Temukan proyeksi laba Garuda Indonesia 2023, analisis saham GIAA, prediksi harga saham, dan rekomendasi investasi eksklusif. Pelajari laporan keuangan dan performa perusahaan
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Sebelum kita mengulas kinerjanya, mari kita membahas sekilas terkait bisnis yang dimiliki GJTL ini. Gajah Tunggal (GJTL) adalah perusahaan yang memproduksi dan melakukan perdagangan barang-barang dengan pembuatannya berasal dari karet, seperti ban dalam dan ban luar dengan berbagai jenis kendaraan, serta memproduksi kain ban dan karet sintetis. GJTL menjadi perusahaan yang mempunyai sekaligus mengoperasikan fasilitas produksi ban terintegrasi dan paling besar yang ada di Indonesia. GJTL telah berdiri sejak tahun 1951 dan tercatat di bursa sejak 8 Mei 1990, jadi ya sudah lama juga perusahaan tersebut listing.
Denham Pte. Ltd.adalah pemilik saham GJTL terbesar yaitu 49,51%. Kemudian ada Compagnie Financiere Michelin sebesar 10%. Dan untuk pak Lo Kheng Hong itu masih punya kepemilikan sebesar 4,6%. Dan untuk masyarakat sebesar 35,38%.
Pendapatan perusahaan tersebut paling besar berasal dari penjualan ban dengan pendapatan sebesar Rp 12,1 triliun. Kemudian kain ban sebesar Rp 1 triliun. Karet sintetik Rp 664,7 miliar. Benang nilon sebesar Rp 325,8 miliar. Dan pendapatan lainnya sebesar Rp 457,9 miliar.
Kemudian rincian untuk beban pokok penjualan yang turun, terlihat bahan baku yang digunakan perusahaan mengalami penurunan cukup besar sekitar 18,2% menjadi Rp 6,1 triliun dari sebelumnya Rp 7,5 triliun. Biaya tenaga kerja, biaya energi, dan biaya pabrikasi lainnya juga tercatat turun.
Jika melihat harga komoditas karet yang menjadi bahan baku GJTL memang ada penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2022 kemarin dan tentu saja hal tersebut membuat biaya bahan baku perusahaan juga turun.
Dan untuk bottom line, perusahaan mencatatkan kenaikan laba bersih yang sangat signifikan yaitu 513% menjadi Rp 699,2 miliar dibandingkan dengan sebelumnya yang mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 169,3 miliar. Hal tersebut didorong dengan beban pokok penjualan perusahaan yang sudah turun tersebut dan adanya keuntungan kurs mata uang asing sebesar Rp 68,3 miliar. Dan ada keuntungan lain-lain sebesar Rp 67,5 miliar yang paling besar dari penjualan barang scrap.
Dengan proyeksi tersebut membuat ROE GJTL menjadi 11,52%, tertinggi sejak tahun 2013. GJTL pernah dihargai di level PBV 1x dengan ROE 2,19% saja di tahun 2013, kemudian di tahun 2016 dengan ROE 10,71% itu PBV di level 0,64x. Sedangkan dengan harga saat ini atau di harga Rp 865/lembar saham, valuasi PBV di level 0,38x dan PER 3,32x. Jadi harga sahamnya masih undervalue.
Jika Anda tertarik memahami lebih dalam tentang potensi investasi di GJTL dan bagaimana hal ini dapat menguntungkan Anda, kami mengundang Anda untuk bergabung dalam program Value Investing Mastery kami. Klik gambar di bawah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.