Temukan potensi investasi saham DMAS dengan kinerja operasional, dan peluang pertumbuhan
Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.
Daftar Isi
ToggleSaat ini, banyak ekonom yang memprediksikan jika suku bunga The Fed akan diprediksi turun di tahun 2024 nanti, dan ini menjadi sentimen yang bagus bagi perusahaan properti, saat suku bunga The Fed turun, maka itu bisa menjadi langkah Bank Indonesia untuk ikut menurunkan suku bunganya. Ini sudah pernah kita bahas di artikel sebelumnya terkait prediksi suku bunga The Fed turun tahun 2024. Bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan situasi ini?
Saat ini kita akan membahas salah satu emiten properti yang mana di akhir tahun 2023 ini akan membagikan dividen dengan yield yang cukup besar, yaitu PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS). Bagaimana histori dividen perusahaan dan seperti apa kinerja operasionalnya saat ini, mari kita bahas?
DMAS berdiri pada tahun 1993, dan melantai di Bursa Efek Indonesia pada bulan Mei 2015. Dalam menjalankan bisnisnya, DMAS memperoleh dukungan dari pemegang saham utama DMAS yaitu Sinarmas Land dan Sojitz Corporation. Sinarmas Land ini merupakan pengembang properti yang menjadi salah satu terbesar di Indonesia, dan untuk Sojitz Corporation merupakan konglomerat Jepang dengan reputasi jaringan global lebih dari 500 grup perusahaan, dan memiliki wilayah operasi di 50 negara lebih. DMAS saat ini melakukan pengembangan dan pengelolaan Kota Deltamas, yaitu proyek pengembangan properti dengan luas lebih dari 3.200 hektar tanah di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi.
PT Sumber Arusmulia adalah pemegang saham terbesar DMAS dengan kepemilikan sebesar 57,28%, PT Sumber Arusmulia ini bagian dari Sinarmas Land. Kemudian ada Sojitz Corporation sebesar 25%. Dan untuk kepemilikan publik sebesar 17,72%. DMAS memiliki anak perusahaan yaitu PT Pembangunan Deltamas dengan kepemilikan 99,90%. Dan kepemilikan perusahaan ventura bersama di PT Panahome Deltamas Indonesia sebesar 49%.
Sebelum masuk ke kinerja operasional, kita melihat sekilas neraca perusahaan. DMAS memiliki neraca yang bagus, dilihat dari sisi aset perusahaan yang mencatatkan kenaikan 2% secara year to date menjadi Rp 6,7 triliun. Perusahaan tidak memiliki hutang buruk, dan ekuitasnya juga tercatat mengalami kenaikan 2% menjadi Rp 5,8 triliun. Jadi, neraca perusahaan ini sehat.
Pendapatan usaha perusahaan tercatat mengalami penurunan 22% menjadi Rp 983,6 miliar dibandingkan dengan sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun. Laba kotornya juga tercatat turun 23% menjadi Rp 677,3 miliar.
Pendapatan usaha paling besar diperoleh dari industrial sebesar Rp 736 miliar yang berkontribusi sebesar 74,8% dari total pendapatan perusahaan, kemudian ada residential atau perumahan sebesar Rp 182 miliar yang berkontribusi 18,5%. Kemudian sisanya ada komersial dengan kontribusi sebesar 4,6%, rental 1,1%, dan hotel 1%.
Untuk bottom line, laba bersih DMAS juga turun 21% menjadi Rp 608,1 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 sebesar Rp 767,5 miliar.
Jadi, melihat kinerja operasional tersebut saat ini masih mengalami pelemahan, dan ini hal yang kurang baik. Namun perusahaan menyampaikan jika penurunan kinerja karena terdapat backlog penjualan yang belum dicatatkan sebagai pendapatan, backlog penjualan ini akan diakui sebagai pendapatan usaha jika perusahaan sudah melakukan serah terima lahan dengan customer, sebagian besar backlog ini akan diserah terima pada kuartal keempat tahun 2023 ini. Hal ini cukup menarik apakah pendapatan usaha DMAS tahun 2023 ini bisa naik secara YoY dengan adanya backlog penjualan tersebut.
Pada tanggal 29 November 2023 kemarin, DMAS melakukan public expose dan pra penjualan atau marketing sales perusahaan sudah mencapai Rp 1,37 triliun atau 76% dari target pra penjualan perusahaan sebesar Rp 1,8 triliun di tahun 2023 ini. Dengan target marketing sales tersebut, manajemen optimis perusahaan mampu mencapainya. Namun target marketing sales perusahaan lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pra penjualan tahun 2022.
Kita lihat persediaan perusahaan yang akan menjadi pendapatan perusahaan kedepannya, persediaan lancar dan tidak lancar jika dijumlah maka angkanya naik menjadi Rp 4,79 triliun dibandingkan dengan akhir tahun 2022 sebesar Rp 4,67 triliun. Pos terbesar adalah tanah dan bangunan yang sedang dikembangkan sebesar Rp 2,9 triliun, kemudian tanah yang belum dikembangkan sebesar Rp 1,7 triliun, dan ada tanah dan bangunan yang siap dijual sebesar Rp 15,3 miliar.
Manajemen menyampaikan jika landbank perusahaan sendiri saat ini sebesar 800 ha, dan ini masih cukup untuk digunakan dalam periode 10 sampai 15 tahun kedepan untuk penggunaan area residensial dan komersial. Untuk area industri manajemen memperkirakan bisa cukup sampai 5 tahun kedepan.
Untuk dividen, dari paparan public expose sejak tahun 2018 dividen payout ratio DMAS selalu besar bahkan melebihi 100%, dan penjelasan di annual report untuk dividen payout ratio tahun 2016 dan 2017 berada di angka 95%, jadi memang DMAS ini mengakomodasi kepentingan para pemegang sahamnya, namun dengan rasio pembayaran yang sebesar ini tentu saja membuat aset dan ekuitas perusahaan tidak bertumbuh, dan jika dilihat secara histori aset maupun ekuitasnya cenderung turun, dan di tahun 2022 sampai saat ini mulai kembali naik namun kenaikannya masih tipis.
Buat yang menyukai dividen, DMAS ini bisa dipertimbangkan, namun saat ini kinerja operasional perusahaan secara year on year sedang menurun, dan ini kurang bagus, bisa ditunggu nanti apakah pendapatan perusahaan bisa naik secara yoy dengan backlog penjualan tadi. Saat ini DMAS akan membagikan dividen interim sebesar Rp 578,3 miliar atau Rp 12 per lembar saham yang akan dibayarkan pada 28 Desember 2023, jika memakai harga saat ini di Rp 175/lembar saham, maka dividen yield sebesar 6,8%, dan ini angka yang cukup besar. Di bulan Juli 2023 kemarin DMAS juga membayar dividen tunai kepada para pemegang saham sebesar Rp 482 miliar atau Rp 10/lembar saham.
Dapat disimpulkan memang dividen perusahaan ini cukup menarik, namun kinerja saat ini masih kurang bagus karena dari sisi top line maupun bottom line terjadi penurunan sekitar 20%an secara yoy, dan bisa menunggu backlog penjualan tadi. Jika nantinya suku bunga diturunkan, tentu hal ini menjadi hal yang bagus bagi kinerja DMAS kedepannya.
Pergerakan harga saham DMAS sepanjang tahun 2023 ini sudah naik 10% yang ditutup di level Rp 175/lembar saham. Dengan harga tersebut valuasi PBV DMAS berada di level 1,4x dan PER 10,6x. Evaluasi apakah DMAS merupakan pilihan investasi yang tepat dengan pertimbangan harga saham saat ini.
Jika Anda ingin menambah wawasan lebih lanjut dan mendapatkan bimbingan investasi, silahkan bergabung dengan program Value Investing Mastery dengan cara klik gambar di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.