alih-alih untuk bersaing dengan 3 perusahaan startup ini, Blue Bird memilih untuk berkolaborasi dengan Gojek, dimana kolaborasi ini sudah berlangsung cukup lama dari tahun 2017 sampai sekarang tahun 2023 ini kerjasamanya masih ada, saat membuka aplikasi Gojek, disitu ada menu Gobluebird, yang artinya kita bisa pesan Blue Bird dari aplikasi Gojek, padahal Blue Bird punya aplikasi sendiri yaitu MyBluebird.
Kerjasama ini menguntungkan kedua belah pihak, dari sisi Gojek, Gojek ini perusahaan startup yang tidak memiliki aset tetap atau armada, dengan bergabungnya Blue Bird ke Gojek, maka Gojek bisa mengakses armada dari Blue Bird, kemudian disisi Blue Bird akan mendapatkan tambahan customer dari para customer Gojek itu sendiri.
Informasi menarik lainnya adalah di tahun 2020, Gojek melalui PT Aplikasi Karya Anak Bangsa itu membeli saham Blue Bird sebanyak 4% dari total saham beredar dari Blue Bird di harga premium, dimana harga beli Gojek waktu itu di harga Rp 3.800/lembar saham. Alias harganya masih sangat premium dibandingkan harga saham sekarang, dimana harga saat ini di level Rp 1.600an/lembar saham.
Kemudian di tahun 2023 sekitar bulan April, direktur utama Blue Bird masih terus memborong saham Blue Bird, dimana dalam laporan keterbukaan informasinya, harga rata-rata yang dibeli oleh Sigit Priawan rata-rata di harga Rp 1700an/lembar saham.
Sebenarnya dari serangkaian kejadian tersebut, bisa kita simpulkan bahwa harga saham Blue Bird saat ini masih undervalue. Dimana di harga Rp1.665/lembar saham itu masih menunjukkan level PBV 0,8x, yang dimana ROE/kinerja tahun 2022 kemarin sudah mencapai level 6,8% atau sudah diatas level tahun 2019, yang dimana harga saham Blue Bird saat itu di tahun 2019 pernah menyentuh level di harga Rp3.000/lembar saham. Hal ini menjadi alasan kenapa direktur utamanya masih membeli saham Blue Bird, karena kinerja tahun 2022 kemarin sudah melebihi tahun 2019 atau sebelum pandemi, itu kenapa di harga Rp1.665/lembar saham masih dalam kategori undervalue.
Untuk mengetahui secara advance tentang bagaimana cara mencari saham saham yang berpotensi bagger atau mengetahui cara berinvestasi tumbuh dengan tenang tanpa mantengin chart tiap hari. silahkan klik gambar dibawah. Akan kami beritahu bagaimana caranya!
Erose Perwita
Author | Founder theinvestor.id