Analisis Saham BIRD 2023: Review Saham The Investor

Telusuri analisis mendalam saham BIRD di 2023. Temukan rekomendasi berdasarkan data historis dan proyeksi masa depan. Apakah saatnya menjual atau menahan?

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Apakah Saatnya Menjual Saham BIRD?

Di bulan April 2023, saham BIRD masih di kisaran Rp 1.600-an per lembar saham. Menjelang Agustus, harga saham ini mencapai puncaknya di angka Rp 2.400, hanya untuk turun kembali di awal September ke harga Rp 1.900 per lembar. Ini menimbulkan pertanyaan besar: Mengapa harga saham BIRD turun di bulan September? Dan, apakah ini saat yang tepat untuk menjual saham BIRD?

Apabila kita lihat historis pergerakan harga saham BIRD secara jangka panjang, harga saham BIRD pernah menyentuh level harga Rp 3.500an per lembar saham di akhir tahun 2018 lalu. Harga saham BIRD juga juga pernah menyentuh level harga Rp 5.000 per lembar saham pada tahun 2017 lalu. Kami berkeyakinan bahwa harga saham BIRD memiliki potensi untuk mencapai level harga Rp 3.000 per lembar saham sama seperti tahun 2018 lalu. Dengan catatan jika kinerja tahun ini bisa lebih baik lagi dari pada tahun lalu atau kinerja tahun depan dapat lebih baik dari tahun ini. Untuk itulah kita perlu analisa lebih detail ada potensi kinerja perusahaan lebih baik dari tahun 2018 lalu atau paling tidak lebih tinggi dari tahun 2019 lalu.v

Sentimen Saham BIRD dan Kinerja BIRD

Kita bahas terlebih dahulu mengenai sentimen negative yang membuat harga saham BIRD jatuh dari level Rp 2.400 per lembar saham ke level harga Rp 1.900 per lembar saham. Menurut kami ada dua sentiment, yang pertama adalah isu akan dihapusnya BBM pertalite. Di mana isu mengenai BBM ini naik harganya membuat COGS atau beban dari taksi ini naik sehingga dapat menggerus laba bersih perusahaan.

Sentimen yang kedua yaitu pembayaran royalty sebesar 2% oleh BIRD kepada pemegang saham yaitu kepada PT Pusaka Citra Djokosoetono (PCD). Pembayaran royalti ini tertulis pada prospektus BIRD sebelum IPO.

Di atas adalah point dalam prospektus BIRD sebelum IPO, dimana merk jasa, “Blue Bird”, “Silver Bird”, “Golden Bird”, “Big Bird”, dan Pusaka, per 31 Desember 2013 terdaftar atas nama PT Pusaka Citra Djokosoetono yang merupakan pemegang saham utama BIRD. Dimana oleh PCD sudah di daftarkan menjadi Hak Kekayaan Intelektual. Karena pemilik merk ini adalah PT Pusaka Citra Djokosoetono bukan BIRD nya, maka BIRD harus membayar royalty kepada PT Pusaka Citra Djokosoetono. Dimana pada prospektus sebelum IPO tertulis

Setelah 10 tahun sejak merk tersebut didaftarkan menjadi HKI, maka di tahun ke 11 BIRD wajib membayarkan royalty sebesar 2% dari pendapatannya kepada PT Pusaka Citra Djokosoetono. Dari beberapa sumber berita bahwa dalam pembayaran royalty kepada PCD oleh BIRD tidak akan ada penundaan, bahkan kemungkinan dipercepat pembayarannya pada Agustus tahun 2023 ini. Jadi sejak semester 2 ini kemungkinan besar BIRD akan membayar royalty sebesar 2%. Sehingga otomatis akan menggerus dari laba bersih BIRD itu sendiri.

Apabila kita lihat dari kepemilikan saham BIRD, mayoritas dimiliki oleh grup dari PT Pusaka Citra Djokosoetono. Kemudian masyakarakat memiliki posisi di saham BIRD sebesar 26,26%. Pembayaran royalty ini hanya di bayarkan kepada PT Pusaka Citra Djokosoetono, sehingga kita sebagai ritel tidak akan mendapatkan pembayaran royalty tersebut.

Bagaimana langkah manajemen agar pembayaran royalty itu tidak mengganggu kinerja dari BIRD itu sendiri? Ya, manajemen mengatakan bahwa fokusnya adalah meningkatkan pendapatannya. Jadi ketika pendapatannya naik, royalty 2% itu tidak menjadi masalah bagi BIRD.

Apabila kita lihat kinerja dari BIRD sendiri, pada kuartal kedua tahun 2023 ini BIRD mampu membukukan pendapatan naik sebesar 35% dari 1,5 Triliun menjadi 2 Triliun. diikuti kenaikan laba bruto sebesar 51% dari sebelumnya sebesar 440 Miliar menjadi 663 Miliar. Bisa kita proyeksikan hingga akhir tahun nanti, BIRD akan mendapatkan pendapatan 4 Triliun. Sehingga proyeksi pembayaran royalty nantinya sebesar 40 Miliar pada kuartal kedua tahun 2023 ini yang akan membuat laba bersihnya berkurang.

Apabila kita lihat beban langsungnya, pada beban bahan bakar menyumbang hampir 30% dari total biaya operasional dari BIRD dan sudah ditambahkan oleh penyusutan. Jadi apabila pertalite ini benar-benar dihapuskan dan BIRD menggunakan pertamax, beban bahan bakar minyaknya pasti akan naik dan menggerus laba bersihnya jika omsetnya tidak naik.

Laba bersih dari BIRD pada kuartal kedua tahun 2023 ini bisa dikatakan sangat baik, dimana naik sebesar 77% dari 146 Miliar menjadi 259 miliar.

Kemudian kita lihat historis dari pendapatan dan laba bersih dari BIRD. kita fokus pada tahun 2022 dan proyeksi 2023. Kenapa fokus pada tahun 2022 dan 2023? karena isu kenaikan BBM sudah terjadi di tahun 2022 lalu saat premium di hapuskan dan di tahun 2022 juga harga pertalite naik. Ketika kenaikan pertalite tersebut apa yang terjadi pada kinerja BIRD? ternyata kinerja BIRD tetap naik. Ternyata BIRD mampu menaikan tarif taksinya, dalam artian dengan adanya kenaikan BBM maka harga jasa dari BIRD juga naik.

Menurut kami dari analisa diatas terutama mengenai 2 sentimen negatif tadi, seharusnya BIRD bisa mengatasinya. Dalam artian 2 sentimen ini akan terjadi, kami akan tetap optimis kinerja BIRD akan tetap bagus. Apabila kita hitung menggunakan hitungan sederhana, dengan adanya potensi laba sekitar 519 Miliar sepanjang tahun 2023 ini maka hitungannya 519 Miliar – 40 Miliar = 479 Miliar atau kita bulatkan 480 Miliar. Sehingga laba 480 Miliar ini masih lebih tinggi dibandingkan laba tahun 2018 di harga Rp 3.000 per lembar saham.

Kesimpulan

Menganalisis berbagai faktor dan data historis, kami percaya bahwa BIRD memiliki potensi untuk mengatasi kedua sentimen negatif tersebut. Jika dilihat dari perspektif sederhana, dengan potensi laba sekitar 519 Miliar sepanjang tahun 2023, hasil bersih yang diperkirakan adalah 480 Miliar. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan laba tahun 2018 saat harga saham berada di Rp 3.000 per lembar.

Jadi, apakah Anda ingin memahami lebih dalam tentang dunia saham dan bagaimana mendapatkan keuntungan darinya? Bergabunglah dengan program Value Investing Mastery. Untuk informasi lebih lanjut, klik gambar di bawah ini.

disc

Informasi yang disajikan dalam analisis ini dimaksudkan untuk tujuan edukasi dan referensi semata. Meskipun penulis telah berusaha keras untuk memastikan keakuratan dan kelengkapan informasi, penulis dan penerbit tidak dapat memberikan jaminan apa pun mengenai keakuratan, kelengkapan, atau keandalan informasi yang disajikan. Setiap tindakan yang diambil berdasarkan informasi ini adalah risiko penuh pembaca. Penulis dan penerbit tidak bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan apa pun yang mungkin timbul akibat penggunaan informasi ini. Sebaiknya konsultasikan dengan ahli keuangan atau penasihat investasi profesional sebelum membuat keputusan investasi.
Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter