Analisis Kinerja Saham ICBP: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Saham
Baca analisis kinerja saham Indofood Sukses Makmur (ICBP) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga saham. Pelajari juga informasi terbaru mengenai kinerja saham ICBP hanya di sini.
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini.
Kenapa saham ini harus naik 50% lebih di tahun 2023? Faktor apa saja yang mempengaruhinya? Dan bagaimana valuasinya? Sebelum ke pembahasannya jangan lupa like, share dan follow kami untuk mendapatkan informasi seputar saham yang lebih menarik lagi.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Secara struktur kepemilikan dari perusahaan ini sebesar 80,53% dimiliki oleh Indofood (INDF) dan publik hanya memiliki sebesar 19,47%, yang dimana porsi ini cukup bagus karena publik tidak mayoritas dan masih di bawah 50% atau bahkan tidak mencapai 20%.
Pergerakan Harga Saham ICBP
Sejak tahun 2013 hingga tahun 2019, harga saham ICBP selalu mengalami kenaikan, dari harga sekitar Rp 2.000/lembar saham menjadi Rp 12.000/lembar saham. Namun di tahun 2020 harga saham ICBP mengalami penurunan dikarenakan kondisi pada tahun 2020 sedang terjadi pandemi Covid-19. Pada akhirnya per tanggal 4 April tahun 2023 saham ICBP ditutup di level perdagangan dengan harga Rp 10.200/lembar saham.
Kemudian produk dari perusahaan ini yang terkenal yaitu Indomie. Dimana produk pada divisi mie instan seperti Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie dan lainnya merupakan penyumbang terbesar yaitu sekitar 70% dari total pendapatan ICBP. Kemudian sekitar 40% ditopang oleh penjualan produk dari divisi dairy seperti Indomilk, Enaak, Milkuat dan lain-lain.
Tahun 2020 ICBP telah mengakuisisi Pinehill Company Limited, dimana Pinehill Company ini juga memproduksi dan menjual mi instan untuk daerah di sekitar Timur Tengah atau Afrika. Setelah melakukan akuisisi kemudian berdampak pada neraca dan kinerja ICBP, dimana penjualan di negara Timur Tengah atau Afrika menyumbang sekitar 23%, sementara di Indonesia menyumbang sebesar 46,2 Triliun Rupiah atau sekitar 70%.
Populernya produk Indomie ini tidak akan menjadikan penjualan ICBP terhenti, karena jika kita lihat harga produk Indomie dan harga produk lainnya setiap tahunnya mengalami kenaikan. Meskipun volume penjualan tidak mengalami kenaikan tetapi harga jualnya tetap naik.
Kinerja Saham ICBP
Dari sisi Penjualan Neto, saham ICBP mengalami kenaikan sebesar 14% dari 56,8 Triliun Rupiah (31 Desember 2021) menjadi 64,7 Triliun Rupiah (31 Desember 2022). Kemudian di sisi laba bruto juga naik sebesar 7,4% dari 20,2 Triliun Rupiah (31 Desember 2021) menjadi 21,7 Triliun Rupiah (31 Desember 2022). Dari kedua sisi tersebut, ada satu hal yang mengganjal yaitu kenaikan laba bruto ICBP lebih sedikit dibandingkan kenaikan penjualan. Pada umumnya kenaikan laba bruto lebih tinggi dibandingkan kenaikan penjualan. Dari kenaikan laba bruto ICBP yang masih rendah berdampak ke laba bersih, dimana laba bersihnya mengalami penurunan sebesar 28,3% dari 6,3 Triliun Rupiah (31Desember 2021) menjadi 4,5 Triliun (31 Desember 2022). Faktor penurunan laba bersih ICBP ini dikarenakan beban pokok penjualannya naik sebesar 18% dan beban keuangannya naik 217%. Lalu apakah di tahun 2023 ini beban pokok penjualan dan beban keuangan akan menurun?
Jika ICBP dapat mempertahankan kenaikan penjualannya dan didukung dengan menurunnya beban pokok penjualan dan beban keuangan, maka akan terjadi kenaikan kinerja yang signifikan
Mengenai beban pokok penjualan, ada
kenaikan bahan baku sekitar 23% dari 29 Triliun Rupiah (31 Desember 2021)
menjadi 35 Triliun Rupiah (31 Desember 2022). Yang mempengaruhi kenaikan bahan
baku ini adalah dari harga gandum. Jika dilihat di tahun 2022, harga gandum
mengalami kenaikan yang signifikan akibat dari perang Rusia dan Ukraina. Dan di
tahun 2023 ini harga gandum mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Kemudian beban keuangan ICBP terdiri dari selisih nilai tukar mata uang asing dan beban bunga. Kenaikan beban bunga ICBP ini dikarenakan neraca dari sisi liabilitas ICBP memiliki hutang obligasi dalam bentuk mata uang dolar sehingga ICBP harus membayar obligasinya dalam bentuk mata uang dolar. Jika dolar mengalami kenaikan secara otomatis akan merubah nilai liabilitasnya. Dari sisi selisih kurs mengalami kenaikan yang signifikan dari 128 Miliar Rupiah menjadi 4 Triliun Rupiah.
Kurs Mata Uang Dolar / Rupiah
Pada tahun 2022, Dolar menyentuh hampir sekitar Rp 16.000. Kemudian di tahun 2023 ini kurs Dolar membaik. Tanggal 4 April 2023, level kurs dolar berada di harga Rp 14.800.
History ICBP
Tahun 2022 ICBP mencatatkan pendapatan terbesar sepanjang sejarah ICBP berdiri yaitu 64,7 Triliun Rupiah. Namun laba bersihnya justru mengalami penurunan yang disebabkan oleh dua faktor yaitu kenaikan bahan baku dan kurs dolar yang tinggi. ICBP selalu mencetak laba dan labanya sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan ekspansi maka ekuitasnya mengalami kenaikan secara signifikan. Namun ROE di tahun 2021 dan 2022 menurun karena dua faktor tersebut. Di sisi valuasi di harga Rp 10.000 menunjukkan level PBV 3X, dimana PBV tahun 2022 ini lebih rendah dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 5X.
Dari review ICBP di atas dapat disimpulkan, yang pertama penjualan dari ICBP mecapai All Time High, namun untuk laba bersihnya justru mengalami penurunan karena faktor kenaikan bahan baku dan kurs dolar yang tinggi. Harapannya di tahun 2023 ini kedua faktor tersbut sudah normal kembali. Jika ICBP dapat mempertahankan kenaikan penjualannya, maka laba bersih akan mengalami kenaikan yang signifikan. Kedua mengenai valuasi. Di harga Rp 10.000 menunjukkan PBV 3X dan Margin of Safety nya cukup besar.
Untuk mengetahui secara advance tentang bagaimana cara mencari saham saham yang berpotensi bagger atau mengetahui cara berinvestasi tumbuh dengan tenang tanpa mantengin chart tiap hari. silahkan klik gambar dibawah. Akan kami beritahu bagaimana caranya!
Erose Perwita
Author | Founder theinvestor.id