Temukan analisis mendalam tentang harga saham PTBA, kinerja operasional, dan strategi optimalisasi di tengah gejolak harga batubara
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa denganĀ klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Daftar Isi
ToggleHarga batubara telah menjadi sorotan utama pada tahun 2023 ini. Dalam artikel ini, kita akan merinci perubahan dramatis dalam kondisi harga batu bara. Tahun 2023 ini harga batu bara turun tajam dibandingkan dengan tahun 2022, yang menyebabkan banyak perusahaan batu bara kinerjanya pada jatuh. Namun saat ini harga batu bara terlihat ada kenaikan secara bulanan yang naik 13,14%. Namun jika melihat grafiknya, harga batu bara ini masih jauh di bawah jika dibandingkan tahun 2022, mengingat secara tahunan harga batu bara masih turun 65,86%. Kenaikan harga batu bara selama satu bulan terakhir ini disebabkan karena permintaan yang meningkat dari Tiongkok dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Perkiraan untuk impor batubara termal yang dilakukan oleh Tiongkok di bulan November bisa mencapai 29,21 juta metrik ton, angka ini tercatat lebih tinggi daripada impor batubara termal yang dilakukan bulan Oktober sebesar 24,62 juta ton.
Jika kita melihat kinerja perusahaan batu bara di Indonesia pada kuartal ketiga tahun 2023 masih tertekan, seperti contohnya PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang dari top line maupun bottom line mencatatkan penurunan kinerja. Oke disini kita akan membahas mengenai perusahaan PTBA ini, setelah perusahaan kemarin melakukan public expose.
Sebelum membahas kinerja operasional, mari kita kenali lebih dekat PTBA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), berdiri pada tanggal 2 Maret 1981. PTBA memiliki beberapa bisnis yang dijalankan, bisnis tersebut diantaranya ada Pertambangan & jasa kontraktor penambangan, perdagangan batu bara, logistik, hulu & rantai pasok, ketenagalistrikan, gas, lainnya, serta hilirisasi & investasi bisnis lainnya. Perusahaan listing di Bursa pada tanggal 23 Desember 2002
PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID adalah pemegang saham terbesar di PTBA yaitu sebesar 65,93%. Kemudian untuk kepemilikan masyarakat sebesar 33,78%. Jadi PTBA ini merupakan anggota dari holding BUMN Pertambangan MIND ID.
Sebelum masuk ke kinerja operasional, kita cek dulu bagaimana neraca perusahaan. Meskipun PTBA membagikan dividen besar pada tahun 2023, Aset perusahaan tercatat turun 20,6% menjadi Rp 36 triliun, penurunan ini karena kas perusahaan yang digunakan untuk pembagian dividen kepada para pemegang saham, mengingat dividen yang dibayar PTBA ini sangat besar dengan membagikan dividen dari 100% laba bersih tahun 2022, atau sekitar Rp 12,5 triliun. PTBA ini merupakan salah satu perusahaan yang membagikan dividen jumbo di tahun 2023 ini. Untuk sisi hutang buruknya, perusahaan saat ini tidak memiliki hutang buruk, jadi dari kondisi hutang buruknya perusahaan ini aman, dan untuk ekuitasnya ini juga turun karena dividen tersebut. Asumsinya untuk aset ini akan kembali naik jika perusahaan bisa mencatatkan laba bersih yang cukup besar lagi yang pada akhirnya bisa meningkatkan kas perusahaan. Posisi saat ini neracanya masih aman, mengingat perusahaan tidak memiliki hutang buruk, dan kas-nya masih sekitar Rp 5,3 triliun. Namun penurunan aset dan ekuitas ini kedepannya perlu untuk diperhatikan lagi, apakah perusahaan mampu dalam menumbuhkan aset maupun ekuitasnya.
Dari sisi kinerja operasional, pendapatan perusahaan turun 10,7% menjadi Rp 27,7 triliun dibandingkan sebelumnya sebesar Rp 31 triliun. Laba bruto turun cukup dalam yaitu 57,3% menjadi Rp 5,9 triliun, hal ini dikarenakan pendapatan turun namun beban pokok pendapatan perusahaan tercatat naik 26,8%.
Batu bara merupakan pendapatan perusahaan tertinggi yaitu sebesar Rp 27,3 triliun atau berkontribusi sebesar 98,5% dari jumlah pendapatan perusahaan. Untuk pendapatan dari aktivitas lainnya sebesar Rp 401,9 miliar, pendapatan ini berasal dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah dan inti sawit, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.
Jika dilihat volume produksi dan volume penjualan perusahaan naik cukup tinggi yaitu masing-masingnya naik 15% secara yoy, menjadi 31,9 juta ton untuk volume produksi, dan 27 juta ton untuk volume penjualan. Dengan naiknya volume produksi dan penjualan, tentu saja akan meningkatkan beban perusahaan, dan dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 1 juta/ton yang turun sebesar 22% secara yoy tentu saja membuat laba bruto perusahaan turun dalam.
Tidak hanya laba bruto yang turun, laba bersihnya juga turun 62,3% menjadi Rp 3,7 triliun dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar Rp 10 triliun.
Penjualan ekspor PTBA masih cukup tinggi, dimana porsi ekspornya sebesar 42%, lebih tinggi daripada sebelumnya sebesar 38%. Ekspor ini dilakukan ke India dengan porsi 14% dari total penjualan, kemudian Korea Selatan 8%, Cina 7%, Kamboja 3%, dan lainnya 10%.
Terkait dividen perusahaan yang besar, di tahun 2022 perusahaan mampu mencatatkan laba bersih tertinggi sejak perusahaan berdiri, dimana perusahaan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 12,5 triliun dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 7,9 triliun. Kenaikan laba bersih in didukung oleh pendapatan perusahaan yang naik 46% menjadi Rp 42,6 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 29,2 triliun. Tentunya karena harga batu bara yang naik tinggi. Dengan turunnya harga batu bara saat ini, manajemen melakukan beberapa langkah, seperti pengoptimalan penjualan ekspor, perusahaan juga melakukan efisiensi terhadap cash cost-nya, dan berharap agar Mitra Instansi Pengelola (MIP) bisa segera berlaku. Terkait volume produksi dan penjualan untuk tahun 2024 nanti perusahaan mengharapkan agar terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2023 ini.
Pergerakan harga saham PTBA sepanjang tahun 2023 ini sudah turun cukup dalam yaitu 33% yang ditutup di level Rp 2.460/lembar saham, dengan harga tersebut valuasi PBV berada di level 1,47x, dan PER di level 5,62x.
Meskipun PTBA menghadapi tekanan dari harga batu bara yang menurun, keseluruhan kinerja perusahaan masih menjadi sorotan. Dapat disimpulkan, jika saat ini memang kinerja PTBA sedang tertekan mengingat harga batu bara yang masih jatuh, apakah di tahun 2024 nanti kinerjanya bisa membaik? Itu juga tergantung bagaimana harga batu bara global bisa meningkat, dan sejauh mana perusahaan bisa mengoptimalkan kinerjanya dari segmen terbesarnya yaitu batu bara, pengoptimalan pada sisi peningkatan produksi dan penjualan, efisiensi terhadap biaya, sehingga laba bersih bisa meningkat. Kemudian perusahaan juga perlu meningkatkan kontribusi dari bisnis lain yang dimiliki saat ini karena kontribusinya yang masih sedikit, agar kedepannya bisa membantu meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Bila Anda tertarik menyelami dunia investasi, ayo bergabung di program Value Investing mastery sekarang dengan cara klik gambar di bawah ini. Bersiaplah menjadi bagian dari perjalanan keuangan yang cerdas dan menguntungkan.