Analisa Kinerja Emiten INDY Menuju Net Zero Emission Dengan Ikut Dedieselisasi

Temukan perjalanan INDY dalam dedieselisasi, diversifikasi bisnis, dan dampaknya pada harga saham INDY. Analisis saham, grafik terkini, dan harga wajar saham INDY dalam artikel ini.”

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Pengantar

Dalam lanskap dinamis sektor energi Indonesia, PT Indika Energy (INDY) tengah membuat langkah besar menuju pencapaian emisi nol pada tahun 2050. Perusahaan yang dikenal dengan proyek-proyek batu bara, kini mengadopsi perubahan melalui partisipasinya dalam program dedieselisasi PLN. Artikel ini mengulas perjalanan transformasi INDY, mengeksplorasi langkah-langkah strategis dan dampaknya terhadap kinerja operasionalnya.

PT Indika Energy yang masuk dalam konsorsium dengan InfraCo Asia Development Pte Ltd. (InfraCo Asia) telah memperoleh tender kerjasama pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hybrid baterai, dalam program dedieselisasi PLN yang berlokasi di Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Program ini sejalan dengan target net zero emission yang dimiliki INDY pada tahun 2050 nanti.

Kita tahu bahwasanya INDY adalah perusahaan batu bara, namun dalam keterbukaan informasinya INDY menargetkan pendapatan non batu bara bisa berkontribusi sebesar 50% di tahun 2025 nanti, dan mencapai net zero emission pada tahun 2050. Berbagai langkah telah dan akan dijalankan oleh INDY dalam mencapai target ini, salah satunya program dedieselisasi ini. Lalu, apa itu dedieselisasi? Seperti apa langkah yang telah dilakukan INDY dan bagaimana kinerja operasional dari INDY saat ini yang masih didominasi dari batu bara? Oke, mari kita bahas.

Tantangan Dedieselisasi

Seperti yang sudah dijelaskan diawal, INDY memperoleh tender program dedieselisasi. Jadi dedieselisasi ini adalah program yang dimiliki Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang memiliki tujuan untuk menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel menjadi energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Lewat konsorsium ini INDY akan melakukan pembangunan PLTS Hybrid baterai kluster Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Yang berada di 46 lokasi, diantaranya 24 di Sulawesi, 16 di Maluku, dan 6 di Nusa Tenggara. Yang direncanakan akan dibangun tahun 2024 ini.

InfracoAsia merupakan perusahaan pengembangan infrastruktur dan investasi yang berasal dari Singapura, dan dikelola oleh Private Infrastructure Development Group (PIDG). Setelah penandatanganan, konsorsium ini akan membuat perusahaan patungan baru bersama perusahaan wajib dari PLN. PLTS yang dibangun ini nantinya akan memiliki kapasitas sekitar 102 MWp, yang dilengkapi sistem penyimpanan energi baterai 252 MWh. Hal ini untuk memberikan pasokan listrik yang kuat di Timur Indonesia.

Sebelumnya INDY juga telah melakukan kemitraan dengan Fourth Partner Energy dalam mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) pada bulan Maret 2021. EMITS ini adalah perusahaan yang menyediakan solusi tenaga surya terintegrasi di Indonesia. Hal ini sebagai langkah dalam diversifikiasi portfolio bisnis INDY, dan mendukung upaya pemerintah mencapai bauran EBT 23% di tahun 2025.

Dalam mencapai targetnya, pada bulan September 2023 kemarin INDY juga menandatangani perjanjian dalam divestasi 100% kepemilikan di PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) selaku anak perusahaan INDY, kepada PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). MUTU ini perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.

INDY melalui anak perusahaannya mendirikan beberapa anak perusahaan baru, seperti PT Kalista Nayara Dayautama (KND) yang nantinya akan bergerak di bidang instalasi penyediaan tenaga listrik, penjualan tenaga listrik, serta perdagangan mesin & peralatan instalasi penyediaan tenaga listrik. Kemudian mendirikan PT Industri Baterai Nusantara (IBN) yang akan menjalankan usaha industri baterai kendaraan bermotor, jasa konsultasi manajemen, serta melakukan perdagangan besar sepeda motor dan mobil beserta suku cadang dan aksesoris. Pendirian anak perusahaan PT Manufaktur Teknologi Baterai yang akan menjalankan usaha dalam membuat berbagai macam baterai kendaraan bermotor listrik. Dan terbaru melakukan pendirian PT Laras Ekosistem Organik (PT Laras), yang kedepannya akan menjalankan usaha konsultasi manajemen lainnya, perdagangan besar kopi, teh, dan kakao.

Saat ini INDY memiliki beberapa segmen bisnis, seperti sumber daya energi, jasa energi, infrastruktur energi, dimana ini masuk dalam bisnis batu bara. Kemudian segmen pengembangan berkelanjutan, diantaranya ada logistik & infrastruktur, mineral, bisnis hijau, kendaraan listrik, ventura digital, dan lain-lain.

Analisa Kinerja Perusahaan

Pendapatan batu bara per posisi kuartal ketiga tahun 2023 masih mendominasi sebesar 88,9%, sedangkan non batubara 11,1%. Kalau dibandingkan dengan pendapatan kuartal ketiga tahun 2022 kemarin sudah ada penurunan tipis untuk pendapatan batu bara-nya dari 90,4% menjadi 88,9%.  Anak usaha INDY yaitu Kideco memiliki pendapatan paling besar yang berkontribusi sebesar 72% terhadap total pendapatan INDY.

Belanja modal yang digunakan INDY sepanjang sembilan bulan tahun 2023 ini mencapai US$ 104,9 juta. Dimana sebesar 77% atau US$ 81,2 juta digunakan untuk bisnis barunya.

Secara keseluruhan kinerja operasional INDY per posisi kuartal ketiga tahun 2023 mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena harga jual rata-rata yang turun, mengingat harga batu bara sendiri juga turun, kemudian adanya volume penjualan perusahaan yang juga turun. Sehingga menyebabkan kinerja bottom line maupun top line turun. Pendapatan perusahaan turun 26,8% menjadi US$ 2,2 miliar dari periode yang sama tahun 2022 sebesar US$ 3,1 miliar. Untuk laba kotornya turun 59,5% menjadi US$ 439,7 juta dari sebelumnya US$ 1,08 miliar.

Laba bersihnya turun 72,2% menjadi US$ 93,8 juta dari sebelumnya US$ 338,3 juta.

Harga saham INDY di tahun 2024 ini sudah menguat 11,8% yang ditutup di level Rp 1.605/lembar saham, menunjukkan valuasi PBV 0,46x dan PER 2,46x.

Kesimpulan

Melalui analisa di atas, dapat disimpulkan saat ini INDY sedang melakukan berbagai langkah dalam mencapai target net zero emission tahun 2050 nanti, di mana perusahaan sedikit demi sedikit beralih dari bisnis batu bara ke bisnis yang berkelanjutan. Tentu saja dengan ikut dalam program dedieselisasi ini juga akan membantu INDY bisa mencapai targetnya. Dengan hal ini, bagaimana tanggapanmu terkait target yang dimiliki INDY saat ini?

Bergabunglah sekarang dengan program Value Investing Mastery kami untuk mendapatkan wawasan eksklusif dan manfaatkan potensi investasi Anda! Klik gambar di bawah untuk informasi lebih lanjut.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter