4 Saham Properti Ini Update Laporan Q3 Tahun 2023

Temukan peluang investasi saham properti di tahun 2023 dengan analisis mendalam saham PWON, CTRA, SMRA, dan BSDE.

Sebelum ke pembahasannya jangan lupa download gratis ebook 5 saham undervalue yang sudah kami analisa dengan klik gambar dibawah ini. Sudah banyak orang mendapatkan manfaat dari ebook ini dan sudah terbukti banyak orang mendapatkan keuntungan return investasi dari membaca ebook ini GRATIS.

Tahun 2023 ini dapat dikatakan tahun yang sulit untuk ekonomi kita, kenapa? karena tahun ini penuh dengan tantangan ekonomi, kita berada di era suku bunga tinggi, baik suku bunga the fed maupun suku bunga bank Indonesia. Bahkan di bulan oktober lalu, Bank Indonesia kembali menaikan suku bunga acuannya menjadi 6%. Yang mana kenaikan suku bunga acuan tersebut membuat ekonomi kita semakin sulit dan pasar saham kita kembali lesu.  Di sisi lain Bank Indonesia optimis di tahun 2024 nanti suku bunga Fed kembali menurun. Sehingga ketika suku bunga turun membuat market kembali naik. Salah satu sektor yang bakal di untungkan adalah sektor properti. Dimana sektor properti ini adalah sektor paling terdampak dengan adanya kenaikan suku bunga. Ketika bank Indonesia menaikan suku bunga acuannya, akhirnya pemerintah menebarkan insentif pajak, terutama di segmen penjualan rumah tapak. Ketika kami melihat ada potensi penurunan suku bunga di tahun 2024 nanti, kita bisa pilih saham-saham yang sedang tertekan di harga bawah.

            Pada pembahasan ini kami akan mereview 4 saham properti dengan penjualan rumah tapak, di mana menurut kami layak untuk di cermati.

1. Pakuwon Jati atau PWON.

Kita lihat pergerakan harga saham PWON dalam jangka panjang, sejak tahun 2020 lalu hingga saat ini cenderung stabil. Per 20 November 2023, harga saham PWON berada di level Rp 420/lembar saham, yang mana menunjukan valuasi PBV 1,09x dan PE Ratio 10,52x.

Pada kuartal ketiga tahun 2023 menunjukkan pertumbuhan yang memuaskan, kinerja pendapatan PWON naik tipis sebesar 2% dari 4,4 triliun menjadi 4,5 triliun. Diikuti laba bruto naik sebesar 6%. dari 2,3 triliun menjadi 2,5 triliun. Kemudian pada kinerja laba bersih juga naik sebesar 25% dari 1,1 triliun menjadi 1,4 triliun.

2. Ciputra Development atau CTRA

Berbeda dengan PWON, harga saham CTRA cenderung sudah rebound dibandingkan saat pandemi lalu. Saat pandemi lalu, harga saham CTRA menyentuh level terendahnya yaitu di harga Rp 400/lembar saham. Per 20 November 2023, harga saham CTRA berada di level harga Rp 1.115/lembar saham. Di harga tersebut valuasi PBV sebesar 1,06x dengan PER 13,05x.

Apabila kita lihat kinerjanya, pendapatan CTRA justru turun sebesar 9% dari 7,2 triliun menjadi 6,5 triliun, kemudian laba kotornya turun 14% dari 3,6 triliun menjadi 3,1 triliun. Sehingga laba bersihnya juga turun sebesar 23% dari 1,5 triliun menjadi 1,1 triliun.

 

3. PT Bumi Serpong Damai atau BSDE

Secara histori harga, BSDE secara historis pernah diperdagangkan di level Rp 2.000an/lembar saham, kemudian saat terjadi pandemi tahun 2020 lalu, harga saham BSDE turun di level Rp 500an/lembar saham. Per 20 November 2023, harga saham BSDE berada di level harga Rp 1.035/lembar saham dengan valuasi PBV 0,60x dan PE Ratio 8,9x.

Apabila kita lihat kinerja BSDE per kuartal 3 tahun 2023 menunjukkan peningkatan positif, BSDE membukukan kinerja pendapatan naik sebesar 2%, dari 7,1 triliun menjadi 7,3 triliun. Laba kotor BSDE juga naik sebesar 4% dari 4,4 triliun menjadi 4,6 triliun. Kemudian pada sisi laba bersih, BSDE membukukan kenaikan laba bersih cukup signifikan sebesar 93% dari 918 miliar menjadi 1,7 triliun.

 

4. Summarecon Agung atau SMRA

Apabila kita lihat dari histori pergerakan harga sahamnya ini sedikit ada persamaan dengan PWON, saat terjadi pandemi covid di tahun 2020 lalu harga sahamnya menyentuh level harga Rp 400/lembar saham. Sempat naik ke level Rp 1.000/lembar saham di tahun 2021, per 20 November 2023 harga saham SMRA berada di bawah level harga Rp 600/lembar saham. Di level harga Rp 595/lembar saham valuasi PBV SMRA sebesar 1,01x dan PE Ratio 11,22x.

Apabila kita lihat kinerjanya pada kuartal ketiga tahun 2023 ini, SMRA mampu membukukan kinerja pendapatan naik 21% dari 4,2 triliun menjadi 5 triliun. Diikuti dengan kenaikan laba kotor, dimana laba kotor SMRA naik 19% dari 2,1 triliun menjadi 2,5 triliun. Kemudian laba bersih SMRA naik signifikan sebesar 111%, dari 309 miliar menjadi 653 miliar.

Berdasarkan analisa saham properti di atas, terlihat potensi pertumbuhan yang menarik. Untuk mendapatkan panduan lebih lanjut dan mengasah keahlian investasi Anda, bergabunglah dalam program Value Investing Mastery kami. Klik gambar di bawah ini dan raih kesempatan meningkatkan portfolio investasi Anda.

Facebook
Telegram
WhatsApp
Twitter