Daftar Isi
ToggleSebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Sebagai investor atau pengamat pasar saham, penting untuk memahami secara mendalam kinerja operasional suatu perusahaan. Krakatau Steel (KRAS) optimis permintaan baja di tahun 2024 ini bisa mengalami kenaikan, yang kita ketahui saat ini kinerja operasional KRAS sedang jatuh. Optimisme KRAS ini disebabkan dari adanya proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Manajemen memproyeksikan permintaan baja dalam negeri tahun 2024 ini akan naik 1,9% menjadi 18,49 juta metrik ton dibandingkan tahun kemarin. Kita akan melihat kinerja operasional KRAS yang saat ini mencatat rugi dan kira-kira apa penyebabnya.
Sebelumnya kita lihat dulu pergerakan harga saham KRAS, pada tahun 2020 harganya jatuh karena pandemi, namun setelah itu langsung kembali naik ke level sekitar Rp800-an/lembar saham. Namun setelah itu harga sahamnya terus menurun, sampai saat ini berada di level Rp148/lembar saham.
Sebelum masuk ke pembahasan kinerja, kita lihat profil perusahaannya. KRAS merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi baja. KRAS beroperasi di Cilegon, Banten. KRAS didirikan pada tahun 1970. Dan di tahun 1973, pertama kalinya KRAS mulai membuat pipa spiral. Perusahaan listing di bursa pada tanggal 10 November 2010.
Pemegang saham terbesar KRAS adalah pemerintah Republik Indonesia sebesar 80%. Kemudian untuk masyarakat itu sebesar 20%.
Dari sisi neraca, pada kuartal ketiga tahun 2023 KRAS memiliki neraca yang cukup berisiko dimana DER-nya mencapai 292,8%. Hutang buruknya sebesar US$ 1,5 miliar dan ekuitasnya sebesar US$ 545,7 juta. Kemudian untuk asetnya secara ytd turun 8% menjadi US$ 2,9 miliar. Dengan hutang yang besar tentu saja akan membuat beban keuangannya tinggi. Perusahaan sendiri melakukan restrukturisasi, menurut manajemen sejak tahun 2018 – 2023 ini KRAS telah menurunkan jumlah hutang cukup signifikan dengan lebih dari US$ 750 juta. Kemudian saat ini masih terdapat hutang yang harus di restrukturiasi dengan 10 bank nasional sekitar US$ 1,3 – 1,4 miliar.
KRAS melakukan restrukturisasi lanjutan, sebelumnya pabrik ISM BF diproyeksi bisa memberikan kontribusi dan produksi dengan baik, ternyata belum bisa. Hal ini membuat KRAS melakukan reposisi ulang pada kondisi keuangan kedepannya. Kemudian adanya insiden HSM#1 membuat KRAS perlu merestrukturisasi kondisi operasional dan keuangannya. HSM#1 ini adalah pabrik fasilitas produksi milik KRAS yang mengalami insiden korsleting, sehingga HSM#1 belum bisa melakukan produksi sampai akhir 2023, hal ini membuat keuangan perusahaan masih tertekan. Perusahaan melakukan langkah dalam mengurangi tekanan kondisi keuangan ini, seperti kerjasama mill-to-mill dalam mempertahankan suplai baja dalam negeri. Kemudian mengoptimalkan kinerja pada sub-holding Krakatau Steel.
Rencana divestasi KRAS pada tahun 2018-2019 sebagian besar sudah dilakukan, dimana KRAS telah melakukan divestasi salah satu anak perusahaan yaitu PT Krakatau Daya Listrik, membuat KRAS saat ini menjadi pemegang saham minoritas. Kemudian melakukan divestasi PT Krakatau Tirta Industri, tetapi KRAS tetap menjadi mayoritas pemegang saham. Beberapa aset-aset non produktif seperti tanah juga telah dilakukan optimalisasi. Ini dilakukan dalam penurunan beban hutang KRAS yang cukup tinggi. Jadi memang kondisi keuangan KRAS sedang tidak baik-baik saja.
Kita masuk ke kinerja operasionalnya, pada kuartal ketiga tahun 2023 pendapatan bersih perusahaan turun 31,5% menjadi US$ 1,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2022 sebesar US$ 1,8 miliar. Kemudian untuk laba brutonya turun 44% menjadi US$ 106,7 juta dari sebelumnya sebesar US$ 190,9 juta.
Kemudian untuk bottom line, KRAS mencatatkan kerugian bersih sebesar US$ 61,4 juta dari sebelumnya yang bisa mencetak laba bersih sebesar US$ 80,1 juta. Kalau kita lihat di lain sisi pendapatan yang turun, beban yang dimiliki perusahaan masih cukup besar.
Kemudian dari informasi segmen, pendapatan neto KRAS paling besar berasal dari produk baja sebesar US$ 1,2 miliar, kemudian ada sarana infrastruktur sebesar US$ 180,6 juta. Serta rekayasa dan konstruksi sebesar US$ 8,1 juta.
Apa penyebab kinerja operasional KRAS yang turun? Manajemen menjelaskan bahwa pasar baja internasional masih mengalami pelemahan akibat konflik negara pemasok bahan baku Rusia-Ukraina, adanya inflasi di beberapa negara, naiknya biaya produksi karena tingginya suku bunga, dan ada gangguan pasokan energi yang terjadi di beberapa negara dan dengan adanya penurunan permintaan pasar baja dalam negeri sebesar 14% di triwulan 3 tahun 2023, membuat harga jual KRAS turun 17% dibandingkan periode sebelumnya. Kemudian dari sisi perusahaan sendiri, terdapat keterbatasan pasokan produksi baja akibat insiden di pabrik HSM#1, hal ini juga memberikan dampak terhadap volume penjualan yang turun 24% menjadi 1,2 juta ton. Dari hal tersebut membuat kinerja perusahaan mengalami penurunan.
Saat ini harga saham KRAS berada di level Rp147/lembar saham, yang menunjukkan valuasi PBV sebesar 0,35x dan PER -2,33x. Hal ini sejalan dengan kinerja perusahaan yang sedang turun.
Jika Anda tertarik mendalami analisis mendalam terkait kondisi saham suatu perusahaan dan ingin memperoleh keuntungan lebih, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam program Value Investing Mastery kami. Klik gambar di bawah ini untuk mendaftar sekarang